Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

Bank Danamon Laporan Tahunan Manajemen Risiko & Tata Kelola Perusahaan

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

1/15/2016. Mitigasi Risiko dan Tata Kelola Konglomerasi Keuangan

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142 /PMK.010/2009 TENTANG MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

2015 IIA Indonesia National Conference. J. SINDU ADISUWONO Jogjakarta, Agustus 2015

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI BANK UMUM

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Tetap Tersenyum Ratih Diah Kartika, Operation Kedaton Lampung Pemenang Kedua-Lomba Foto Pasar Tradisional

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2018


Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

KOMITE-KOMITE DI BAWAH DIREKSI

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

Excellence is a Habit Not An Act (Aristotle) 156. Management Reports. Danamon s Highlights. Company Profile

PIAGAM AUDIT INTERNAL

Internal Audit Charter

Tinjauan Operasional. Daftar Isi

Kesimpulan. Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria / indikator penilaian tersebut diatas, disimpulkan bahwa :

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Arah Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat Dalam Rangka Penerapan Tata Kelola dan Manajemen Risiko

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.

No. 13/ 23 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

PT Asuransi Chubb Syariah Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Tahun 2016

LAPORAN TAHUNAN PELAKSANAAN TATA KELOLA TERINTEGRASI KONGLOMERASI KEUANGAN GRUP SUMITOMO MITSUI BANKING CORPORATION 2016

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

Kebijakan Manajemen Risiko

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Tahun 2015

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/SEOJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

STIE DEWANTARA GCG Bank

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR

DAFTAR TABEL

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

Global Advocacy Platform

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Konsep Dasar Kegiatan Bank

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014

REVISI LAPORAN SELF ASESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BANK NTB PERIODE DESEMBER TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Operasional

a. Penilaian Faktor Profil Risiko

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2015 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PT Chubb General Insurance Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Transkripsi:

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial dari aktivitas operasional dan proses pengambilan keputusan dalam upaya pencapaian tujuan-tujuan bisnis. Penerapan manajemen risiko dilakukan secara aktif dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai tambah bagi pemegang saham, mengelola modal secara komprehensif dan menjaga agar permodalan tetap berada pada tingkat yang kuat, serta memastikan profitabilitas dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, Perusahaan menerapkan kebijakan/ kerangka kerja Enterprise Wide Risk Management (EWRM) untuk mengelola risiko secara terintegrasi melalui penyelarasan risk appetite dengan strategi bisnis. Kebijakan ini merupakan acuan standar untuk mengelola dan mengantisipasi risiko baik berupa risiko existing maupun potential dengan mempertimbangkan perubahan profil risiko yang diakibatkan oleh perubahan strategi bisnis, faktor eksternal dan ketentuan regulator. Tingkat risiko yang dihadapi akan dipantau secara periodik dan secara keseluruhan proses manajemen risiko dijalankan berdasarkan pada penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Kebijakan Manajemen Risiko (KMR) berlaku untuk seluruh unit kerja termasuk Unit Usaha Syariah (UUS) dan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penerapan manajemen risiko bagi Perusahaaan Anak dan Perusahaan Terelasi anggota konglomerasi keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Enterprise Wide Risk Management (EWRM) Framework Kerangka kerja EWRM akan menjadi pedoman bagi seluruh stakeholder internal Perusahaan dalam mengelola risiko, serta dapat menjadi acuan stakeholder eksternal dalam menilai pelaksanaan manajemen risiko di Perusahaan, Perusahaan Anak dan Perusahaan Terelasi. Tujuan utama dari EWRM adalah memastikan bahwa aktivitas bisnis Perusahaan terlindung dari kerugian yang dapat mengancam kelangsungan bisnis Perusahaan. Framework manajemen risiko ini juga mengacu pada ruang lingkup manajemen risiko yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yang mencakup: (1) Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi, (2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit, (3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko, dan (4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Komponen-komponen dari EWRM Framework: i) Budaya Risiko Perusahaan menjadikan manajemen risiko sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari budaya perusahaan dan proses pengambilan keputusan. Filosofi manajemen risiko perusahaan melekat pada pendekatan Three Lines of Defense dimana risiko dikelola dari titik aktivitas pengambilan risiko. Terdapat pembagian tanggung jawab yang jelas atas kepemilikan risiko antar bagian di Perusahaan. Lini 1: Risk Taking Unit (Unit Bisnis dan Unit Pendukung) Lini pertama adalah line management, baik dari unit bisnis dan unit pendukung. Unit-unit ini akan menghadapi risiko dalam aktivitas harian, dengan demikian unit tersebut berada dalam posisi yang paling tepat untuk mengelola risiko serta memastikan pemenuhan regulasi, standar, kebijakan dan prosedur. Dalam proses manajemen risiko, mereka merupakan lini pertahanan pertama untuk mengelola risiko yang mencakup namun tidak terbatas pada proses identifikasi, mengukur, memonitor, mengendalikan dan melaporkan risiko serta mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memitigasi risiko, untuk memastikan mereka dalam posisi In Control.

