OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Audia Triani Olii, Aztriana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

ARTIKEL PENELITIAN. Rini Agustin 1 & Hestiary Ratih 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN MATRIKS PATI BERAS KETAN PRAGELATINASI DARI KAMPAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

PROFIL PELEPASAN IN VITRO IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS GUAR GUM PADA BERBAGAI KONSENTRASI

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN POLIMER HIDROFILIK HPMC K4M DAN TWEEN 80 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE MESSI

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1

Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1 136

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI SANASHTRIA PRATIWI K Oleh :

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

OPTIMASI PERBANDINGAN KONSENTRASI XANTHAN GUM- HPMC K4M SEBAGAI MATRIK TABLET LEPAS LAMBAT IBUPROFEN

Pengaruh Natrium CMC, HPMC K100M, dan Etil Selulosa terhadap Karakteristik Tablet Nifedipin dengan Sistem Penghantaran Mukoadhesif

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

UJI FISIK FORMULASI TABLET FLOATING TEOFILIN DENGAN MATRIK HPMC

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING METFORMIN HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN POLIMER HPMC K4M

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI

OPTIMASI FORMULA TABLET LIKUISOLID KLORFENIRAMIN MALEAT MENGGUNAKAN XANTHAN GUM SEBAGAI POLIMER DAN PEG 400 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE

RIFDA AMALIA

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MATRIK KOMBINASI MENGGUNAKAN POLIMER ETIL SELULOSE DAN PVP K 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

OPTIMASI PERBANDINGAN KONSENTRASI CARRAGEENAN-HPMC K4M DAN MACAM PENGISI SEBAGAI MATRIK TABLET LEPAS LAMBAT IBUPROFEN

PROFIL PELEPASAN IN VITRO TEOFILIN DALAM TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS NATRIUM ALGINAT PADA BERBAGAI KONSENTRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN KROSPOVIDON DAN NATRIUM PATI GLIKOLAT DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI

Transkripsi:

As-Syifaa Vol 07 (01) : Hal. 52-59, Juli 2015 ISSN : 2085-4714 OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK Audia Triani Olii, Aztriana Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Email : audhee_jie@yahoo.com. ABSTRACT Sustained release tablet is one of drug delivery system with an extended release drugs which use polymer to control the release of drug from its dosage form. The advantages of this dosage form is can produce fixed blood levels are without repeat the administration of the unit dose. The aim of this study is to obtain the most optimum polymer as a matrix in sustained release tablets of Diclofenac Sodium. Sustained release tablets made by direct compression method from a mixture of three types of polymer combinations. F1 consists of a combination of HPMC polymer: Etilsellulosa, F2 is the combination of HPMC: Xanthan Gum and F3 consists of a combination of HPMC polymer: Na. Alginate. Each combination of polymer use the same ratio is 1: 2. Tablet evaluations include the weight uniformity of tablet, size,drug content and dissolution test. Result showed that the most optimum combination of polymer as a sustained release tablet matrix is F1 even F2 have an optimum dissolution. Keyword : Sustained release, Diclofenak sodium, Polymer. PENDAHULUAN Dalam beberapa dekade, pengobatan penyakit akut atau kronik telah dapat ditangani dengan penghantaran obat kepada pasien melalui berbagai bentuk sediaan termasuk tablet, kapsul, pil, suppositoria, krim, salep, larutan, aerosol dan injeksi. Bahkan sistem penghantara obat konvensional tersebut menjadi produk farmasi yang utama, yang sering dijumpai dalam peresepan maupun dijual secara bebas (Chien Y.W, 1992). Sistem penghantaran obat konvensional diketahui dapat memberikan pelepasan obat yang cepat, meskipun demikian, untuk menjaga agar konsentrasi obat tetap berada dalam batas konsentrasi efektif yang dibutuhkan dalam pengobatan, obat obatan ini harus diminum beberapa kali dalam sehari. Hal inilah yang menyebabkan level obat dalam tubuh berubah ubah secara signifikan (Chien Y.W, 1992 ). Selain itu beberapa obat obatan khususnya yang diberikan 52

