BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: STUDI PUSTAKA

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Encyclopedia, 8 Oktober Artikel: Wikipedia Thre Free

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan akan bersifat melanjutkan, meningkatkan dan memperluas

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Analisis Kapasitas Terminal Penumpang Di Bandar Udara SMB II Palembang

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Terminal penumpang bandar udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TERMINAL BANDAR UDARA INTERNASIONAL KULON PROGO DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERANCANGAN JURUSAN ARSITEKTUR

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POKJA UNIT LAYANAN PENGADAAN WILAYAH III

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terminal dibangun sebagai salah satu prasarana yang. sangat penting dalam sistem transportasi.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BANDARA MUARA BUNGO. Latar Belakang Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(1) Pemetaan bandar udara intemasional sebagaimana dimaksud. Pasal 7 ayat (7) tercantum dalam lampiran VIII.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan adalah sebagai berikut : 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/ atau pos, tempat perpindahan intra dan/ atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. 2. Tatanan kebandarudaraan nasional adalah sistem kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya 6

7 3. Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. 2.2. Jenis Bandar Udara Dalam UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan, menyebutkan 7 (tujuh) jenis bandar udara, yaitu : 1. Bandar udara umum yaitu bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan umum. 2. Bandar udara khusus yaitu bandar udara yang hanya digunankan untuk melayani kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya. 3. Bandar udara domestik yaitu bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri. 4. Bandar udara internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri. 5. Bandar udara pengumpul (hub) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari brbagai bandar udara yang melayani penumpang dan/

8 atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai provinsi. 6. Bandar udara pengumpan (spoke) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi terbatas. 7. Pangkalan udara adalah kawasan di daratan dan/ atau di perairan dengan batasbatas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahann Negara oleh Tentara Nasional Indonesia. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2002 Pasal 1, membagi bentuk layanan yang disediakan bandara menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Bandar udara umum yang didefinisikan sebagai bandar udara yang melayani segala bentuk kepentingan umum atau lebih dikenal dengan bandar udara komersial. 2. Bandar udara khusus yang didefinisikan sebagai bandar udara yang melayani atau di pakai oleh kalangan tertentu saja, misal bandar udara khusus militer. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2002 Pasal 7, penggunaan bandar udara dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Bandar udara domestik yang didefinisikan sebagai bandar udara yang melayani penerbangan komersial di dalam negeri. 2. Bandar udara internasional yang didefinisikan sebagai bandar udara yang melayani penerbangan komersial ke dalam maupun luar negeri.

9 2.3. Fungsi Bandar Udara Fungsi bandara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2013 yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai titik pertemuan beberapa jaring dan rute angkutan udara. 2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah. 3. Tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya dalam bentuk interkoneksi antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan. 4. Pendorong dan penunjang kegiaan industri, perdagangan, dan pariwisata dalam menggerakkan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya. 5. Pembuka isolasi daerah, pengembangan daerah perbatasan, dan penanganan bencana. 6. Prasarana memperkukuh wawasan nusantara dan kedaulatan Negara. 2.4. Klasifikasi Bandar Udara Di Indonesia, klasifikasi bandar udara sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: 36 Tahun 1993 didasarkan pada beberapa kriteria berikut ini: 1. komponen jasa angkutan, 2. komponen pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan,

10 3. komponen daya tampung bandar udara (landasan pacu dan tempat parkir pesawat), 4. komponen fasilitas keselamatan penerbangan (fasilitas elektronika dan listrik yang menunjang operasi fasilitas keselamatan penerbangan), 5. komponen status dan fungsi bandar udara dalam konteks keterkaitanya dengan lingkungan sekitarnya. (Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2005) 2.5. Fasilitas Sisi Udara Keputusan Menteri Perhubungan KM Nomor 47 Tahun 2002 menyebutkan bahwa sisi udara suatu bandar udara adalah bagian dari bandar udara dan segala fasilitas penunjangnya yang merupakan daerah bukan public tempat setiap orang, barang, dan kendaraan yang akan memasuki wajib melalui pemeriksaan keamanan dan/ atau memiliki izin khusus. Fasilitas sisi udara, baik konfigurasi maupun dimensinya, direncanakan berdasarkan kebutuhan pelayanan pesawat udara terbesar yang dilayani dan volume lalu lintai pergerakan pesawat udara dari waktu ke waktu. Saat ini, dilaksanakan kegiatan pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan fasilitas pada beberapa bandar udara untuk memenuhi persyaratan ICAO antara lain runway, runway strip, runway end safety area, stopway, clearway, taxiway, apron dan obstacle clearancetransitional surface.