Lini 2: Satuan Kerja Manajemen Risiko, Satuan Kerja Kepatuhan dan Anti Fraud Management Lini kedua bertugas melakukan fungsi pengawasan yang independen dari aktivitas bisnis dan pelaporan ke manajemen untuk memastikan bahwa Perusahaan melakukan aktivitas bisnis dan beroperasi sesuai dengan appetite dan ketentuan dari regulator. Unit yang termasuk dalam lini kedua ini seperti satuan kerja manajemen risiko, satuan kerja kepatuhan dan anti fraud management. Unit-unit ini bekerja sama dengan unit bisnis untuk memastikan bahwa setiap risiko telah diidentifikasi dan dikelola dengan benar. Unit yang termasuk dalam lini kedua ini juga menyusun strategi dan mengimplemetasikan kebijakan dan prosedur, serta mengumpulkan informasi untuk memperoleh pandangan menyeluruh atas risiko Perusahaan. Lini 3: Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Lini ketiga adalah SKAI yang merupakan suatu unit independen yang bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden Direktur dan secara fungsional kepada Dewan Komisaris melalui Komite Audit. Ruang Lingkup Tugas SKAI ditetapkan untuk mengevaluasi pelaksanaan manajemen risiko dan proses pengendalian di perusahaan seperti apakah risiko telah diidentifikasi dan dikelola secara tepat serta kualitas dan perbaikan berkesinambungan telah melekat di dalam proses pengendalian Perusahaan, baik pada lini pertama maupun lini kedua. ii) Tata kelola & Organisasi Dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif, manajemen Perusahaan dan entitas anggota konglomerasi keuangan harus menyusun struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan dan kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas serta risiko yang melekat pada Perusahaan dan anggota konglomerasi keuangan. Dalam pengelolaan manajemen risiko, dibutuhkan struktur tata kelola perusahaan yang kuat yang berfungsi meningkatkan mekanisme four eyes principle dan transparansi dalam seluruh proses manajemen risiko, sehingga efektivitas dan konsistensi penerapan EWRM Framework dapat berjalan dengan baik. Terkait dengan penerapan manajemen risiko, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Direksi dibantu oleh komitekomite yang dibentuk berdasarkan kebutuhan, untuk menjamin objektifitas dan mutu dalam pengambilan keputusan. Bentuk pengawasan efektif yang harus dilakukan oleh Dewan Komisaris diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menyetujui dan mengevaluasi arah, kebijakan serta strategi manajemen risiko, sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun atau lebih jika terdapat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha Perusahaan secara signifikan. Kebijakan dan strategi manajemen risiko harus mempertimbangkan dampaknya terhadap permodalan Perusahaan. 2. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko paling sedikit secara triwulanan. 3. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan atau usulan Direksi yang berkaitan dengan transaksi atau kegiatan usaha yang memerlukan persetujuan dewan Komisaris. 4. Mengawasi pertanggungjawaban Direksi dalam pelaporan eksternal yang terkait dengan manajemen risiko. 5. Memastikan penerapan manajemen risiko terintegrasi sebagai bagian dari konglomerasi yang mencakup paling sedikit butir 1 dan 2 diatas. Untuk membantu Dewan Komisaris dalam memastikan terlaksananya pengawasan dan pemberian nasehat kepada Direksi serta kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan peraturan internal Bank, Perusahaan membentuk Komite Pemantau Risiko (KIPER). Direksi dibantu oleh komite-komite risiko dan fungsi kontrol dalam rangka memastikan efektivitas pelaksanaan EWRM Framework. Komite-komite secara umum memberikan keputusan mengenai arah dan kebijakan pengelolaan risiko sesuai fungsinya masingmasing meliputi Komite Manajemen Risiko, Assets and Liabilities Committee (ALCO), Credit Policy Committee (CPC), dan Operational Risk Committee (ORC). Dalam pelaksanaan manajemen risiko terintegrasi, dibentuk Komite Manajemen Risiko Terintegrasi. Dalam tataran operasional, selain Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR), satuan kerja lain yang terlibat dalam fungsi pengendalian internal diantaranya Satuan Kerja Kepatuhan (SKK), Satuan Kerja Anti Fraud Management (AFM), dan Syariah Advisory. Selain itu, kaji ulang independen secara berkala dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI), Risk Model Validation dan Credit Assurance Testing. iii) Risk appetite Risk Appetite didefinisikan sebagai jenis dan jumlah risiko yang akan diambil dan dapat diterima oleh manajemen Perusahaan dalam rangka mencapai tujuan stratejik dan bisnis. Risk Appetite bersifat dinamis, berubah sesuai dengan perubahan prioritas bisnis perusahaan, kemampuan manajemen risiko dan kondisi eksternal. Risk Appetite tidak