secara oral atau melaui saluran pencernaan, telah dilaporkan selain dapat dirusak dalam lingkungan asam pada lambung, juga terkadang memberikan efek samping yang sangat tidak menyenangkan kepada pasien. Salah satunya adalah natrium diklofenak yang merupakan obat anti inflamasi dari golongan Anti Inflamasi Nonsteroid atau AINS. Natrium diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh yang pendek. Obat ini dianjurkan untuk kondisi peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan nyeri otot rangka akut. Namun, bahan aktif ini memiliki efek samping yaitu mual, eritema kulit, sakit kepala dan dapat mengiritasi lambung. Pemakaian obat ini harus hati-hati pada penderita tukak lambung (Katzung, 2004 ). Bentuk sediaan dengan pelepasan diperpanjang atau yang dikenal dengan extended release (ER) didisain untuk membuat obat tersedia dalam waktu yang lama setelah pemberian. Berbagai jenis istilah termasuk sustained release, prolong release dan controlled release digunakan untuk membedakan masing masing modifikasi bentuk sediaan (Saxena A. et al, 2013). Dengan sistem ini, obat dapat dikontrol pelepasannya dari suatu matrik hingga mencapai target pengobatan dan sekaligus melindungi obat dari lingkungan yang dapat merusak stabilitas obat itu sendiri. Selain itu,menurut Rao et al, (2001), sistem penghantaran ini mampu mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah atau jaringan selama waktu yang diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis (Nafsiah, 2009). Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat suatu formulasi tablet sustained release yang merupakan salah satu bentuk penghantaran obat dengan pelepasan yang diperpanjang, dengan melakukan optimasi terhadap bahan polimer yang digunakan sebagai matriks dan natrium diklofenak sebagai zat aktifnya METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmaseutika Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah alat pencetak tablet, Dissolution apparatus, Friabilator, Spektrofotometer UV VIS, Ultraturax, dan alat-alat gelas untuk 53

analisis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquadest, asam asetat, etilsellulosa, HPMC, Alginat, magnesium stearate, NA diklofenak, starch. Prosedur Kerja Pembuatan Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak Matriks tablet dibuat dengan metode kempa langsung. Na diklofenak, polimer dan bahan lainnya diayak melewati pengayakan dengan nomor mesh 80. Zat aktif Na diklofenak, bahan matriks polimer, pengisi, pengikat dan pelincir dicampur hingga homogen kemudian dikempa. Evaluasi Sistem Penghantaran Obat yang diaktivasi oleh ph Evaluasi Tablet 1. Keseragaman Bobot Keseragaman bobot dievaluasi dengan menimbang 10 tablet dari masing masing formula, kemudian dihitung bobot rata rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh satu tabletpun bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1979). 2. Keseragaman ukuran Sebanyak 10 tablet diukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. 3. Penentuan Kandungan obat Kandungan obat dievaluasi dengan cara menimbang 10 tablet dari masing-masing formula, kemudian dihitung berat rata ratanya. Tablet kemudian dihancurkan hingga menjadi serbuk yang halus kemudian ditimbang seberat equivalen dengan 50 mg Natrium Diklofenak, dilarutkan dalam 50 ml HCl 0,1 N dan dicukupkan dengan aquadest hingga 100 ml. Campuran kemudian diaduk dan dianalisa menggunakan spektrofotemer UV- Vis pada panjang gelombang 245 nm. Kandungan obat dihitung dengan menggunakan kurva baku. 4. Uji disolusi Matriks tablet ditempatkan pada alat disolusi standar USP. Tes disolusi menggunakan medium larutan HCl 0,1 N selama 2 jam kemudian mediumnya diganti dengan dapar asetat ph 4,5 selama 2 jam. Medium kembali diganti dengan dapar fosfat ph 6,8 hingga 54

20 jam. Medium yang digunakan masing masing sebanyak 900 ml dengan kecepatan pengadukan sebesar 50 rpm pada temperature 37 o C ± 0,5 o C. 5 ml sampel diambil dari 1 20 jam, setiap kali sampling, medium digantikan dengan jumlah yang sama dari medium yang sama. Larutan sampel kemudian diukur pada spektrofotometer UV VIS pada panjang gelombang 200 300 nm, dan dihitung menggunakan kurva baku. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Formulasi tablet sustained release Na Diklofenak menggunakan polimer HPMC, Etil sellulosa, Natrium alginat, Gum xantan. Bahan F1 (mg) F2 (mg) F3 (mg) Natrium Diklofenak 50 50 50 HPMC 31,5 31,5 31,5 Etil cellulose 63 - - Gum xantan - 63 - Natrium alginate - - 63 Mg. stearate 0,5 0,5 0,5 Aerosil 0,5 0,5 0,5 Laktosa 5 5 5 Keseragaman Bobot Tablet Tabel 2. Berat rata rata formula sustained release Na Diklofenak Keseragaman Ukuran Tablet Formula Berat rata rata (mg) F1 251,57 F2 351,07 F3 288,42 Tabel 3. Ukuran rata rata diameter dan ketebalan tablet sustained release Na Diklofenak Formula Rata- rata diameter (mm) Rata rata ketebalan (mm) F1 3,1 1,8 F2 3,1 2,01 F3 3,1 1,98 Kandungan Obat Kandungan obat dari tablet sustained release dievaluasi dengan menimbang 10 tablet sustained release dan dihitung berat rataratanya. Tablet kemudian dihaluskan dan ditimbang dengan berat yang equivalen dengan 50 mg Natrium Diklofenak. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 55

