Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 217 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 217 Lina Safarina 1, M. Budi Santoso², Lilis Nurlaelan Komariah 3 Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Secara nasional, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi balita kekurangan gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai dengan 33,1%. Di kota Cimahi Selatan jumlah balita yang sangat kurus sebanyak 12 balita (,7%), kurus 383 balita (4,9%), normal 1625 balita (93,71%), gemuk 696 balita (4,1%) dari 17341 balita. Salah satu penyebab masalah status gizi pada balita diantaranya adalah pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini 266 ibu yang memiliki balita dan yang dijadikan Sampel sebanyak 73. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan dua tahapan, yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat hubungan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan P value,2 nilai α,5, hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi balita. Kesimpulan penelitian ini adalah dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden pengetahuan baik tentang pemanfaatan posyandu yaitu sebanyak 54 ibu (74%), dan balita yang mempunyai status gizi normal yaitu 54 balita (61,6%). Kata kunci: Pengetahuan, pemanfaatan posyandu, status gizi balita
ABSTRACT Background: Nationally, 26,518 malnourished children are found. In 33 provinces in Indonesia, 19 provinces have a prevalence of underweight children under the national prevalence rate ranging from 19.7% to 33.1%. In the city of South Cimahi the number of children under five As many as 12 toddlers (.7%), 383 toddlers underweight (4.9%), normal 1625 toddlers (93.71%), fat 696 toddlers (4.1%) of 17341 toddlers. One of the causes of nutritional status problems among children is mother's knowledge and economic level. Research Objective: To know the relationship of mother's knowledge about posyandu utilization with nutritional status of toddlers. Method: The research design used is analytical with Cross-Sectional approach. The number of population in this study 266 mothers who have a toddler and who made the sample as much as 73. Sampling using accidental sampling. Technique of data collecting by filling questionnaire. Data analysis using two stages, that is univariate analysis to see frequency distribution and bivariate analysis to see Chi-Square relation. Result: research result show P value,2 value α,5, it shows there is relation Between knowledge of mother in utilization of posyandu program with nutritional status of toddlers. Conclusion: it can be seen that most of the respondents good knowledge about the utilization of posyandu are as many as 54 mothers (74%), and toddlers who have normal nutritional status is 54 toddler (61,6%). Keywords: Knowledge, posyandu utilization, nutritional status of toddlers
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 217 PENDAHULUAN Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah -6 bulan (Adriani, 212). Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo. B dan Anggraeni. DY, 21). Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Pada tahun 213, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 27 (18,4 %) dan tahun 21 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 213 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 21 terdiri dari 13,% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 27, 4,9% pada tahun 21, dan 5,7% tahun 213. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 215 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi burukkurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 % dalam periode 213 sampai 215. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi balita kekurangan gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai dengan 33,1 persen. Atas dasar sasaran MDG 215, terdapat tiga provinsi yang memiliki prevalensi balita kekurangan gizi sudah mencapai sasaran yaitu Bali (13,2%), DKI Jakarta (14,%), Kepulauan Bangka Belitung (15,1%). Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi kekurangan gizi pada balita antara 2,-29,%, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila 3 persen (WHO, 21). Pada tahun 213, secara nasional prevalensi kekurangan gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan gizi pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi. Diantara 33 provinsi, terdapat dua provinsi termasuk kategori prevalensi sangat tinggi, yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (33,%). Masalah gizi timbul akibat berbagai faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi memburuknya keadaan gizi, yaitu pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi makan yang kurang yang akhirnya berdampak pada kematian. Faktor penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anak atau penyebab infeksi. Faktor penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, keterampilan, perilaku dan sikap (Adisasmito, 21).
