UJI EFFEKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN BIDARA ( Ziziphus maurtiana Lam. ) PADA MENCIT JANTAN ( Mus musculus ) DENGAN INDUKSI OLEUM RICINI

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman Volume 8, Nomor 2, November 2017 ISSN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach Linn) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selain itu, pengobatan antidiare juga dapat menggunakan obat-obat kimia. Salah satu contohnya adalah loperamid. Loperamid HCL memiliki efek samping

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. bijinya untuk asma, bronkitis, kusta, tuberkulosis, luka, sakit perut, diare, disentri,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring ( ) Terhadap Mencit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB III METODE PENELITIAN

Effect of Ethanol Extract of Pomegranate Leaves (Punica granatum L) to the Sedative Effect on Mice BALB/C

Penelitian efek antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dengan metode transit intestinal oleh Hardoyo (2005), membuktikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

ABSTRAK. EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

UJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Penetapan Kadar Sari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ( Roxb.) terhadap Mencit dengan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

Repositori FMIPA UNISMA

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

Parawansah: Aktivitas Antidiare Seduhan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Pada Mencit (Mus musculus)

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

Hasil Pengamatan Standarisasi Simplisia No Analisis Hasil Analisis Standarisasi 1 2 3

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB II METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil perhitungan frekuensi atau jumlah diare rata-rata terhadap. a. Kelompok I (kontrol normal) : 0 ± 0

Tim Pengajar Praktek Farmakologi, 2011, Penuntun Praktikum Farmakologi, Poltekkes KemenkesMakassar

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

baik berkhasiat sebagai pengobatan maupun pemeliharaan kecantikan. Keuntungan dari penggunaan tanaman obat tradisional ini adalah murah dan mudah

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER DAN EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK BIJI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L) PADA MENCIT (MUS MUSCULUS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

Transkripsi:

JURNA PERMATA INDONESIA Volume 8, Nomor 2, November 2017 ISSN 2086-9185 Halaman 59-74 UJI EFFEKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANO DAUN BIDARA ( Ziziphus maurtiana am. ) PADA MENCIT JANTAN ( Mus musculus ) DENGAN INDUKSI OEUM RICINI Andi Adrianto 1, Joko Santoso 2, Edi Suprasetya 3 Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta Indonesia ABSTAK Diare merupakan perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya dalam interval waktu yang sangat singkat. Paling sedikit ada 20 virus, bakteri, dan protozoa yang berkembang biak di dalam saluran pencernaan manusia, keluar bersama feses, transit di lingkungan, dan akhirnya menyebabkan diare pada inang yang baru. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan diare adalah daun Bidara (Z. mauritiana). Daun bidara mengandung glikosida, tanin, fenol dan saponin, Senyawa tanin dapat digunakan sebagai anti diare. Senyawa tanin ini dapat berfungsi sebagai adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus. Tujuan : Mengetahui pengaruh efek ekstrak etanol daun bidara (Z. mauritiana) terhadap aktivitas anti diare pada mencit jantan dan mengetahui dosis efektif ekstrak etanol daun bidara (Z. mauritiana). Metode : Metode eksperimen dengan post only control group design. Dengan menggunakan tiga kelompok perlakuan. Hasil : Dari ketiga dosis daun bidara mempunyai aktivitas sebagai anti diare, ini ditunjukan dari uji anova dengan hasil sig 0,000 kelompok I dibandingkan dengan kelompok IV (kontrol positif) dan konsistensi fesesnya rata-rata lembek pada menit ke -120 sampai 180, kelompok II dibandingkan dengan kelompok IV (kontrol positif) menghasilkan nilai sig 0,604, konsistensinya pada menit ke-120 dan 180 mengalami perbaikan dari lembek dan berlendir menjadi lembek dan normal. kelompok III dibandngkan dengan kelompok IV (kontrol positif) menghasilkan nilai sig 0,130 dan konsistensi fesesnya pada menit ke-120 sampai 180 mengalami perbaikan dari lembek menjadi normal. Kesimpulan : Daun bidara mempunyai efek sebagai antidiare pada mencit jantan yang diinduksi oleum ricini, dan dari ketiga variasi dosis yang digunakan yang lebih efektif yaitu kelompok III (dosis 180 ), ini ditunjukan dari hasil uji anova kelompok III dibandingkan dengan kelompok IV (kontrol fositif) dengan nilai sig 0,132 ini menunjukan bahwa kelompok III mempunyai efek antidiare yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok IV (kontrol positif) sebagai antidiare. Kata Kunci : Daun bidara, konsistensi, frekuensi, diare, maserasi, oleum ricini. 59