spektrofotometer UV-VIS dengan medium pelarut HCl 0,1 N. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Kandungan obat dari masing masing formula tablet sustained release Natrium Diklofenak. Uji Disolusi Formula Kandungan obat (%) F1 99, 94 F2 97,35 F3 97,66 Tabel 5. Hasil pengukuran absorban Tablet Sustained Release Formula 1 dalam media disolusi HCl 0,1 N ph 1,2, dapar Asetat ph 4,5 dan dapar fosfat ph 6,8 Medium HCl Asetat Fosfat Waktu Repitasi % % Rata-rata SD (jam) 1 2 3 disolusi kumulatif 0 0.003 0.002 0.012 0.00567 0.0055 6.32299 6.32299 1 0.023 0.021 0.018 0.02067 0.0025 9.04196 15.3649 2 0.028 0.034 0.066 0.04267 0.0204 13.0298 28.3947 3 0.021 0.016 0.01 0.01567 0.0055 4.44071 32.8354 4 0.012 0.013 0.015 0.01333 0.0015 4.18228 37.0177 6 0.022 0.025 0.019 0.022 0.003 0.21052 37.2282 8 0.047 0.049 0.044 0.04667 0.0025 1.90514 39.1334 10 0.058 0.054 0.059 0.057 0.0026 2.79142 41.9248 Tabel 6. Hasil pengukuran absorban Tablet Sustained Release Formula 2 dalam media disolusi HCl 0,1 N ph 1,2, dapar Asetat ph 4,5 dan dapar fosfat ph 6,8 Medium HCl Asetat Fosfat Waktu (jam) Repitasi 1 2 3 Rata-rata SD % disolusi % kumulatif 0 0.007 0.006 0.008 0.007 0.001 6.56468 6.56468 1 0.012 0.018 0.019 0.01633 0.0038 8.25648 14.8212 2 0.024 0.023 0.02 0.02233 0.0021 9.34406 24.1652 3 0.019 0.013 0.011 0.01433 0.0042 4.29303 28.4582 4 0.02 0.024 0.021 0.02167 0.0021 5.10525 33.5635 6 0.061 0.052 0.057 0.05667 0.0045 2.76283 36.3263 8 0.098 0.102 0.098 0.09933 0.0023 6.42351 42.7498 10 0.126 0.128 0.123 0.12567 0.0025 8.68096 51.4308 12 0.155 0.153 0.15 0.15267 0.0025 10.9967 62.4275 16 0.2 0.2 0.198 0.19933 0.0012 14.9993 77.4269 20 0.214 0.221 0.217 0.21733 0.0035 16.5432 93.9701 56