hanya mempertimbangkan pertumbuhan, pendapatan dan aspirasi bisnis tetapi juga posisi modal dan likuiditas serta kemampuan dan kekuatan manajemen risiko mencakup sistem, proses dan sumber daya manusia. Tujuan dari kerangka Risk Appetite yaitu untuk memastikan bahwa batasan dari aktivitas risk taking yang dapat diterima sesuai dengan strategi dan rencana operasional bisnis perusahaan serta cukup jelas untuk menjadi pedoman karyawan manajemen senior dan karyawan front line di seluruh unit bisnis dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Proses penetapan Risk Appetite dilakukan secara berkala setiap tahun. Risk Appetite Statements (RAS) terdiri dari 4 kategori pengukuran yang dibuat dengan memperhitungkan target bisnis yang akan dicapai, tingkat risiko dan permodalan. RAS ditampilkan dalam bentuk analisa kuantitatif dan kualitatif yang meliputi kategori: (i) Solvency dan permodalan, (ii) Diversifikasi dan volatilitas earning (pendapatan), (iii) Likuiditas, (iv) Franchise. Risk Appetite Perusahaan merefleksikan kemampuan dan kekuatan manajemen risiko, termasuk sistem, proses dan sumber daya manusia. Perusahaan akan selalu berusaha memastikan bahwa sistem, kemampuan dan kontrol risiko sudah cukup memadai dan efektif untuk mendukung risk appetite melalui identifikasi dan pengukuran risiko secara akurat. iv) Proses Manajemen Risiko Tujuan dari proses manajemen risiko yang baik adalah untuk mengelola risiko yang melekat pada aktivitas Perusahaan dengan tujuan untuk memberikan nilai tambah yang berkelanjutan secara maksimal terhadap seluruh aktivitas Perusahaan. Proses manajemen risiko dilaksanakan sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari dengan tujuan memastikan bahwa risiko dapat dipertimbangkan, dievaluasi dan direspon dengan cara dan waktu yang tepat. a. Perencanaan Bisnis Manajemen risiko merupakan hal utama dalam proses perencanaan bisnis sebagai bagian dari operasional sehari-hari. Integrasi manajemen risiko terhadap proses perencanaan bisnis dilakukan untuk membantu memastikan bahwa Perusahaan beroperasi sesuai dengan Risk Appetite yang ditentukan.