PENDAHUUAN pengobatan diare di masyarakat adalah Diare merupakan masalah daun Bidara (Z. mauritiana). Bidara kesehatan di Asia Tenggara. Diare masih menjadi penyebab kematian empat sampai lima juta balita di dunia. Paling sedikit ada 20 virus, bakteri, dan protozoa yang berkembang biak di dalam saluran pencernaan manusia, keluar bersama feses, transit di lingkungan, dan akhirnya menyebabkan diare pada inang yang baru. Virus penyebab diare yang paling sering dikenal adalah enterovirus. Protozoa yang paling sering menyebabkan diare adalah amoeba. Diare yang disertai lendir dan darah biasanya disebabkan oleh bakteri, misalnya Shigella, Salmonella, Campylobacter, Escherichia coli, Yersinia enterocolitica, Clostridium difficile (Anonim, 2012). Salah satu tanaman yang merupakan salah satu herbal yang populer dan sudah mendapat posisi terbaik sebagai bahan obat tradisional. Daun bidara mengandung glikosida, tanin, fenol dan saponin (Najafi, 2013). Salah satu dari kandungan tersebut ada yang bisa digunakan untuk terapi simtomatis pada penyakit diare yaitu tanin (Tjay dan Rahardja, 2007). Senyawa tanin ini dapat berfungsi sebagai adstringensia saluran cerna dengan mekanisme menciutkan pori-pori dan selaput lendir usus sehingga air tidak dapat diserap ke dalam usus. Sehingga dengan adanya pemberian kulit Bidara pada penderita diare dapat mengurangi frekuensi diare dikarenakan selaput lendir usus mengalami penciutan (Tjay dan Rahardja, 2007). digunakan secara tradisional dalam 60

Senyawa tanin dapat digunakan sebagai anti diare. Senyawa tanin ini dapat berfungsi sebagai adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus. (Haryanto, 2010). Penelitian ini menggunakan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini. Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar. METODEOGI PENEITIAN Metode eksperimen dengan post only control group design. HASI kelompok dengan berat badan 20-25 gram dan umur 3 bulan. Tabel 1. Data berat badan, dosis permencit dan volume peyuntikan perlakuan kelompok I Ekstrak daun bidara (90) Mencit Dosis Berat Dosis Badan persatu (gram) mencit 1 90 22,40 2,016 2 90 23,50 2,022 3 90 20,80 1,872 4 90 21,40 1,926 5 90 23,40 2,106 Tabel 2. Data berat badan, dosis permencit dan volume penyuntikan perlakuan kelompok II Ekstrak daun bidara (135 ) Mencit Dosis Berat Dosis Badan persatu (gram) mencit 1 135 23,40 3,226 2 135 21,10 2,848 3 135 20,90 2,821 4 135 22,80 3,078 5 135 24,80 3,348 Dalam penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah mencit putih jantan sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 61