Akibat dari masalah gizi tersebut dapat menyebabkan beberapa efek serius pada balita seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan, bahkan dapat menimbulkan kematian pada balita. Namun, kejadian masalah gizi pada balita ini dapat dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara pemberian makanan dan mengatur makanan balita dengan baik. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan gizi pada balita. Sehingga pengetahuan orang tua tentang gizi merupakan kunci keberhasilan baik atau buruknya status pada balita (Notoatmodjo, 27). Upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan dan perbaikan gizi adalah dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui posyandu. Kegiatan posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Adisasmito, 27). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 211). Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan pemberian suplemen gizi. Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan yaitu pada balita (Depkes RI, 215). Salah satu faktor yang mempengaruhi ibu datang ke posyandu adalah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri adalah hal yang penting bagi manusia, yang dapat merubah persepsi mengenai suatu hal. Pengetahuan diartikan sebagai pengalaman yang kita alami. Pengalaman-pengalaman itu harus disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu keseluruhan yang berkaitan satu sama lain sebagai suatu gejala yang dapat diterangkan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan seorang ibu akan dapat meningkatkan dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu dan akan selalu berperilaku, bertindak dan bersikap untuk mendorong perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 25). Beberapa dampak yang dialami balita, bila ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu antara lain tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak mendapat vitamin A untuk kesehatan mata, ibu balita tidak mengetahui pertumbuhan berat badan balita tiap bulan, ibu balita tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan tentang makanan tambahan (PMT). Dengan aktif dalam kegiatan posyandu ibu balita dapat memantau tumbuh kembang balitanya (Depkes RI, 27). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan dengan jumlah status gizi kurus sebanyak 152 balita (5,65%), normal
sebanyak 2394 balita (88,85%), dan gemuk sebanyak 146 balita (5,43%). Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan yang memiliki balita dengan status gizi kurus dan gemuk terbanyak adalah kelurahan utama. Di kelurahan utama terdiri dari 16 RW yaitu salah satunya RW Lembur Sawah dengan jumlah 54 balita. Lembur Sawah mempunyai 3 Posyandu yaitu Posyandu Dahlia A, Posyandu Dahlia B dan Posyandu Bougenville. Posyandu Bougenville mempunyai masalah status gizi terbanyak dibandingkan Posyandu Dahlia A dan Dahlia B. Pada Posyandu Bougenville diperoleh hasil bahwa pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program Posyandu dengan status gizi balita yang diukur melalui lembar kuesioner menunjukan dari 1 ibu yang pengetahuan baik sebanyak 7 orang (7%) menyatakan rutin melakukan kunjungan ke posyandu untuk melihat tumbuh kembang anaknya dan pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (3%) menyatakan tidak perlu rutin melakukan kunjungan ke posyandu selama anaknya sehat. Kunjungan ibu dan balita ke posyandu dilaksanakan setiap satu bulan satu kali, jumlah semua balita di RW 16 yaitu 266 balita dengan balita yang hadir sebanyak 19 balita dan yang tidak hadir sebanyak 76 balita. Dengan demikian masih terdapatnya pengetahuan ibu yang kurang tentang pemanfaatan posyandu pada status gizi balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini termasuk penelitian analitik dengan pendektana cross sectional (Riyanto, 211). Penelitian ini dilakukan di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan pada bulan Mei 217. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun berjumlah 73 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik accidental sampling. Mei 217. