PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

I. PENDAHULUAN. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari kerusakan

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

I. PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang. agar produk akhir yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirobbil alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

STUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih

PERBANDINGAN PATI GARUT DENGAN KARAGENAN SERTA KONSENTRASI LIPID COCOA BUTTER TERHADAP PEMBUATAN EDIBLE FILM KOMPOSIT ARTIKEL

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. dan Asia adalah Fragaria chiloensis L. Spesies stroberi lain yang lebih

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

PERBANDINGAN KONSENTRASI PATI SUKUN DAN TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK EDIBLE FILM SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola makan sehat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana al-qur an. menjelaskan dalam surat Abbasa (80) :

II. TINJAUAN PUSTAKA

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penggunaan Plastik sebagai Bahan Pengemas Pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

PENGARUH PENAMBAHAN PEG-400 DAN LILIN LEBAH TERHADAP KARAKTERISTIK FILM EDIBEL DARI CAMPURAN METILSELULOS- KARBOKSIMETILSELULOSA-SUSU BUNGKIL KEDELAI

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS

SINTESA PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI SAGU DENGAN GLISEROL DAN SORBITOL SEBAGAI PLASTICIZER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI KOMPOSIT ALGINAT, GLUTEN DAN LILIN LEBAH (BEESWAX)

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI SINGKONG SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang

Pengembangan Biopolimer sebagai Material Kemasan Kopi (Coffee Packaging)

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

ALHAZEN Journal of Physics Vol. II No. 2 Th ISSN:

PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN TERHADAP SWELLING DAN TENSILE STRENGTH EDIBLE FILM HASIL PEMANFAATAN PATI LIMBAH KULIT SINGKONG

KARAKTERISASI KOMPOSIT EDIBLE FILM BUAH KOLANG-KALING (Arenge Pinnata) DAN LILIN LEBAH (Beeswax)

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biodegradable film secara umum diartikan sebagai film yang dapat didaur ulang

MEMPEkAJARl KARAKTERISTIK FlSlK EDIBLE FILM

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEBAGAI BAHAN GLISEROL

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. edible coating pada fresh-cut Apel Manalagi. CMC yang digunakan untuk

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

SINTESIS BIOPLASTIK DARI KITOSAN-PATI KULIT PISANG KEPOK DENGAN PENAMBAHAN ZAT ADITIF

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Dari sisi food safety kemasan makanan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling sering kita jumpai saat ini adalah plastik (Nurminah, M. 2002). Plastik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dalam dua dasarwarsa terakhir, kemasan plastik telah merebut pangsa pasar kemasan dunia, menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Penggunaan kemasan plastik sintetis saat ini masih diminati karena sifatnya fleksibel, ekonomis, kuat, tidak mudah pecah, dan mempunyai kemampuan tinggi sebagai penahan transmisi gas. Konsumsi plastik di Indonesia diproyeksikan mencapai 1,9 juta ton (Kementrian Perindustrian. 2013). Namun kemasan plastik ini, jumlahnya akan semakin terbatas dan bersifat tidak mudah didegradasi, akibatnya terjadi penumpukan limbah plastik yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini salah satunya dengan menggunakan kemasan plastik yang ramah lingkungan. 1

