BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I Pendahuluan ini, akan di bahas tentang: a) Latar Belakang Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e) Penegasan Istilah A. Latar belakang Masalah Pada dasarnya di dalam masyarakat terdapat norma-norma sebagai pedoman prilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan di masyarakat. Pendidikan moral perlu menjadi prioritas dalam kehidupan. Pedoman nilai, moral dan norma dalam diri manusia dan kehidupan akan sangat menentukan totalitas diri individu atau jati diri manusia, baik itu di lingkungan sosial dan kehidupan individu. Oleh karena itu, pendidikan nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai dengan norma-norma kebenaran menjadi suatu yang esensial bagi pengembangan manusia seutuhnya dalam konteks sosial. Penerapan norma yang sederhana di lingkungan sekolah yaitu Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santunyang sering disebut 5 S. Hal ini sering dilupakan oleh pendidik terhadap peserta didiknya. Peserta didik senantiasa hanya mengekang diri mereka pada norma-norma yang bersifat memaksa dan disiplin tanpa melihat bahwa hanya dengan memberi salam atau saling bertegur sapa juga dapat dikatakan sebagai media dalam membangun totalitas diri individu. Semua orang, khususnya peserta didik belum tentu dapat melakukan 5-S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) ini dengan baik. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda, ada orang yang ramah tetapi 1
2 tidak sedikit pula yang bersikap biasa-biasa saja. Hal ini menunjukkan rasa tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Untuk merealisasikan tercapainya norma yang baik, pemerintah mencanangkan delapan belas Pilar Pendidikan Berkarakter. Pendidikan karakter merupakan nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12)Menghargai prsetasi, (13) Bersahabat/komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial, dan (18) Tanggung jawab (Samani, 2012:52). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Selain itu, nilai-nilai yang perlu dibangun dalam diri generasi penerus bangsa secara nasional, yakni kejujuran, kerja keras, menghargai perbedaan, kerjasama, toleransi, dan disiplin (Muslich, 2011:140). Masalah remaja di sekolah pada umumnya, terutama pelajar yang ada di SMA Muhammadiyah Sape adalah mudah marah dan terprovokasi yang tidak terkendali sehingga berujung pada tawuran antarpelajar.dalam hal ini Pelajar juga tidak menutup kemungkinan terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seperti narkoba dan berbagai jenisnya.bahkan stigma pelajar saat ini diperparah
3 oleh perilaku penyimpangan sosial yang mereka lakukan dalam bentuk pergaulan bebas (Free sex, aborsi, homoseksula, lesbian, dan lain sebagainya).mereka juga terkesan kurang hormat kepada orangtuanya, guru, orang yang lebih tua, dan tokoh masyarakat. Dari sekian banyak masalah moral yang tengah menjadi perhatian sekolah, tampaknya tidak ada masalah yang lebih mengkhawatirkan daripada masalah kenakalan remaja.lebih tepatnya tindakan tersebut dilakukan oleh para remaja laki-laki dan perempuan yang berusia dibawah tujuh belas tahun.perilaku kenakalan remaja yang berbentuk kekerasan sering terjadi pada anak-anak remaja yang tinggal dalam satu lingkungan, yang kemudian membentuk tindakan nonmoral yang memperlihatkan rendahnya jiwa kemanusiaan yang sengaja dilakukan tanpa rasa bersalah. Demikianlah gambaran mendalam betapa perilaku pelajar pada masa ini telah berubah lebih jauh dalam hal ketertiban diri mereka sebagai bagian dari masyarakat.perubahan-perubahan tersebut juga tidak hanya tergambar dari perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelajar, tetapi juga dari berbagi bentuk ucapan dan tindakan tidak terpuji yang sudah mulai dilakukan oleh pelajar. Dalam hal ini, guru SMA Muhammadiyah Sape memiliki andil yang besar dalam keberhasilan pembentukan karakter siswa di sekolah. Dengan artian bahwa ternyata membangun karakter ini harus diiringi dengan karakter yang memberi contoh.karakter guru yang jelek sering melahirkan murid-murid yang kehilangan karakter.suatu contoh nyata adalah karakter mengajar guru yang membosankan bisa membuat kita tidak menyukai pelajaran yang disampaikannya.selain itu guru,
4 bisa menceritakan murid-murid yang bandel, nakal, tidak menyukai ilmu pengetahuan, dan menunjukan tingkah laku yang imitatif, manipulatif, konsumtif (gila belanja), dan tidak menarik dan mudah putus asa, ada juga yang sombongnya minta ampun.pelajar saat ini identik dengan tawuran, korban budaya cintacintaan, dan lain-lain (Mu in, 2011:28). B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari Latar Belakang Masalah yang telah terdiskripsikan diatas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan semboyan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) di SMA Muhammadiyah Sape? 2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam menerapkan semboyan 5 S (Senyum, salam, sapa, sopan dan santun) di SMA Muhammadiyah Sape? 3. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan semboyan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) di SMA Muhammadiyah Sape? C. Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan semboyan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) di SMA Muhammadiyah Sape.