Tabel 7. Hasil pengukuran absorban Tablet Sustained Release Formula 3 dalam media disolusi HCl 0,1 N ph 1,2, dapar Asetat ph 4,5 dan dapar fosfat ph 6,8 Medium Waktu Repitasi % % Rata-rata SD (jam) 1 2 3 disolusi kumulatif 0 0.006 0.004 0.014 0.008 0.0053 6.74594 6.74594 HCl 1 0.017 0.017 0.016 0.01667 0.0006 8.3169 15.0628 2 0.025 0.019 0.021 0.02167 0.0031 9.22322 24.2861 Asetat 3 0.003 0 0.002 0.00167 0.0015 2.66859 26.9547 4 0.01 0.009 0.005 0.008 0.0026 3.59157 30.5462 6 0.011 0.014 0.01 0.01167 0.0021 1.09681 31.643 8 0.039 0.034 0.04 0.03767 0.0032 1.13321 32.7762 Fosfat 10 0.036 0.039 0.026 0.03367 0.0068 0.79013 33.5664 12 0.057 0.062 0.053 0.05733 0.0045 2.82001 36.3864 16 0.076 0.074 0.076 0.07533 0.0012 4.36387 40.7503 20 0.107 0.101 0.114 0.10733 0.0065 7.10851 47.8588 Keterangan : Jam ke 0-2 = Medium HCl Jam ke 3-4 = Dapar Asetat Jam ke 6-20 = Dapar Fosfat PEMBAHASAN Evaluasi keseragaman bobot menunjukkan bahwa F1 memiliki bobot rata rata tablet sebesar 251,57, F2 dan F2 masing masing secara berurutan sebesar 351,07 mg dan 288,42 mg. hasil ini menunjukkan bahwa formula yang paling sesuai bobotnya dengan yang diharapkan yaitu masing masing tablet seberat 250 mg ekuivalen dengan 50 mg Na. Diklofenak adalah formula 1 atau F1. Bobot yang meningkatkan dari bobot tablet yang diharapkan disebabkan karena daya kompresibilitas dari bahan polimer sangat tinggi sehingga ketika dikempa, volumenya bertambah. Evaluasi yang selanjutnya adalah evaluasi keseragaman ukuran. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa F1 memiliki diameter 3,1 mm dan ketebalan 1,8 mm, F2 memiliki diameter 3,1 mm dan ketebalan 2,01 mm dan F3 memiliki diameter 3,1 mm dengan ketebalan 1,98 mm. Hasil analisa menggunakan spktrofotometer UV Vis pada panjang gelombang 245 nm, menunjukkan bahwa kandungan obat pada F1 sebesar 99,94 %, F2 sebesara 97,35 % dan F3 sebesar 97,66 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada F1 obat dapat terlepas dengan baik dari matriks tablet sehingga obat siap diabsorpsi sesuai dengan dosis terapinya. Secara umum matriks adalah bahan dasar pembentuk komposit yang mengikat pengisi tanpa 57

melibatkan ikatan kimia. Matriks dari polimer berperan untuk mempertahankan posisi dan orientasi serat untuk melindunginya dari lingkungan. Selain itu, kombinasi matriks polimer yang bersifat hidrofilik dan lipofilik menyebabkan pelepasan obat dari matriks terjadi secara perlahan lahan sehingga level obat dapat dipertahankan dalam periode waktu tertentu. Mekanisme pelapasan obat terjadi dengan adanya difusi terkentrol bahan obat dari matriks polimer karena adanya cairan di lingkungan tubuh atau dalam hal ini cairan lambung dan usus. Adapun hasil pengujian disolusi menunjukan bahwa pelepasan obat dari ketiga formula yang dilakukan selama 20 jam sangat lambat dimana pada FI jumlah obat yang terdisolusi adalah sebanyak 55,702%, F2 sebanyak 93,970% dan F3 sebanyak 47,858%. Pada F3, jumlah obat yang terlepas lebih sedikit dibandingkan dengan F1 dan F2. Hal ini menunjukan bahwa Gum Xantan yang bersifat anionik akan lebih memperlambat pelepasan obat jika dikombinasikan dengan HPMC karena Gum Xantan dapat memperkecil pelepasan awal yang terjadi, ini disebabkan karena Gum Xantan lebih mudah terhidrasi dalam air dibandingkan dengan HPMC (Pratiwi M., 2010). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa matriks tablet Sustained Release yang memberikan hasil evaluasi tablet dan kandungan obat yang paling optimum adalah F1 yaitu formula tablet Sustained Release yang menggunakan kombinasi polimer HPMC : Etilsellulosa dengan perbandingan 1:2. Adapun F2 menunjukkan hasil disolusi yang paling optimum yaitu sebesar 93,970%. DAFTAR PUSTAKA Chien, Y.W., 1992, Novel Drug Delivery System Second Edition, Revised and Expanded, Marcel Dekker Inc. New York. DepKes. RI., 1979 : Farmakope Indonesia ed. 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 6-7. DepKes. RI., 1995 : Farmakope Indonesia ed. 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 107-108, 771, 999, 1143. Katzung, B.G., 2001 : Farmakologi: Dasar dan Klinik, edisi 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, p. 420. Nafsiah, 2009, Formulasi Sediaan Lepas Lambat Tablet Teofilin Dengan Matriks Natrium Carboxymetil Cellulose Dan Avicel Ph 102 Dengan Metode Granulasi Basah, Surakarta. 58

Saxena A., Srinivas, Sravanthi, 2013: Formulation and In Vitro Evaluation of Matrix Type Sustained Release Tablets of Paliperidone, Innovation in Pharmaceuticals and Pharmacotherapy,1(3), 185-198. 59