2 Meningkatnya kesadaran manusia akan masalah ini dan tuntutan kepraktisan, maka dikembangkanlah edible packaging yang merupakan jenis kemasan dari bahan organik, bersifat terbarukan, dan dapat diuraikan kembali oleh mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Edible packaging adalah jenis bahan yang digunakan untuk mengemas berbagai makanan untuk memperpanjang umur simpan produk yang dapat dimakan bersama-sama dengan makanan tersebut (Pavlath dan Orts, 2009). Ada 2 jenis edible packaging, yaitu yang berbentuk lapisan (edible coating) dan lembaran (edible film) (Krochta, 1992). Lapisan atau lembaran film (edible film) ini berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis dengan mengurangi transmisi uap air, aroma, dan lemak dari bahan pangan yang dikemas. Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak dan zat terlarut) dan atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif dan untuk meningkatkan penanganan makanan (Krochta dkk, 1994). Fungsi dan penampilan edible film bergantung pada sifat mekaniknya yang ditentukan oleh komposisi bahan di samping proses pembuatan dan metode aplikasinya (Rodriguez dkk, 2006). Edible film dapat dibuat dari bahan hidrokoloid dan lemak atau campuran keduanya. Edible film yang dibuat dari hidrokoloid memiliki keunggulan dalam sifat mekanis dan kemampuan yang baik untuk melindungi produk terhadap oksigen, karbondioksida dan lipid. Namun kurang bagus dalam menahan migrasi uap air (Falguera dkk, 2011). Edible film dari lipid mempunyai kelebihan yaitu baik digunakan untuk

3 melindungi penguapan air. Edible film dari komposit (gabungan hidrokoloid dan lipid) dapat meningkatkan kelebihan dari film hidrokoloid dan lipid serta mengurangi kelemahannya (Danhowe dan Fennema, 1994). Karagenan dan pati termasuk salah satu bahan hidrokoloid. Menurut Abdaou dan Sorour (2014) edible film dari karagenan dapat diformulasikan dengan hidrokoloid lain seperti pati untuk meningkatkan sifat mekanik film. Amilosa dalam pati umumnya digunakan untuk membuat film dan gel yang kuat. Penggunaan pati didasarkan pada biaya yang relatif murah dibandingkan dengan bahan lain seperti protein, kelimpahan bahan, dapat dimakan (edible) dan sifat termoplastiknya (Mali, dkk., 2005). Pati merupakan senyawa yang tersusun dari polisakarida (karbohidrat), polipeptida (protein) dan lipida. Ketiga komponen penyusun pati tersebut memiliki sifat termoplastik, sehingga mempunyai potensi untuk dibentuk atau dicetak sebagai film kemasan.salah satu keunggulan bahan polimer ini adalah bahannya yang berasal dari sumber terbarui yang dapat dihancurkan secara alami atau biodegradable (Rahardiyanto dan Agustini, 2013). Salah satu tanaman yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku dalam pembuatan edible film adalah umbi garut. Umbi garut (maranta arundinacea L) memiliki kandungan pati antara 8-16% (Koswara, 2013). Umbi Garut secara turun-temurun telah dikonsumsi oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia namun pengolahannya menjadi pangan fungsional masih terbatas. Edible film dari komposit (gabungan hidrokoloid dan lipid) dapat meningkatkan kelebihan dari

4 film hidrokoloid dan lipid serta mengurangi kelemahannya (Danhowe dan Fennema, 1994). Sangat banyak lipid yang dapat digunakan dalam formulasi edible packaging tergantung target aplikasinya. Lilin adalah zat yang paling efisien untuk mengurangi permeabilitas kelembaban, karena hidrofobisitasnya yang tinggi,disebabkan oleh kandungan yang tinggi dari fatty alcohol rantai panjang dan alkana, diikuti oleh stearil alkohol, acetyl acyl glycerol, trigliserida (seperti tristearin), dan fatty acid (seperti cocoa butter). Santoso, dkk. (2012) menyatakan standar dalam pembuatan edible film merujuk JIS Z 1707: 1975, Plastic film for food packaging sebagai standar dalam pembuatan edible film dengan nilai WVTR (Water Vapor Transmission Rate) maksimal 10 g/m 2 /hari, kuat tekan minimal 50 gf, dan nilai elongasi minimal 70%. Damarjana, dkk (2015) melaporkan bahwa karakteristik edible film berbasis karagenan dan beeswax yang baik dihasilkan pada karagenan 2%, beeswax 0,1%, gliserol 1%, tween 80 0,2% dan fruktosa 1% dengan nilai WVTR 23,86 g/m 2 /hari, kuat tarik 24,13 mpa dan elongasi 30,95%. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh edible film komposit mendekati standar merujuk JIZ. Pada penelitian ini akan ditambahkan cocoa butter untuk menurunkan water vapor transmision rate dan pati garut untuk memperbaiki sifat mekanik pada edible film. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah apakah perbandingan pati garut-karagenan dan