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun berjumlah 73 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik accidental sampling. Alat dan Bahan Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner berisi data yang meliputi nama ibu (inisial), nama anak (inisial), umur/tanggal lahir anak dan ibu, pendidikan ibu. Untuk variabel pengetahuan ibu tentang pemanfaatan program posyandu berisi 18 pertanyaan. Alat ukur untuk variabel status gizi balita dilihat dengan cara menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) dengan ambang batas (Z-Score). Uji validitas ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Tengah terhadap 2 responden yang datang ke salah satu posyandu wilayah kerja puskesmas Cimahi Tengah, dengan nilai kemaknaan (,5) r tabel (product moment) sebesar,444, dikatakan tidak valid jika nilai r hitung r tabel (,444). Reliabilitas pada kuesioner tingkat pengetahuan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus alpha cronbach, hasil tersebut maka diputuskan bahwa pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dinyatakan reliable dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. Pengelolaan dan analisis data menggunakan komputer. Analisis terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 217 Jalannya Penelitian 1. Langkah I Penelitian a. Mencari Fenomena Dan Masalah Penelitian b. Menentukan Judul Penelitian c. Mengajukan surat izin pengambilan data awal d. Mendapatkan surat izin penelitian e. Menentukan Lahan Penelitian f. Melakukan Studi Pendahuluan g. Melakukan Studi Kepustakaan h. Menyusun Proposal Penelitian dan i. Melaksanakan Seminar Proposal j. Memperbaiki Hasil Seminar k. Mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitia 2. Langkah II Penelitian a. Mendapatkan izin dari lapangan untuk melakukan penelitian b. Melaksanakan penelitian di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 217 c. Melakukan pengolahan dan analisis data d. Mengambil kesimpulan 3. Langkah III Penelitian a. Menyusun laporan hasil penelitian b. Mempresentasikan hasil penelitian c. Memperbaiki dan dokumentasikan hasil peneliti Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 21). Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari variabel pengetahuan ibu tentang pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita. Analisis univariat dapat disajikan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi yaitu : F = x x 1 % w Keterangan : F : Frekuensi X : jumlah kasus dalam variabel W : Jumlah sampel 1. Analisi Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengungkapkan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang diduga saling berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 21). Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan hubungan pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 217. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Chi Square (X 2 ) karena dua variabel merupakan data kategorik (nominal dan ordinal) dengan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha,5 (5%) (Riyanto, 211). x 2 = (fo fe)2 fe Keterangan : x 2 : Nilai Kai Kuadrat (Chi Square) fo : Frekuensi yang di observasi (frekuensi empiris) fe : Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) : Jumlah semua pertanyaan
Uji kemaknaan dilakukan dengan menggunakan α=,5 dan Confidence Interval (CI) 95% (Penelitian di kesehatan masyarakat) dengan nilai kemaknaan jika p value <,5 maka Ho fe : frekuensi yang diharapkan fk : jumlah frekuensi pada kolom fb : frekuensi pada garis T : jumlah keseluruhan baris kolom Bila terdapat sel yang mempunyai nilai expected <5, maksimal 2% dan jumlah sel, maka uji yang digunakan ditolak akan tetapi jika p value >,5 maka Ho diterima (Riyanto, 211). Adapun rumus mencari frekuensi teoritis (fe) fe = ( fk)x( fb) T adalah Chi Square. Berdasarkan hasil uji tersebut didapatkan nilai P value,2 <,5 yang berarti Ho ditolak atau adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi balita. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL Tabel I. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu di Posyandu Bougenvile Kota Cimahi Selatan Tahun 217 Pengetahuan Frekuensi Persentase(%) Kurang Cukup Baik 19 54 26. 74. Total 73 1 Berdasarkan tabel I menunjukan bahwa dari 65 responden diketahui hampir seluruh responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan program posyandu yaitu sebanyak 54 ibu (78,5%). Tabel II. Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 217 Frekuensi Persentase (%) Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk 28 45 38,4 61,6 Total 73 1 Berdasarkan tabel II di atas menunjukan bahwa dari 73 responden, sebagian kecil dari responden yang mempunyai status gizi kurus yaitu 28 balita (38,4%), dan yang mempunyai gizi normal sebanyak 45 balita (61,6%).