b. Identifikasi dan Penilaian Risiko Agar tercipta manajemen risiko yang efektif, risiko perlu didefinisikan dengan jelas, diidentifikasi secara proaktif dan dinilai secara berkelanjutan dengan dasar forward looking. Identifikasi dan penilaian risiko yang tepat berfokus pada menyadari dan memahami seluruh risiko inheren yang utama dalam aktivitas bisnis atau risiko-risiko utama yang dapat muncul dari faktor eksternal atau ketidakpastian. Jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh Perusahaan diantaranya mengacu pada ketentuan OJK meliputi risiko utama seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko transaksi intragrup dan risiko asuransi (jika ada), dan khusus untuk UUS, mencakup pula 2 (dua) jenis risiko spesifik syariah, yaitu risiko imbal hasil dan risiko investasi. Jenis-jenis risiko ini dapat berubah sesuai dengan perubahan peraturan yang berlaku maupun tingkat kompleksitas dan karakteristik bisnis Perusahaan di kemudian hari yaitu berdasarkan hasil penilaian dan kaji ulang dari bisnis unit dan atau Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR). Perusahaan melakukan identifikasi risiko melalui Risk & Control Self Assessment (RCSA) dan aktivitas Risk Assessment. RCSA merupakan suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan First Line of Defense untuk melakukan identifikasi dan penilaian terhadap risiko kunci dan kontrol sehingga dapat merencanakan tindakan perbaikan yang tepat untuk meminimalkan eksposur risiko yang ada. Adapun Risk Assessment mencakup proses identifikasi dan penilaian risiko sebagai berikut : 1. Penilaian tahunan atas risiko yang tidak termasuk dalam kategori risiko pilar 1 dan risiko yang dapat dikuantifikasi/ diukur kebutuhan modalnya. Risiko diidentifikasikan oleh unit bisnis dan support serta unit-unit yang bertanggung jawab untuk mengelola risiko tertentu. Proses ini merupakan bagian dari Internal Capital Adequacy Assessment Process (ICAAP) yang berfungsi untuk membantu Perusahaan menilai tingkat kecukupan modalnya. 2. Proses Risk Assessment yang dilaksanakan secara berkesinambungan dilakukan sebagai bagian dari aktivitas business as usual. Aktivitas tersebut dilakukan misalnya pada saat dilakukan evaluasi segmen bisnis baru (new business), pengembangan produk dan pada saat review periodik kebijakan dan prosedur.

c. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko bertujuan untuk mengukur profil risiko Perusahaan guna memperoleh gambaran efektifitas penerapan manajemen risiko dengan mengetahui besaran risiko suatu produk, portofolio dan aktifitas, serta dampaknya terhadap profitabilitas dan permodalan Perusahaan. Pengukuran risiko yang terkait kerugian sangat penting untuk keperluan pencadangan dan pemenuhan permodalan yang sehat. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan alat (metodologi, model dan sebagainya) yang disesuaikan dengan jenis risikonya baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, serta berdasarkan referensi dan pendekatan praktik terbaik (best practice) di industri keuangan dan perbankan, termasuk stress testing. Dalam rangka melaksanakan pengukuran risiko Perusahaan wajib sekurangkurangnya melakukan (i) evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur Risiko dan (ii) penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Perusahaan, produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat material. d. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Pengelolaan dan mitigasi risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis Perusahaan yang bertujuan untuk mengurangi risiko sampai kepada tingkat yang dapat dikelola. Hal ini dapat tercapai melalui penggunaan berbagai perangkat kontrol untuk mengurangi likelihood dari munculnya kejadian risiko atau dampak dari risiko. Secara umum, beberapa cara untuk mengelola dan memitigasi risiko adalah accept risk, treat risk, transfer risk dan terminate risk. Ketika Perusahaan memutuskan untuk accept atau treat risiko, harus tersedia limit risiko dan kontrol atau pengendalian risiko. Limit membantu manajemen untuk mengendalikan eksposur dan memantau aktivitas pengambilan risiko aktual dibandingkan dengan toleransi yang sudah ditentukan sebelumnya. Pengendalian dan limit dipantau dan dikaji ulang secara berkala untuk menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis, kondisi pasar dan perubahan regulasi. e. Pemantauan dan Pelaporan Pemantauan risiko bertujuan untuk mengevaluasi eksposur risiko secara berkesinambungan dan melakukan penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Perusahaan, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan sistem informasi manajemen risiko yang bersifat material.