5 konsentrasi lipid cocoa butter berpengaruh terhadap karakteristik edible film komposit. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu untuk menetapkan perbandingan pati garut dengan karagenan serta konsentrasi lipid cocoa butter terhadap karakteristik edible film komposit. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui dan mempelajari pengaruh perbandingan pati garut dengan karagenan serta konsentrasi lipid cocoa butter terhadap pembuatan edible film komposit. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah: (1) Penelitian ini dapat memberikan perkembangan pada penelitian di bidang edible film. (2) Penelitian ini dapat menghasilkan plastik yang dapat digunakan sebagai pembungkus makanan yang ramah lingkungan. (3) Pemanfaatan rumput laut (karagenan) dan pati garut sebagai material pengemas. (4) Menghasilkan formulasi edible film dari perbandingan pati garut, karagenan dan konsentrasi cocoa butter pada pembuatan edible film komposit. 1.5. Kerangka Pemikiran Dengan adanya persyaratan bahwa kemasan yang digunakan harus ramah lingkungan maka edible film adalah sesuatu yang sangat menjanjikan karena dapat

6 melindungi produk pangan, penampakan asli produk dapat dipertahankan, dapat langsung dimakan dan aman bagi lingkungan (Kinzel, 1992). Film sebagai pengemasan (edible packaging) pada dasarnya dibagi atas tiga bentuk pengemasan yaitu; edible film merupakan bahan pengemas yang telah dibentuk terlebih dahulu berupa lapisan tipis (film) sebelum digunakan untuk mengemas produk pangan, edible coating berupa pengemas yang dibentuk langsung pada produk dan bahan pangan, dan enkapsulasi yaitu suatu aplikasi yang ditujukan untuk membawa komponen-komponen bahan tambahan makanan tertentu untuk meningkatkan penanganan terhadap suatu produk pangan sesuai dengan yang diinginkan. Fungsi dan penampilan edible film bergantung pada sifat mekaniknya yang ditentukan oleh komposisi bahan di samping proses pembuatan dan metode aplikasinya (Rodriguez dkk, 2006). Menurut Danhowe dan Fennema (1994) edible film dari komposit (gabungan hidrokoloid dan lipid) dapat meningkatkan kelebihan dari film hidrokoloid dan lipid serta mengurangi kelemahannya. Menurut Krochta, dkk. (1994), hidrokoloid digunakan sebagai edible film untuk produk pangan yang tidak sensitif terhadap uap air. Hidrokoloid dapat mencegah reaksi-reaksi kerusakan pada produk pangan dengan jalan menghambat gas-gas reaktif terutama oksigen dan karbon dioksida. Bahan ini juga tahan terhadap lemak karena sifatnya yang polar. Sebagian edible film yang berasal dari bahan hidrokoloid dapat dilarutkan, dengan demikian sangat baik diterapkan pada produk-produk yang memerlukan perebusan/pengukusan sebelum digunakan.