Tabel 3 Data berat badan, dosis permencit dan volume penyuntikan perlakuan kelompok III Ekstrak daun bidara (180 ) Mencit Dosis Berat Dosis Badan persat (gram) u mencit 1 180 20,30 3,654 2 180 21,10 3,798 3 180 22,10 3,978 4 180 20,60 3,708 5 180 23,60 4,248 Tabel 4. Data berat badan, dosis permencit dan volume penyuntikan perlakuan kelompok IV (loperamide 1,04 ) Men Dosis Berat Dosis cit Badan persatu (gram) mencit 1 1,04 2280 0,023 2 1,04 21,70 0,022 3 1,04 24,20 0,025 4 1,04 22,80 0,023 5 1,04 23,50 0,024 Tabel 5. Data berat badan, volume persatun mencit dan volume penyuntikan perlakuan kelompok V (aquadest) Mencit Volume Berat Badan persatu (gram) mencit 1 5 ml 22,40 2 5 ml 23,50 3 5 ml 20,80 4 5 ml 21,40 5 5 ml 23,40 Induktor yang digunakan sebagai pencetus diare dalam penelitian ini adalah oleum ricini. Dosis yang digunakan sebesar 0,75 ml/ 20 gbb. Tabel 6. Dosis dan Volume penyuntikan Oleum Ricini Kelompok Mencit Berat Dosis Perlakuan Badan Obat (gram) (0,75 ml/20 g.bb) Kelompok 1 22,40 0,75 Ekstrak 2 23,50 0,75 Etanol Daun 3 20,80 0,75 4 21,40 0,75 5 23,40 0,75 Kelompok 1 23,90 0,75 Ekstrak 2 21,10 0,75 Etanol Daun 3 20,90 0,75 4 22,80 0,75 5 24,80 0,75 Kelompok 1 20,30 0,75 Ekstrak 2 21,10 0,75 Etanol Daun 3 22,10 0,75 4 20,60 0,75 5 23,60 0,75 Kelompok 1 22,80 0,75 operamide 2 21,70 0,75 HC 3 24,20 0,75 4 22,80 0,75 5 23,50 0,75 Kelompok 1 23,20 0,75 kontrol 2 23,10 0,75 Aquadest 3 22,90 0,75 4 21,80 0,75 5 23,50 0,75 62

Andi Adrianto 1, Joko Santoso 2, Edi Suprasetya 2 Uji Efektivitas Antidiare... Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar (Anonim, 1993). Oleum ricini mengandung trigliserida dari asam risinoleat yang akan mengalami hidrolisis di dalam usus halus oleh enzim lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinoleat. Sebagai surfaktan anionik, zat ini bekerja mengurangi absorbsi netto cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus, sehingga berkhasiat sebagai dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar. Minyak jarak juga bersifat emolien. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi karena banyak obat yang lebih aman. Minyak jarak menyebabkan kolik, dehidrasi yang disertai gangguan elektrolit. Obat ini merupakan bahan induksi diare pada penelitian diare secara eksperimental pada hewan percobaan. Mencit setelah diinduksi semua perlakuan kemudian diamati frekuensi diare dengan cara menghitung bercak diare yang terdapat pada alas tempat mencit selama 3 jam. Hasil dapat dilihat pada grafik berikut ini : laksansia. Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus halus minyak jarak Gambar 1. Grafik Hasil Pengamatan Frekuensi Diare 63