5 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penerapansemboyan 5 S (Senyum, salam, sapa, sopan dan santun) di SMA Muhammadiyah Sape. 3. Untuk mengetahui solusi untuk menghadapi kendala dalam penerapan semboyan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) di SMA Muhammadiyah Sape. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam penelitian harus ditetapkan dengan tegas, jelas dan terarah.manfaat penelitian juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat keberhasilan dalam penelitian. Adapun manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian referensi di SMA Muhammadiyah Sape dalam upaya meningkatkan Norma yang mendukung terhadap Pendidikan karakter dengan bentuk sarana yang ada dan pola implementasinya pada kegiatan proses pembelajaran kelas maupun di luar kelas. Tentunya hal ini juga sangat memberikan konstribusi yang baik dan bermanfaat bagisma Muhammadiyah Sape sebagai Sekolah yang mencetak siswa yang berkarakter, hal ini jugasangat bermanfaat bagi semua SMA dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu karakter lulusan siswa yang nantinya memiliki karakter yang dihasilkan melalui Penerapan 5-S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) pada peserta didik melalui pembelajaran PKN di sekolah sebagai pilar pendidikan berkarakter.
6 2. Manfaat praktis Dari penelitian ini, terdapat manfaat-manfaat yang dapat diperoleh antara lain: a. Peneliti Merupakan sarana belajar untuk mengetahui lebih dalam tentang materi penelitian yang telah dipilih, di mana nantinya bisa menjadi bahan untuk melatih dan mengasah watak dan perilaku diri penulis dalam menjalani aktifitas hidup keseharian dan sebagai bahan untuk pembelajaran diri terhadap nilai nilai luhur mengenai moral dan etika dalam berkehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial, tumbuh suatu kepentingan diantara individu-individu dalam diri manusia yang harus dipertimbangkan sisi egois manusia yaitu antara kepentingan diri dan kepentingan orang lain. 4. Siswa Sebagai bahan pengetahuan dan pemahaman untuk menumbuhkan sebuah kesadaran sikap mengenai tindakan 5-S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) baik itu di sekolah maupun diluar sekolah. 5. Sekolah Sebagai bahan kajian referensi dan evaluasi dalam mengembangkan mutu akademik melalui penerapan 5-S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) dalam proses pembelajaran melalui sarana yang ada seperti mulai dari kurikulum hingga penerapan di dalam kelas maupun juga pengembangan pembelajaran diluar kelas seperti seminar, workshop dan sebagainya.
7 6. Jurusan Civic Hukum Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk menambah pengetahuan bagi calon sarjana jurusan Civic Hukum. 7. Dinas Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi kajian bagi Dinas Pendidikan yang ada di Kabupaten Bima, untuk lebih mengembangkan pendidikan karakter disekolah-sekolah yang berada di Kabupaten Bima, khususnya di Kecamatan Sape. E. Penegasan Istilah Agar pembaca memahami dan terhindar dari penfasiran yang berbeda dalam memahami isi skripsi ini, penulis menegaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul. 1. Implementasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia implementasi adalah pelaksanaan, penerapan tujuan. 2. Semboyan 5 S Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semboyan adalah tanda atau alamat untuk memberitahukan sesuatu. Jadi semboyan 5 S merupakan suatu tanda yang harus dijalankan oleh siswa khususnya di lingkungan sekolah, untuk pembentukan moral siswa kearah yang lebih baik lagi.
8 3. Pendidikan karakter Menurut Ratna Megawangi dalam Kusuma (2012:5), pendidikan karakter merupakan suatu usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan. Sehingga siswa yang memiliki karakter akan mampu bersosialisasi dan memiliki kemampuan untuk memecahkan sendiri masalah yang sedang dihadapinya.