7 Karagenan memiliki sifat larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam pelarutpelarut lainnya. Umumnya diperlukan pemanasan agar karagenan larut semuanya. Biasanya pemanasan dilakukan sampai suhu 50-80, tergantung adanya kation yang dapat mendorong pembentukan gel (Cahyadi, 2008). Kelebihan karagenan sebagai edible film yaitu dapat membentuk gel yang baik, elastis, dapat dimakan, dan dapat diperbaharui. Meskipun demikian, edible film dari karagenan memiliki kelemahan, yaitu kemampuannya yang rendah sebagai barrier terhadap transfer uap air, sehingga membatasi pemanfaatannya sebagai bahan kemasan (Handito, 2011). Menurut Harris (2001), karakteristik edible film berbahan dasar pati yang dihasilkan sudah cukup bagus, namun laju transmisi terhadap uap air masih tinggi. Hal tersebut dikarenakan pati merupakan produk yang memiliki sifat higroskopis. Senyawa pati tersusun atas dua komponen, yakni amilosa dan amilopektin. Menurut Guilbert dan Biquet (1990), kestabilan edible film dipengaruhi oleh amilopektin, sedangkan amilosa berpengaruh terhadap kekompakannya. Pati dengan kadar amilosa tinggi menghasilkan edible film yang lentur dan kuat, karena struktur amilosa memungkinkan pembentukan ikatan hidrogen antarmolekul glukosa penyusunnya dan selama pemanasan mampu membentuk jaringan tiga dimensi yang dapat memerangkap air sehingga menghasilkan gel yang kuat (Meyer 1985 dalam Purwitasari 2001). Pati garut berasal dari umbi tanaman garut. Sifat fisik dan kimia terutama keseimbangan antara amilosa dan amilopektin Pati garut secara berturut - turut yaitu 24,64% dan 73,46% (Aparicio- Saguilán dkk, 2005).

8 Menurut Deberaufort dkk. 1995 dalam Darmawan, dkk. (2007), lilin lebah memiliki sifat hidrofobik yang dapat menurunkan water vapor transmision rate karena lilin lebah membentuk jaringan kristal sehingga berfungsi sebagai penghalang terhadap uap air. Menurut Chillo dkk. (2008), gliserol merupakan plasticizer yang ditambahkan dalam pembuatan edible film. Gliserol berfungsi untuk mengurangi kekakuan pada edible film sehingga film yang dihasilkan lebih fleksibel. Menurut Santoso, dkk. (2012) untuk mendapat keseragaman yang lebih baik dapat ditambahkan surfaktan ke dalam larutan untuk mengurangi tegangan permukaan dan superficial water activity, yang akhirnya dapat mengurangi kehilangan air. Jenis-jenis surfaktan diantaranya karboksimetilselulosa (CMC), tween 80, dan lesitin.rodriguez dkk.(2006) menjelaskan bahwa penambahan surfaktan dalam formulasi edible film dapat menurunkan water vapor transmision rate secara signifikan. Menurut penelitian Ojagh, dkk (2010), yaitu dalam pembuatan edible film kitosan dengan inkoporasi minyak atsiri kayu manis dilakukan penambahan Tween 80 pada tingkat 0,2% untuk membantu melarutkan minyak atsir. Menurut Biquet dan Labuza (1988) penambahan cocoa butter pada pembuatan edible film dapat lebih mengontrol Water Vapor Transmission Rate (WVTR) sehingga dapat mengurangi terjadinya kelembaban pada edible film. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan edible film diantaranya suhu dan konsentrasi bahan. Perlakuan panas diperlukan untuk melarutkan bahan hidrokoloid sehingga terbentuk pasta yang merupakan bentuk awal edible film. Suhu pemanasan akan menentukan sifat fisik dari pasta yang

9 terbentuk yang pada akhirnya menentukan sifat mekanik edible film yang terbentuk. Konsentrasi pati memberikan kontribusi terhadap kadar amilosa dalam larutan pati sehingga berpengaruh terhadap sifat pasta yang dihasilkan. Konsentrasi plasticizer dan bahan aditif lain yang ditambahkan ke dalam formula film akan berpengaruh terhadap sifat film yang terbentuk yang akan berinteraksi dengan bahan hidrokolid (Damarjana, dkk, 2015) 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat diperoleh suatu hipotesis, yaitu perbandingan pati garut-karagenan dan konsentrasi lipid cocoa butter dan interaksinya dapat berpengaruh terhadap karakteristik edible film komposit. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di UPT Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jalan K.S. Tubun No. 5, Subang. Penelitian dilakukan mulai tanggal Mei 2016 hingga selesai.