Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN DAN SEMINAR NASIONAL III AKREDITASI RUMAH SAKIT 8 9 AGUSTUS 2017

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT

STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 DAN CARA PENILAIANNYA. Dr.dr.Sutoto,M.Kes**

PENINGKATAN PELAYANAN GIZI DALAM MENUNJANG AKREDITASI PUSKESMAS

PEDOMAN SURVEI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

DAFTAR WAWANCARA RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

PEDOMAN SURVEI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009)

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

PERSIAPAN BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN TERKAIT UU KEPERAWATAN DALAM STANDAR AKREDITASI RS VERSI 2012

BERKAS PERMOHONAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

KIAT MEMPERSIAPKAN RUMAH SAKIT MENYONGSONG AKREDITASI BERSTANDAR INTERNASIONAL*

STANDAR AKREDITASI BARU RUMAH SAKIT INDONESIA. KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT JohanTSaleh

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. seperti klinik harus selalu berusaha untuk memenuhinya dalam

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS)

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TIPS AND STRATEGY FOR HOSPITALS TO PREPARE HOSPITAL ACCREDITATION NATIONAL STANDARDS 1ST ED. DR.Dr.Sutoto,M.Kes

HP Palembang 22 Juni 1953

Tata laksana dan metoda survey akreditasi

Efektif 1 Januari STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT Edisi 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

BAB I PENDAHULUAN. operasional, standar pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan.

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA DARI BERBAGAI SUMBER

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

STRATEGI PENINGKATAN MUTU RM DALAM MENUNJANG AKREDITASI VERSI 2012 KARS

PHARMACIST CREDENSIALS IN THE INDONESIAN NATIONAL ACCREDITATION STANDARD 2012 VERSION

Strategi. Implementasi SNARS 1 dalam PELAYANAN KEPERAWATAN

NOTULEN PERTEMUAN Nama Pertemuan : 1. Pembentukan Tim Akreditasi 2. Pembentukan Tim Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien Tanggal : Pukul :

Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia), Disamping itu juga sebagai Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in

Tak ada manusia Yang terlahir sempurna Jangan kau sesali Segala yang telah terjadi Kita pasti pernah Dapatkan cobaan yang berat Seakan hidup ini Tak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS DTP BEBER Nomor : 047/SK/KA-PKM.BBR/I/2015 TENTANG LAYANAN KLINIS DI UPT PUSKESMAS DTP BEBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Rekam medis harus berisi informasi lengkap perihal

MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

INSTRUMEN AKREDITASI PUSKESMAS

PENGALAMAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DI DINKES PROV DIY

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS PINKER

PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TAMBAKBOYO. Nomor : TENTANG LAYANAN KLINIS KEPALA UPTD PUSKESMAS TAMBAKBOYO

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

PEDOMAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Keehatan R.I

PEDOMAN TATA LAKSANA SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEDOMAN TATA LAKSANA SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS SEMATANG BORANG

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

2016, No Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 perlu disesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum; c. bahwa berdasar p

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan diperlukan

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes

Akreditasi RS. Stella Maris Tahun Yos Immanuel J., SKM, M.Kes.

Peranan KARS dalam mengatasi Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Dr Henry Boyke Sitompul,SpB Komisi Akreditasi Rumah Sakit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM AKREDITASI VERSI 2012 UNTUK SURVEIOR* DR.Dr.Sutoto,M.Kes

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD dr. T.C. HILLERS MAUMERE NOMOR : RSUD/SK/ /VIII/2016 T E N T A N G

PERAN ASESOR INTERNAL DALAM PERSIAPAN AKREDTASI RS. Dr.dr.Sutoto,M.Kes

Transkripsi:

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian dan konsep akreditasi a. Pengertian Umum Akreditasi merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk suatu lembaga/institusi. Akreditasi bertujuan secara umum untuk mengevaluasi dan menilai suatu institusi sesuai standard yang telah ditetapkan. b. Akreditasi Pelayanan Kesehatan Proses penilaian diri dan penilaian eksternal yang digunakan oleh organisasi kesehatan untuk menilai tingkat kinerja mereka dalam kaitannya dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan cara-cara untuk peningkatan berkelanjutan (Spath, 2009). c. Konsep Dasar Akreditasi Pelayanan Kesehatan Akreditasi Pelayanan Kesehatan berfokus kepada tiga aspek utama yaitu berorientasi kepada pasien, mutu serta keselamatan pelayanan dan akses pelayanan d. Akreditasi Rumah Sakit Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi. (PMK 34/2017) e. Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi adalah Pengakuan yang diberikan oleh Lembaga Independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar Akreditasi.