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa kelompok ekstrak etanol daun bidara 90 selama 3 jam memberikan nilai rata-rata frekuensi diare sebesar 5,6. Sedangkan kelompok ekstrak etanol daun bidara 135 selama 3 jam memberikan nilai rata-rata frekuensi diare sebesar 3,6, dan kelompok ekstrak etanol daun bidara 180 memberikan nilai rata-rata frekuensi diare sebesar 2,8. Dari ketiga dosis ekstrak etanol daun bidara menunjukkan adanya pengurangan nilai rata-rata frekuensi diare berbanding lurus dengan peningkatan dosis ekstrak etanol daun bidara. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol aquadest, nilai rata-rata frekuensi diare kelompok ekstrak etanol daun bidara 90, 135, dan 180 lebih kecil dari frekuensi kelompok kontrol aquadest dengan nilai rata-rata 7,2. Sedangkan kelompok operamide HC dosis 1,04 memberikan nilai rata-rata frekuensi diare sebesar 3,4. Penentuan konsisitensi feses dilakukan dengan cara melihat bentuk feses yang terjadi, dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu konsistensi berlendir atau berair (B), konsistensi lembek (), dan konsistensi normal (N). Dari hasil penentuan konsistensi feses, diperoleh data dari masing -masing kelompok perlakuan sebagai berikut : Tabel 7 Hasil Konsistensi feses antar kelompok perlakuan Perlakuan Waktu Hewan (menit) I II III IV V kelompok 60 B B B B B ekstrak etanol daun 120 bidara 90 180 kelompok 60 B B B B B ekstrak etanol daun 120 B B bidara 135 180 N N N kelompok 60 B B B B B ekstrak etanol daun 120 B B bidara 180 180 N N N N operamide 60 B B B B B HC dosis 1,04 120 B B B B B 180 kelompok 60 B B B B B kontrol 64

aquadest 120 B B B B B 180 B B B B B Keterangan : B : Berlendir; : embek; N : Normal dilakukan uji determinasi tanaman di aboratorium Biologi Farmasi UAD. Berdasarkan hasil uji determinasi menunjukan bahwa bahan yang di gunakan adalah benar-benar daun PEMBAHASAN A. Penyiapan bahan daun bidara (Zizphus maurtiana am.) Proses penelitian ini menggunakan daun bidara yang di panen dari lokasi Gumawang, Putat, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta pada tanggal 20 Mei 2017. Pemanenan dilakukan pagi hari jam 9, alasan pagi hari karena menghindari sinar matahari yang bisa menyebabkan kandungan dalam daun bidara terurai. Kerakteristik daun bidara yang dipanen berwarna hijau tua dan terhindar dari kerusakan. Daun bidara dibeli sebanyak 2 kantong plastik berat 2kg dengan harga Rp. 170.000. Membuktikan kebenaran bahan yang digunakan benar daun bidara (Ziziphus maurtiana am). Proses pengumpulan bahan terdiri dari sortasi basa yang bertujuan membersihkan daun bidara dari benda-benda asing seperti tanah, dan binatang yang menempel pada daun bidara. Selanjutnya daun bidara di cuci dengan air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada daun. Daun bidara yang sudah dicuci bersih selanjutnya dirajang, tujuan perajangan yaitu untuk mempercepat proses penge ringan daun. Proses penge -ringan kali ini peneliti melakukan penge ringan dengan menggunakan sinar matahari langsung karena cuaca memungkinkan dan cukup baik. bidara. 65

Pengeringan ini dilakukan dengan tujuan agar mengurangi kadar air pada daun bidara sehingga tidak terjadi tumbuhnya kapang atau jamur. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat di simpan dengan waktu yang lama. Simplisia daun bidara yang sudah kering dijadikan serbuk dengan cara di blender. Tujuannya untuk memperhalus kontak antara serbuk dengan penyari sehingga mempermudah penyari untuk menarik zat aktif yang terkandung dalam simplisia daun bidara. Setelah diblender, serbuk daun bidara ditimbang yang didapat 800 g. B. Pembuatan ekstrak daun bidara (Ziziphus maurtiana am) Daun bidara di buat ekstrak dengan metode maserasi. Peneliti menggunakan metode maserasi mudah dilakukan dan digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari.cairan penyari yang digunakan yaitu alkohol 70% yang dibeli di Apotek sebanyak 1000 ml dengan harga Rp. 60.000. Alkohol 70% dengan perbandingan 1:2 terhadap simplisia daun bidara, dari 500 g serbuk daun bidara 1000 ml alkohol 70%. Etanol merupakan pelarut paling baik untuk menyari zat aktif saponin, tanin dari daun bidara. Etanol digunakan sebagai penyari agar menghambat pertumbuhan kapang dan jamur pada simplisia yang dimaserasikan. Dibandingkan dengan pelarut lainnya, Etanol memunyai titik didih yang rendah dan Etanol juga tidak beracun dan tidak berbahaya. Proses maserasi yang dilakukan peneliti karena metode ini sangat sederhana, 66