11 2.6. Fasilitas Sisi Darat Keputusan Menteri Perhubungan KM No 47 tahun 2002 menyebutkan bahwa sisi darat suatu bandar udara adalah wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan operasi penerbangan. Adapun ditinjau dari pengopersiannya, fasilitas sisi darat sangat terkait erat dengan pola pergerakan barang dan penumpang serta pengunjung dalam suatu bandar udara. Sehingga pengoperasian fasilitas ini harus dapat memindahkan penumpang, kargo, surat, pesawat, pergerakan kendaraan permukaan secara efisien, cepat dan nyaman dengan mudah dan berbiaya rendah. Selain itu aspek keselamatan, keamanan dan kelancaran penerbangan juga harus tetap dipertimbangkan terutama sekali pada pengoperasian fasilitas sisi darat yang terkait dengan fasilitas sisi udara. Dalam penetapan standar persyaratan teknis operasional fasilitas sisi darat, satuan yang digunakan untuk mendapatkan nilai standar adalah satuan jumlah penumpang yang dilayani. Hal ini karena aspek efisiensi, kecepatan, kenyamanan keselamatan, keamanan dan kelancaran penerbangan dapat dipenuhi dengan terjaminnya kecukupan luasan yang dibutuhkan oleh masing-masing fasilitas (Keputusan Menteri Perhubungan KM No 47 tahun 2002). Bagian dari fasilitas sisi darat meliputi bangunan terminal penumpang (kedatangan & keberangkatan), terminal barang kargo, curb side, dan akses bandara (Cetak Biru Tranportasi Udara 2005-2024). 2.6.1. Bangunan Terminal Penumpang Menurut SNI 03-7046-2004 tentang perencanaan terminal penumpang definisi terminal penumpang adalah bangunan yang menjadi penghubung sistem

12 transportasi darat dan sistem transportasi udara yang menampung kegiatan-kegiatan transisi antara akses dari darat ke pesawat udara atau sebaliknya. Terminal penumpang juga melayani proses penumpang datang, berangkat maupun transfer serta pemindahan penumpang dan bagasi dari dan ke pesawat udara. Terminal penumpang harus mampum menampung kegiatan operasional, administrasi dan komersial serta harus memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan operasi penerbangan. Fasilitas terminal penumpang dimasa datang diharapkan untuk dapat melayani kegiatan perpindahan penumpang dari moda satu ke moda lainnya juga direncanakan untuk dapat membiayai kegiatan sehari-hari dengan memungkinkan pemanfaatan tempat usaha (revenue center) dengan tidak mengabaikan aspek keselamatan penerbangan (Cetak Biru Transportasi Udara 2005-2024). Pada SNI 03-7046-2004 tentang perencanaan terminal penumpang disebutkan standar luas terminal domestik maupun internasional berdasarkan jumlah pelayanan pertahun atau jumlah penumpang waktu sibuk. Peraturan tersebut tercantum pada tabel 2.1 dan 2.2. No Tabel 2.1. Standar Luas Terminal Penumpang Domestik Jumlah penumpang/ tahun Standar luas Standar luas terminal m 2 / jumlah penumpang waktu sibuk Total/ m 2 1. 0-25.000-120 2. 25.001-50.000-240 3. 50.001-100.000-600 4. 100.001-150.000 10-5. 150.001-500.000 12-6. 500.001-1.000.0000 14-7. > 1.000.001 Dihitung lebih detail - Catatan Standar luas penumpang belum memperhitungkan kegiatan komersial