2. Tujuan dan manfaat akreditasi a. Tujuan Akreditasi Pelayanan Kesehatan : Akreditasi adalah proses sukarela di mana kinerja organisasi diukur berdasarkan standar kinerja yang diterima secara nasional. Standar akreditasi didasarkan pada peraturan pemerintah dan masukan dari individu dan kelompok dalam industri pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan kesehatan mencari akreditasi karena : meningkatkan kepercayaan publik, evaluasi obyektif kinerja organisasi, dan merangsang upaya peningkatan kualitas organisasi. (Spath, 2009). b. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit Berdasarkan PMK 34 tahun 2017 tentang Akreditasi RS, pengaturan Akreditasi Rumah Sakit bertujuan untuk: a. meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi keselamatan pasien Rumah Sakit; b. meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi; c. mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan; dan d. meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di mata Internasional. Hafizzurahman (2008) menyatakan beberapa tujuan akreditasi rumah sakit dan faktor pendorongnya sebagai berikut: No Tujuan Faktor Pendorong 1 Meningkatkan pelayanan pasien Standar akreditasi merupakan kerangka yang membantu RS secara berkesinambungan meningkatkan kinerja & kualitas pelayanan 2 Meningkatkan kepercayaan Status akreditasi memberikan kenyataan yang masyarakat kuat kepada masyarakat tentang upaya-upaya RS memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik 3 Perbaikan management Memberikan kerangka komprehensif & Pelayanan Kesehatan membimbing RS ke kinerja yg efektif

4 Meningkatkan rekrutmen staf membuat karyawan yg bermutu lebih suka bekerja di RS yg diakui mutunya 5 Meningkatkan pembayaran Akreditasi digunakan untuk kelancaran pelayanan kesehatan pembayaran asuransi atau pembayar lain 6 Kepercayaan dari pihak Menyederhanakan & memfokuskan tugas-tugas berkepentingan pemantauan yg ditetapkan oleh pemerintah c. Tujuan Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Berdasarkan PMK 46/2015 tentang Akreditasi FKTP, pengaturan Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi bertujuan untuk: a. meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien; b. meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai institusi; dan c. meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Peningkatan dan pembinaan kinerja mutu FKTP tersebut dilakukan secara berkesinambungan melalui empat kegiatan yaitu sistem manajemen, sistem manajemen mutu, sistem manajemen resiko dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program.

Berikut ini adalah Tujuan Akreditasi FKTP Bagi Dinkes Bagi BPJS Bagi Masyarakat Bagi Prov & Kab/Kota Kesehatan Fasyankes Sebagai WAHANA Sebagai syarat 1. Memperkuat 1. Memberikan PEMBINAAN recredensialing kepercayaan keunggulan peningkatan mutu masyarakat kompetitif kinerja 2. Adanya Jaminan 2. Menjamin melalui perbaikan Kualitas pelayanan pelayanan yang kesehatan primer berkesinambungan yang terhadap berkualitas. sistem manajemen, 3. Meningkatkan sistem pendidikan pada manajemen mutu staf dan sistem 4. Meningkatkan penyelenggaraan pengelolaan risiko pelayanan dan klinis, serta keselamatan pasien penerapan 5. Membangun dan manajemen risiko. meningkatkan kerja tim antar staf 6. Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian, dan konsistensidalam bekerja 7. Meningkatkan keamanan dalam bekerja.

d. Nilai dari Akreditasi Pelayanan Kesehatan 1. Ciptakan budaya mutu dan keselamatan yang berfokus pada perbaikan terusmenerus (continuous quality improvement) 2. Dapatkan kepercayaan dan pengakuan publik 3. Libatkan pasien dan keluarga sebagai mitra dalam proses perawatan 4. Tingkatkan keamanan dan efisiensi di lingkungan kerja yang berkontribusi terhadap kepuasan staf 5. Negosiasi untuk pembayaran dengan menggunakan data berkualitas 6. Kepemimpinan kolaboratif yang berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik e. Manfaat Akreditasi Pelayanan Kesehatan Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di pelayanan kesehatan, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya. Melalui proses akreditasi pelayanan kesehatan dapat : Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama. Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua tingkatan. Selain manfaat di atas, pelaksanaan akreditasi pelayanan kesehatan mempunyai manfaat sebagai berikut ini : 1.Peningkatan Pelayanan (diukur dengan clinical indicator) 2.Peningkatan Administrasi & Perencanaan 3.Peningkatan Koordinasi Asuhan Pasien 4.Peningkatan Koordinasi Pelayanan 5.Peningkatan Komunikasi Antara Staff