yaitu menggunakan toples kaca dan di aduk 3 kali sehari setiap 12 jam selama 5 hari. Proses pengadukan yang dilakukan dengan tujuan menjamin keseimbangan konsen trasi bahan yang akan diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Proses penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan kain flannel untuk mendapatan cairan yang akan dilakukan pemanasan untuk mendapatkan ekstrak kental dari simplisia daun bidara. untuk mendapatkan ekstrak kental daun bidara dilakukan penguapan dari ekstrak cairnya. Penguapan dilakukan dengan menggunakan kompor gas dengan api yang sedang, dalam proses penguapan cairan sambil diaduk untuk mendapat ekstrak kentalnya. Ekstrak kental daun bidara memiliki warna konsentrasi kental dan melekat pada pengaduk yang kita gunakan. C. Uji organoleptik ekstrak dan hasil hitungan randemen Uji organoleptik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji kualitas suatu bahan atau ekstrak menggunakan panca indra manusia. Jadi dalam hal ini aspek yang diuji dapat berupa bentuk, warna, rasa dan bau. Organoleptik merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam menganalisis kualitas dan mutu simplisia. Tabel 8. Uji organoleptik ekstrak dan hasil hitungan rendemen Bentuk Warna Bau Rasa Kental Kecoklatan Khas dari daun bidara Pahit Hasil dari hitungan randemen. Rumus : Hasil : % kecoklatan, dan bau yang khas serta 67

Pengujian organoleptik atau sensory test didefinisikan sebagai metode untuk mengukur, menganalisa, dan menginterpresta sikan reaksi dari karakteristik ekstrak yang diterima melalui penglihatan, bau, rasa, maupun sentuhan, dalam ekstrak etanol daun bidara ini dilakukan uji organoleptis guna untuk mendeskripsikan bentuk, bau, warna maupun rasa dari ekstrak etanol dau bidara. Hasilnya sebagai berikut ini, bentuk : kental, warna : kecoklatan, bau : khas dari daun bidara dan rasa : pahit. Dan hasil dari perhitungan randemen ekstra etanol daun bidara dengan berat simplisia 500 gr yang dimaserasikan menggunakan etanol 70% sebanyak 1000 ml menghasilkan rendemennya sebanyak 15,8 %. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal. D. Perlakuan pada mencit (Mus Musculus) Dalam penelitian ini menggunakan hewan uji mencit jantan putih karena mempunyai sensitivitas yang baik dalam uji antidiare. Menggunaan mencit jantan dengan alasan untuk mencegah pengaruh faktor biologis karena pada mencit betina dipengaruhi masalah siklus estrus dimana perkembang biakan dapat terjadi serta dipenga ruhi oleh hormon-hormon gonado tropin dan kelenjar endokrin. Disamping keseragaman jenis kelamin hewan uji digunakan juga keseragaman spesiesnya, berat badan 20-25 gram, dan umur 3 bulan. Hal ini bertujuan untuk memperkecil variabilitas biologis antar hewan uji yang digunakan, sehingga dapat memberikan respon yang relatif lebih seragam terhadap rangsangan kimia yang dilakukan. Mencit yang akan digunakan harus dijaga agar tidak stress. Jika 68