Laporan aktivitas dari Risk Taking Unit dilakukan secara periodik untuk memastikan bahwa eksposur risiko baik secara portfolio maupun individual telah sesuai dengan risk appetite Perusahaan. Laporan tersebut berguna bagi manajemen dalam melakukan fungsi pemantauan risiko dan melakukan keputusan-keputusan bisnis. v) Infrastruktur Manajemen Risiko Infrastruktur manajemen risiko yang efektif sangat penting bagi implementasi enterprise wide risk management yang efektif. Tujuan utama dari infrastruktur manajemen risiko yang efektif meliputi memberikan gambaran yang menyeluruh terkait risiko dalam perusahaan, mengurangi inefisiensi dan pengulangan, mendorong perlakuan terhadap risiko yang konsisten di seluruh unit di organisasi, menciptakan pemikiran dan pengambilan keputusan yang risk aware di setiap level serta memungkinkan arus informasi risiko yang tepat baik ke atas, ke bawah dan antar seluruh unit di organisasi. Dalam penerapan manajemen risiko perlu disiapkan beberapa infrastruktur seperti: a. Kebijakan, Metodologi dan Prosedur Kebijakan manajemen risiko yang memadai sesuai dengan jenis risiko menjadi dasar bagi Perusahaan untuk mengelola risiko. Metodologi menyediakan arahan spesifik yang mendukung pelaksanaan kebijakan. Prosedur menyediakan pedoman yang lebih rinci untuk membantu implementasi kebijakan. Adanya kebijakan, metodologi atau standar, dan prosedur atau pedoman proses memungkinkan adanya suatu pandangan yang sama diantara seluruh unit organisasi, termasuk definisi risiko yang terstandarisasi dan risk language yang sama. b. Sumber Daya Manusia (SDM) Memiliki dan menarik SDM dengan kemampuan dan keahlian yang sesuai merupakan kunci untuk memastikan EWRM Framework berfungsi dengan baik. Organisasi berubah secara berkesinambungan serta secara proaktif merespon peningkatan kompleksitas Perusahaan serta lingkungan ekonomi dan regulasi. Pengukuran kinerja dan kompensasi disesuaikan dengan rencana strategis dan risk appetite. Tujuan dari pengukuran kinerja berbasis risiko adalah : i) Untuk membantu manajemen dalam melihat pengelolaan modal secara komprehensif karena konsep ini menghubungkan antara rencana stratejik Perusahaan dengan risiko yang mendasarinya ii) Meningkatkan tingkat optimalisasi keuntungan Perusahaan dikaitkan dengan besarnya modal yang tersedia dengan risiko yang mendasarinya

iii) Membantu Manajemen Perusahaan dalam mendeteksi secara dini atas potensi kerugian dimasa yang akan datang. iv) Sebagai bagian dari faktor pertimbangan dalam proses penilaian kinerja unit bisnis khususnya pemberian kompensasi dan insentif. Konsep perhitungan pengukuran risiko berbasis kinerja akan selalu disempurnakan dan dikembangkan sejalan dengan kemampuan Perusahaan baik dari segi metodologi, sistem informasi, infrastruktur dan sumber daya yang ada. c. Teknologi dan Data Teknologi dan manajemen data yang memadai merupakan pendukung aktivitas manajemen risiko. Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko, Perusahaan harus memiliki sistem informasi yang menyediakan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh manajemen. Perusahaan memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat memastikan: a. terukurnya eksposur risiko secara akurat, informatif, dan tepat waktu, baik eksposur risiko secara keseluruhan/komposit maupun eksposur per jenis risiko yang melekat pada kegiatan usaha Perusahaan, dengan serta eksposur risiko per jenis aktivitas fungsional Perusahaan; b. dipatuhinya penerapan manajemen risiko terhadap kebijakan, prosedur dan penetapan limit Risiko; c. tersedianya hasil (realisasi) penerapan manajemen risiko dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Perusahaan sesuai dengan kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko. Sistem informasi harus dapat menghasilkan laporan yang digunakan untuk pemantauan risiko secara berkelanjutan guna mendeteksi dan mengkoreksi penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur secara lebih cepat agar dapat mengurangi potensi terjadinya terjadinya loss event