6.Peningkatan Sistem & Prosedur 7.Lingkungan Yang Lebih Aman 8.Minimalisasi Risiko 9.Penggunaan Sumber Daya Lebih Efisien 10.Kerjasama Organisasi Yang Lebih Baik 11.Penurunan Keluhan Pasien & Staf 12.Peningkatan Kesadaran Staf Akan Tanggung Jawabnya 13.Peningkatan Moril Dan Motivasi 14.Re-energized Organization 15.Kepuasan Stake Holder 3. Tahapan penyelenggaraan akreditasi a. Akreditasi Rumah Sakit Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit meliputi kegiatan: a. persiapan Akreditasi; Persiapan Akreditasi dilakukan oleh Rumah Sakit yang akan menjalani proses Akreditasi, meliputi kegiatan: i. penilaian mandiri (self assesment); ii. workshop; dan iii. bimbingan Akreditasi. Penilaian mandiri (self assesment) bertujuan untuk mengukur kesiapan dan kemampuan Rumah Sakit untuk pemenuhan Standar Akreditasi dalam rangka survei Akreditasi. Penilaian mandiri (self assesment) dilakukan dengan menggunakan instrument Akreditasi. Instrumen Akreditasi merupakan alat ukur yang dipakai oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi untuk menilai Rumah Sakit dalam memenuhi Standar Akreditasi. Workshop diselenggarakan untuk menunjang pemenuhan Standar Akreditasi Rumah Sakit. Bimbingan Akreditasi merupakan proses pembinaan terhadap Rumah Sakit untuk meningkatkan kinerja dalam mempersiapkan survei Akreditasi. Bimbingan Akreditasi dapat diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi dan/atau oleh tenaga pembimbing. Tenaga pembimbing dapat berasal dari

Kementerian Kesehatan dan/atau Rumah Sakit yang telah lulus Akreditasi. Tenaga pembimbing memberikan bimbingan Akreditasi berupa pendampingan. b. pelaksanaan Akreditasi Pelaksanaan Akreditasi dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi, meliputi kegiatan: i. survei Akreditasi; dan ii. penetapan status Akreditasi. Survei Akreditasi merupakan penilaian untuk mengukur pencapaian dan cara penerapan Standar Akreditasi. Survei Akreditasi dilakukan oleh surveior dari lembaga independen penyelenggara Akreditasi sesuai dengan Standar Akreditasinya. Surveior harus memberikan rekomendasi kepada lembaga independen penyelenggara Akreditasi terhadap Rumah Sakit yang dinilainya. Rekomendasi berupa rekomendasi Akreditasi dan/atau rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan oleh Rumah Sakit untuk pemenuhan Standar Akreditasi. Penetapan status Akreditasi dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi berdasarkan rekomendasi Akreditasi dari surveyor. Dalam hal Rumah Sakit mendapatkan rekomendasi perbaikan dari surveior sebagaimana dimaksud dalam, Rumah Sakit harus membuat perencanaan perbaikan strategis untuk memenuhi Standar Akreditasi yang belum tercapai. Rumah Sakit yang mendapatkan rekomendasi perbaikan dari surveior harus dilakukan survei Akreditasi kembali oleh surveior lembaga independen penyelenggaran Akreditasi penilai. c. Pasca akreditasi. Kegiatan pascaakreditasi dilakukan dalam bentuk survey verifikasi. Survei verifikasi bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan rekomendasi dari surveior. Survei verifikasi hanya dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang telah melakukan penetapan status Akreditasi terhadap Rumah Sakit. Dalam hal Rumah Sakit telah mendapatkan penetapan status akreditasi, namun pada saat survei verifikasi tidak dapat mempertahankan dan/atau meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan rekomendasi