kondisi mencit yang dalam keadaan stress tidak bisa di gunakan dalam penelitian ini, karena mencit yang stress tidak mampu mengabsorsi obat dengan baik jadi akan mempengaruhi efek dan hasil dari obat tersebut. Ciri-ciri mencit stress seperti mencit menjadi lebih agresif dan mencit tidak tenang. Oleh karena itu dalam mengontrol mencit harus diperhatikan makanan yang dikonsumsi, pencahayaan ruangan, dan kandang mencit. Mencit diberi makan, dan pencahayaan jangan terlalu terang karena mencit sensitif terhaap cahaya jika terlalu terang akan mengakibatkan mencit ter ganggu dan bisa mengakibatkan mencit menjadi stress. Kandang mencit dijaga kebersihannya, dan kandang diberi alas jerami agar suhunya terjaga dan agar urin yang dikeluarkan mencit dapat diserap Sebelum mencit digunakan mencit diadaptasikan terlebih dahulu supaya mencit tidak stress dan bisa berakibat mati pada waktu penelitian. Selain itu mencit juga harus dipuasakan selama 16-18 jam terlebih dahulu. Ini dilakukan untuk menyamakan keadaan mencit dan mencegah pengaruh dari makanan yang dikonsumsi. Pada keadaan lambung kosong absorsi obat tidak terganggu karena tersedianya ruang untuk menampung seluruh bahan uji. Pemberian dosis pada mencit harus diperhatikan karena jika dosis berlebih akan over dosis yang bisa menimbulkan kematian pada hewan uji, dan bila dosis kurang maka tidak akan menimbulkan efek obat yang diharapkan. Oleh karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah sebelum digunakan hewan uji ditimbang lebih dahulu, kemudian jerami tersebut. 69

baru dihitung dosis mencit. Pemberian volume penyuntikan yang diberikan kepada mencit tergantung pada berat badan mencit dan dosis yang digunakan. Semakin besar berat badan mencit dan semakin besar dosis yang digunakan semakin banyak pula volume obat yang diberikan. Penelitian ini menggunakan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini. Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasal dari biji Ricinus communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar. Pemberian obat antidiare menggunakan rute pemberian secara mulut hingga tenggorokan dengan injeksi khusus injeksi peroral. Pada penelitian ini obat antidiare yang digunakan adalah loperamide. operamide memiliki kesamaan mengenai rumus kimianya dengan opiat petidin dan berkhasiat obstipasi kuat dengan mengurangi peristalik. operamide ini tidak bekerja terhadap sistem saraf pusat, sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalisasi kesimbangan resorp si-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Bahan uji pada penelitian ini menggunakan ekstrak etanol daun bidara. Kerja antidiare ekstrak etanol daun bidara pada mencit dengan menginduksikan oleum ricini. Dosis ekstrak etanol daun bidara yang peroral (p.o) yang diinjeksi kerongga 70

digunakan 90 mg/kg BB, 135 mg/kg BB, dan 180 mg/kg BB. Dan pada metode ini ada dua pengamatan berupa, konsistensi feses dan frekuensi diare. Frekuensi diare dan konsistensi feses dihitung berdasarkan keseringan defekasi yang berupa berlendir (B), lembek () dan normal (N). Dari hasil percobaan, didapatkan data rata-rata frekuensi diare sebagai berikut. Nilai rata rata frekuensi diare setelah pemberian oleum ricini dan perlakuan selama 3 jam tertinggi ada di kelompok kontrol aquadest. Hal ini terjadi karana kelompok kontrol aquadest tidak diberi perlakuan dengan sedian antidiare. Sedangkan pada kelompok Ekstrak etanol daun bidara dan loperamide HC mempunyai nilai rata rata frekuensi diare setelah pemberian oleum ricini dan pengamatan selama 3 jam lebih kecil dari kelompok kontrol aquadest dengan nilai terkecil pada kelompok Ekstrak etanol daun bidara 180 sebesar 2,8. Data nilai rata-rata frekuensi diare antar kelompok kemudian dibandingkan secara statistik menggunakan uji T, yang akan di ambil berupa berbeda signifikan dan berbeda tidak signifikan. Arti dari berbeda signifikan ini iyalah menunjukan perbedaan yang cukup jauh dari kedua kelompok yang dilakuakan pengujian, sedangkan berbeda tidak signifikan menunjukan hasil yang hampir sama pada kedua kelompok yang dibandingkan, berikut ini hasil dari uji T yang dilakukan. Tabel 9. Uji Anova No Perbandingan Signifik Keterangan ansi 1 Ekstrak etanol 0,000 Berbeda daun bidara 90 signifikan operamide 2 Ekstrak etanol 0,604 Berbeda daun bidara tidak 135 signifikan operamide 71