13 No Tabel 2.2. Standar Luas Terminal Penumpang Internasional Jumlah penumpang/ tahun Standar luas Standar luas terminal m 2 / jumlah penumpang waktu sibuk Total/ m 2 Catatan 1. 0 200.000-600 Standar luas 2. 25.001 > 200.000 17 dihitung lebih detail - penumpang belum memperhitungkan kegiatan komersial (SNI 03-7046-2004) Aspek yang diperhatikan dalam penilaian kinerja operasional adalah jumlah dan kondisi fasilitas tersebut. Di dalam terminal penumpang terbagi 2 (dua) bagian yang meliputi keberangkatan dan kedatangan (Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2005). 1. Fasilitas Keberangkatan a. Check in counter adalah fasilitas pengurusan tiket pesawat terkait dengan keberangkatan. Jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. b. Check in area adalah area yang dibutuhkan untuk menampung check in counter. Luasannya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. c. Rambu/ marka terminal bandar udara adalah pesan dan papan nformasi yang digunakan sebagai petunjuk arah dan pengaturan sirkulasi penumpang di dalam terminal. Pembuatannya mengikuti tata aturan baku yang merupakan standar internasional. d. Fasilitas Custom Imigration Quarantine/CIQ (bandar udara internasional), ruang tunggu, tempat duduk, fasilitas umum lainnya adalah fasilitas yang

14 harus tersedia pada terminal keberangkatan. Jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. e. Selain itu pada terminal keberangkatan juga terdapat fasilitas: hall keberangkatan dimana hall ini menampung semua kegiatan yang berhubungan dengan keberangkatan calon penumpang dan dilengkapi dengan kerb keberangkatan, ruang tunggu pernumpang, tempat duduk dan fasilitas umum seperti toilet, mushola, dan lain-lain (Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2005). 2. Fasilitas Kedatangan a. Ruang kedatangan adalah ruangan yang digunakan untuk menampung penumpang yang turun dari pesawat setelah melakukan perjalanan. Luasannya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Fasilitas ini dilengkapi dengan baggage claim area. b. Baggage conveyor belt adalah fasilitas yang digunakan untuk melayani pengambilang bagasi penumpang. Panjang dan jenisnya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut dan banyaknya bagasi penumpang yang diperkirakan harus dilayani. c. Rambu/ marka terminal bandar udara, fasilitas Custom Imigration Quarantine/ CIQ (bandar udara internasional) dan fasilitas umum lainnya adalah kelengkapan terminal kedatangan yang harus disediakan sesuia dengan jumlah penumpang waktu sibuk (Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2005).

15 2.6.2. Fasilitas Bangunan Terminal Barang Fasilitas bangunan terminal barang (kargo) adalah bangunan terminal yang digunakan untuk kegiatan bongkar muat barang (kargo) udara yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Luasannya dipengaruhi oleh berat dan volume kargo waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Fasilitas ini meliputi gudang, kantor administrasi, parkir pesawat, gedung operasi, jalan masuk dan tempat parkir kendaraan umum. Fasilitas fasilitas tersebut diatas merupakan fasilitas standar yang dalam penyediaan dan pengoperasiannya disesuaikan dengan klasifikasi kemampuan bandar udara bersangkutan (Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2005) 2.6.3. Fasilitas Bangunan Operasi Menurut Surat Keputusan 347 Tahun 1999 tentang Standar Rancang Bangun dan Rekayasa Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara, bangunan operasi adalah bangunan-bangunan yang berfungsi untuk menampung kegiatan yang menunjang kegiatan operasional, keselamatan penerbangan dan pelayanan umum di bandar udara. Fasilitas bangunan operasi meliputi : 1. Gedung operasional antara lain; PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran), menara kontrol, stasiun meteorologi, Gedung NDB (Non Directional Beacon), Gedung VOR (Very High Frequency) dan gedung DME ( Distance Measuring Equipment). 2. Bangunan teknik penunjang yang terdiri dari power house dan stasiun bahan bakar merupakan fasilitas yang terkait dengan jaminan kelangsungan operasional bandar udara dari aspek kelistrikan dan pergerakan pesawat,

16 3. Bangunan administrasi dan umum terdiri kantor bandar udara, kantor keamanan dan rumah dinas bandar udara serta bangunan kantin dan tempat ibadah. Fasilitas tersebut diatas dibutuhkan untuk mendukung pengopersian bandar udara baik secara aspek administrasi, personalia, maupun lalu lintas kebandarudaraaan. 2.6.4. Fasilitas Penunjang Bandar Udara Fasilitas penunjang bandar udara meliputi jalan dan parkir kendaraan pengunjung yang ditujukan untuk mendukung playanan terhadap para pengunjung baik calon penumpang maupun pengunjung non-penumpang, juga termasuk jembatan, drainase, turap dan pagar serta taman, fasilitas ini juga memberikan layanan keterkaitan inter moda sebagai salah satu upaya integrasi bandar udara dengan sistem moda transportasi lainnya (Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2005).