surveior, lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi yang melakukan penetapan status Akreditasi dapat melakukan pencabutan Penetapan Status Akreditasinya. Rumah Sakit yang telah memiliki status Akreditasi dan/atau lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang melakukan akreditasi harus melaporkan status Akreditasi Rumah Sakit kepada Menteri. Rumah Sakit dapat mencantumkan kata terakreditasi di bawah atau di belakang nama Rumah Sakitnya dengan huruf lebih kecil dan mencantumkan nama lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang melakukan Akreditasi, serta masa berlaku status Akreditasinya, Penulisan nama Rumah Sakit dengan status Akreditasi mengikuti PMK 34/2017 b. Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Penyelenggaraan Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dilakukan melalui tahapan: i. survei Akreditasi; dan ii. penetapan Akreditasi. Dalam menyelenggarakan Akreditasi dapat dilakukan pendampingan dan penilaian praakreditasi. Puskesmas yang telah terakreditasi wajib mendapatkan pendampingan pascaakreditasi. Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi yang telah terakreditasi dapat mengajukan permohonan pendampingan pascaakreditasi kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Survei Akreditasi merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur tingkat kesesuaian terhadap standar Akreditasi. Survei Akreditasi dilakukan oleh surveior Akreditasi dari lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri. Penetapan Akreditasi merupakan hasil akhir survei Akreditasi oleh surveior dan keputusan rapat lembaga independen penyelenggara Akreditasi. Penetapan Akreditasi dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri. Penetapan Akreditasi dibuktikan dengan sertifikat Akreditasi.

4. Standar Akreditasi a. Standar Akreditasi Rumah Sakit Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar akreditasi. Akreditasi rumah sakit yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 di Indonesia, selama ini menggunakan standar akreditasi berdasarkan tahun berapa standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian, sehingga selama ini belum pernah ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia, sedangkan status akreditasi saat ini ada status akreditasi nasional dan status akreditasi internasional, maka di Indonesia perlu ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Berdasarkan hal tersebut maka standar akreditasi untuk rumah sakit yang mulai diberlakukan pada Januari 2018 ini diberi nama Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 dan disingkat menjadi SNARS Edisi 1. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar akreditasi baru yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut dengan edisi 1,

karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk akreditasi rumah sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 berisi 16 bab. Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang selanjutnya disebut SNARS Edisi 1 ini juga dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan bab penting pada SNARS Edisi 1 ini, referensi dari setiap bab dan juga glosarium istilah-istilah penting, termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah sakit. I. Pengelompokkan Standar dalam SNARS Edisi 1 Standar dikelompokkan menurut fungsi-fungsi penting yang umum dalam organisasi perumahsakitan. Pengelompokan berdasarkan fungsi, saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Standar dikelompokkan menurut fungsi-fungsi yang terkait dengan penyediaan pelayanan bagi pasien; juga dengan upaya menciptakan organisasi rumah sakit yang aman, efektif, dan terkelola dengan baik. Fungsi-fungsi tersebut tidak hanya berlaku untuk rumah sakit secara keseluruhan tetapi juga untuk setiap unit, departemen, atau layanan yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut. Lewat proses survey dikumpulkan informasi sejauh mana seluruh organisasi mentaati pedoman yang ditentukan oleh standar. Keputusan pemberian akreditasinya didasarkan pada tingkat kepatuhan terhadap standar di seluruh organisasi rumah sakit yang bersangkutan. Pengelompokan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi 1) sebagai berikut:

II. Perbedaan SNARS Edisi 1 dengan Standar Akreditasi Tahun 2012 Adapun perbedaan Akreditasi SNARS (Versi 2017) dengan Akreditasi KARS Versi 2012 adalah untuk akreditasi rumah sakit yang berisi 16 bab sementara pada standar akreditasi versi 2012 terdapat 15 bab uraian elemen penilaian, pedoman serta standar lebih rinci dijelaskan melalui narasi, bukan berbentuk tabel atau kolom sebagaimana yang ada dalam buku Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012, SNARS Edisi 1 yang baru diberlakukan bulan Januari 2018 kemarian, juga dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan bab, serta referensi dari setiap bab dan juga glosarium/alfabetis istilah-istilah penting. Termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah sakit. Sehingga lebih mudah dipahami dibanding instrumen akreditasi versi 2012. Perubahan Nama Bab Dalam SNARS 1. Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) 2. Pelayanan Pasien (PP) Pelayanan Asuhan Pasien (PAP) 3. Manajemen Penggunaan Obat (MPO) Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

4. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE), dimana beberapa standar dari Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) standar versi 2012 yang terkait dengan komunikasi, dijadikan satu di Manajemen Komunikasi dan Edukasi ini. 5. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 6. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS) 7. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM) 8. Sasaran Milenium Development Goals (SMDGs) Program Nasional dimana terdiri dari: 1. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. 2. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS. 3. Program Menurunan Angka Kesakitan TB 4. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) 5. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri Hal Baru dalam SNARS : STANDAR PENGELOLAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA) PELAYANAN GERIATRI INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN (UNTUK RS YANG MENJADI WAHANA PENDIDIKAN ) b. Standar Akreditasi FKTP Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi wajib terakreditasi. (2) Akreditasi Puskesmas dan Klinik Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap 3 (tiga) tahun. (3) Akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap 5 (lima) tahun. Pemerintah Daerah berkewajiban mendukung, memotivasi, mendorong, dan memperlancar proses pelaksanaan Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi..

I. Standar Akreditasi Puskesmas Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu kelompok administrasi manajemen, kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), dan kelompok Upaya Kesehatan Perorangan atau Pelayanan Kesehatan. Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu: Kelompok Administrasi Manajemen, yang diuraikan dalam : 1. Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) 2. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) 3. Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP) Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikan dalam: 1. Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS) 2. Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat (KMUKM) 3. Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikan dalam: 1. Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) 2. Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) 3. Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) II. Standar Akreditasi Klinik Pratama Standar akreditasi Klinik disusun dalam 4 Bab, yaitu: Bab I. Kepemimpinan dan Manajemen Klinik (KMK) Bab II. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) Bab III. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) Bab IV. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) III. Standar Akreditasi Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Dokter Gigi Standar akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi disusun dalam 2 Bab, yaitu: Bab I. Kepemimpinan dan Manajemen Praktik Mandiri (KMPM) Bab II. Layanan Klinis dan Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (LKPM)

c. Standar Akreditasi Pelayanan Kesehatan berskala Internasional Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan selaku regulator di bidang kesehatan memilih akreditasi dengan sistem Joint Commission International (JCI) karena lembaga akreditasi tersebut merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi. Adapun Standar Akreditasi Pelayanan Kesehatan berskala Internasional mengacu pada sumber-sumber a.l. sebagai berikut : Guidelines and Principles for the Development of Health and Social Care Standards, 4 th Edition V1.2, 4th Edition September 2015, International Society for Quality in Health Care ( ISQua ) Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 6th Edition, 2017 Joint Commission International Accreditation Standards for Primary Care, 2nd Edition, 2017 5. Proses dan Hasil Penilaian Akreditasi a. Hasil Penilaian Akreditasi RS Non Pendidikan Tidak lulus akreditasi Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab yang disurvei, semua mendapat nilai kurang dari 60 % Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari surveior dilaksanakan. Akreditasi tingkat dasar Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 15 bab yang di survei hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %

Akreditasi tingkat madya Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 15 bab yang di survei ada 8 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 7 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 % Akreditasi tingkat utama Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 15 bab yang di survei ada 12 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 3 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 % Akreditasi tingkat paripurna Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 15 bab yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80 % b. Hasil Penilaian Akreditasi RS Pendidikan Tidak lulus akreditasi Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang di survey mendapat nilai kurang dari 60 % Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari surveior dilaksanakan. Akreditasi tingkat dasar Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16 babyang di survei hanya 4 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 % Akreditasi tingkat madya Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 16 bab yang di survei ada 8 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan 8 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %

Akreditasi tingkat utama Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16 bab yang di survei ada 12 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi pendidikan pelayanan kesehatan mendapat nilai minimal 80 % dan 4 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 % Akreditasi tingkat paripurna Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 16 bab yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80 % Bila Rumah Sakit tidak mendapat status akreditasi paripurna dan ada bab nilainya dibawah 80 % tetapi diatas 60 %, maka Rumah Sakit dapat mengajukan survey remedial untuk bab tersebut. Penetapan status Akreditasi Puskesmas terdiri atas: a. tidak terakreditasi; b. terakreditasi dasar; c. terakreditasi madya; d. terakreditasi utama; atau e. terakreditasi paripurna. Penetapan status Akreditasi Klinik Pratama terdiri atas: a. tidak terakreditasi; b. terakreditasi dasar; c. terakreditasi madya; atau d. terakreditasi paripurna. Penetapan status Akreditasi tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi terdiri atas: a. tidak terakreditasi; atau b. terakreditasi.