Andi Adrianto 1, Joko Santoso 1, Edi Suprasetya 3 Uji Efektivitas Antidiare... 3 Ekstrak etanol 0,130 Berbeda daun bidara tidak 180 signifikan operamide 4 Aquadest 0,000 Berbeda operamide signifikan Dari hasil uji anova diatas terbukti secara nyata bahwa kelompok I berbeda dengan kelompok IV (0,000<0,05). Rerata kelompok I lebih besar dari kelompok IV (I-J=2,20) hal ini menunjukan bahwa kelompok IV lebih baik sebagai anti diare dibandingkan dengan kelompok I. Kelompok II terbukti secara nyata dengan kelompok IV (0,604>0,05). Rerata kelompok II lebih besar dari kelompok IV (I-J=0,20) ini menunjukan bahwa kelompok IV lebih baik dibandingkan kelompok II. Terbukti secara nyata bahwa kelompok III tidak berbeda dengan kelompok IV (0,130>0,05). Rerata kelompok III lebih besar dari menunjukan bahwa kelompok III memiliki aktivitas antidiare yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok V. Terbukti secara nyata bahwa kelompok V berbeda dengan kelompok IV (0,000<0,05). Rerata kelompok V lebih besar dari kelompok IV (I-J=-3,80) hal ini menunjukan bahwa kelompok IV memiliki aktivitas antidiare yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok V. Maka dapat disimpilkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak etanol daun bidara semakin besar kandungan senyawa taninnya sehingga mempunyai efek antidiare yang lebih baik. KESIMPUAN 1. Ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus maurtiana) mempunyai aktivitas antidiare pada mencit jantan (mus musculus) yang diinduksi dengan kelompok IV (I-J=0,60) hal ini 72

oleum ricini, dibuktikan dengan nilai sig lebih dari 0,05 2. Dosis ekstrak etanol daun bidara (180 ) lebih efektif dibandingkan dengan kelompok I ekstrak etanol daun bidara (90 ) dan kelompok II ekstrak etanol daun bidara (135 ) dalam mengatasi diare pada mencit jantan yang diinduksi dengan oleum ricini DAFTAR PUSTAKA Anonim., 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam, Phytomedica, Jakarta. Anonim, 2009. MIMS Indonesia Pentunjuk Konsultasi, PT. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), Jakarta. Anonim., 2012. Diare. Diunduh dari 21 Nopember 2016 dari http://pantirapih.or.id/index.php?option=com_content&view=articl e&id=174:diare&catid=54:kesehat an-ibu-dan-anak&itemid=99. Anonim., 2005. Senyawa Antimikroba Dari Tanaman. Diunduh dari 5 November 2016 dari http://indobic.or.id/berita_detail. php?id_berita=124. Arif. A., Sjamsudin. U., 1995. Obat okal Dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Jakarta, FK-UI, hal. 511-512. Arrington,. R., 1972. Introductory aboratory Animal. The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York. Backer, C.A & Van Den Brik, R.C.B., 1965. Flora of Java (Spermatophtes Only), volume I, 120-121, 337-342, N.V.P Noordhoff- Groningen- The Netherlands, eyden. Dit Jen POM., 1995. Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 7, 503. 73

Najafi, M., 2013. Traditional and Modern Uses of Natural Honey In Human Diseases: A Review. Iran J Basic Med Sci, 16: 731-742. Haryanto, S. 2010. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia, Yogyakarta: Palmall 74