Tabel III. Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 217 Pengetahuan Ibu Kejadian Total Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk N % N % N % N % N % Cukup 13 68,4 6 31,6 19 1 Baik 15 27,8 39 72,2 54 1 Jumlah 28 38,4 45 61,6 73 1 P value,2 Berdasarkan tabel III menunjukan bahwa sebagian kecil dari 73 responden terdapat 19 responden yang mempunyai pengetahuan cukup dengan status gizi kurus sebanyak 13 balita (68,4%) dan status gizi normal sebanyak 6 balita (31%) Sedangkan 54 responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan status gizi kurus sebanyak 15 balita (27,8%) dan status gizi normal sebanyak 39 balita (72,2%). 2. PEMBAHASAN Berdasarkan tabel III bahwa, didapatkan hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue (,2) < (,5), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi pada balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 217. Berdasarkan hasil CI (Confidence Interval) 95% ibu yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 5.633 kali untuk memanfaatkan posyandu dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan cukup. Sedangkan balita dengan kategori kurus berpeluang 2.453 kali untuk memanfaatkan program posyandu dibandingkan dengan kategori normal.. Adapun balita yang memiliki status gizi kurang tapi pemanfaatan posyandunya baik, dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Selain itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting juga dalam pemenuhan gizi balita tersebut (Proverawati, 29). Salah satu faktor yang mempengaruhiibu datang ke posyandu adalah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri adalah hal yang penting bagi manusia, yang dapat merubah persepsi mengenai suatu hal. Pengetahuan diartikan sebagai pengalaman yang kita alami. Pengalaman-pengalaman itu harus disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu keseluruhan yang berkaitan satu sama lain sebagai suatu gejala yang dapat diterangkan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan seorang ibu akan dapat meningkatkan dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu dan akan selalu berperilaku, bertindak dan bersikap untuk mendorong perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 25). Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut dalam hal ini spesifik kepada pemanfaatan pelayanan posyandu yaitu keaktifan anaknya datang ke posyandu atau keaktifan orang tua membawa anaknya.
Dengan ibu dapat melakukan penimbangan rutin dan mengetahui status gizi balitanya setiap bulan dan menambah pengetahuan ibu balita tentang asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dapat mempengaruhi status gizi. Keaktifan ibu pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Karena salah satunya tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Agar tercapai itu semua maka ibu yang memiliki anak balita hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu agar status gizi balitanya terpantau (Kristiani, 27). Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih dalam tubuh. Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain menurutnya kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi), terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan energi yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi (Almatsier, 24). KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah dapat diketahui bahwa dari 73 responden, sebagian besar dari responden mempunyai pengetahuan baik tentang pemanfaatan program posyandu yaitu 54 ibu (74%), sebagian besar responden dengan status gizi balita normal yaitu 45 balita (61,6%), terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi balita dengan nilai P-value (α =,2), artinya <,5. Diharapkan bagi tenaga kesehatan penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam upaya peningkatan program perbaikan gizi masyarakat dipuskesmas tentang status gizi balita dan kunjungan rumah (home visit), meningkatkan kerja kader di posyandu dengan pelatihan dan identifikasi penyebab ibu dengan pengetahuan yang kurang, sehingga pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dapat meningkat. Bagi peneliti selanjutnya banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam pemanfaatan posyandu dengan status gizi, sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan beragam populasi yang lebih besar dan pendekatan penelitian yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. (21). Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Adriani, m. (212). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana. Almatsier, S. (25). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. (213). PROSEDUR PENELITIAN : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes. (211). Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia, www.depkes.go.id. Depkes. (213). Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia, www.depkes.go.id. Depkes. (215). Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia, www.depkes.go.id. Fitriani, I. (21). HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI KECAMATAN PEMULUTAN SELATAN KABUPATEN OGAN HILIR. http://server2.docfoc.us.diperoleh pada tanggal 3 Maret 217 Gizi, Departemen. (211). Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hidayat, A. (29). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, K., & Supradi. (27). Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, S. (21). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (21). Promosi Kesehatan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (21). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Octavianis, U. J. (28). HUBUNGAN KEAKTIFAN KELUARGA DALAM KEGIATAN POSYANDU. www.researchgate.net. diperoleh pada tanggal 16 Mei 217 RI, K. K. (211). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Riduwan, D. (212). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Riyanto, A. (211). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sugiyono. (212). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta. Sulistyorini, C. I. (21). Posyandu & Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika. Supariasa, D. N. (216). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Triwahyudianingsih. (29). HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU BALITA TERHADAP KEAKTIFAN DALAM KEGIATAN POSYANDU III DUSUN BOTO KABUPATEN TULUNGAGUNG. https://eprints.unc.ac.id.diperoleh pada tanggal 16 Mei 217