BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dalam program melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB I PENDAHULUAN. leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Virus. akan tumbuh menjadi kanker (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

Kata Kunci : umur, paritas,usia menikah,stadium kanker serviks Daftar Pustaka : 15 buku

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

KEGIATAN DALAM RANGKA HARI KANKER SEDUNIA 2013 DI JAWA TIMUR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini Indonesia dihadapkan pada penyakit non infeksi atau penyakit tidak menular, seperti kardiovaskuler, diabetes, gangguan jiwa dan kanker (Ramli, 2000). Diantara penyakit non infeksi tersebut, kanker merupakan salah satu penyakit yang angka kejadiannya terus meningkat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahun terdeteksi lebih dari 270.000 wanita meninggal karena kanker serviks. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus dan sekitar 8.000 kasus berakhir dengan kematian. Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yaitu serviks atau leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) berupa tumbuhnya sel-sel abnormal pada daerah tersebut. Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjalar ke vagina (Laras L, 2009). Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% kanker serviks dihubungkan dengan infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). HPV merupakan faktor inisiator terjadinya kanker serviks (Laras L, 2009). Walaupun terdapat 100 jenis 1

2 HPV, HPV tipe 16 dan 18 merupakan tipe yang mempunyai risiko tinggi menyebabkan kanker serviks. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan insidensi yaitu koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (kurang dari 16 tahun), meningginya paritas, jarak persalinan yang terlampau dekat, hygiene seksual yang jelek dan aktivitas seksual yang sering bergonta-ganti pasangan (promiskuitas) (Sarwono, 2010). Pada kasus kanker serviks, tidak ada gejala awal yang muncul setelah terjadi infeksi HPV. Gejala itu baru kelihatan setelah infeksi sudah parah. Di antaranya terjadi perdarahan di vagina dan sulit buang air kecil. Gejala juga bisa berupa keputihan, yang bercampur dengan darah. Terkadang ada rasa nyeri pada panggul. HPV bisa menyebar ke daerah lain selain rahim, seperti panggul, ginjal, hati, bahkan otak. Sebenarnya, tidak seperti kanker lainnya, kanker serviks dapat dicegah dengan memfokuskan pada pencegahan primer infeksi Human Papilloma Virus (HPV) maupun pencegahan sekunder yang didasarkan pada deteksi awal dan pengobatan lesi prekanker sebelum menjadi kanker yang invasif (Risasi et al, 2014). Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang meninggal akibat kanker, dan lebih dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO dan World Bank,2005). Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker payudara (38 per 100.000 perempuan) dan kanker leher rahim (16 per 100.000 perempuan) (Globocan/IARC 2012).

3 Menurut penelitian Berlian R, Zahroh S, Kusyogo C (2012) kanker serviks merupakan the silent killer diseases dengan penderita risiko tinggi pada perempuan mulai umur 20 tahun sehingga tindakan pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dari remaja perempuan melalui vaksinasi HPV. Penggunaan vaksin yang memiliki potensi untuk mengurangi insidens kanker serviks serta lesi pra-kanker lainnya bukan berarti tidak diperlukannya skrining lagi seumur hidupnya. Hal tersebut karena 30% kanker serviks disebabkan oleh virus HPV tipe lain, sehingga seseorang masih dapat terinfeksi meskipun sudah divaksinasi. Kombinasi vaksin HPV dan program skrining merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah kanker serviks. Pentingnya penggunaan vaksin sebagai suatu program pencegahan adalah berdasarkan kenyataan bahwa perempuan di negara berkembang tidak dapat melakukan skrining terhadap kanker serviks karena kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Analisis saat ini memperkirakan bahwa vaksin HPV memiliki potensi untuk mengurangi total beban akibat kanker serviks sebesar 51% setelah 40-50 tahun (Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No. 1, April 2012). Di negara maju, angka kejadian kanker serviks sekitar 4% dari seluruh kejadian kanker pada wanita, sedangkan di negara berkembang mencapai diatas 15%. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka insiden kanker serviks telah terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh alokasi dana kesehatan yang mencukupi, promosi kesehatan yang bagus, serta sarana pencegahan dan pengobatan yang mendukung (Emilia, 2010).

4 Penelitian-penelitian yang sebelumnya menemukan banyak faktor yang menyebabkan kegagalan deteksi dini kanker leher rahim. Penelitian di luar negeri, dengan pemeriksaan menggunakan dua metode skrining menunjukkan efektivitas yang baik, daripada dilakukan dengan satu metode pemeriksaan saja. Dengan cara ini dapat dihindari kesalahan hasil pemeriksaan seperti penelitian Uzma Naz dan Sadia Hanif tahun 2013 di Pakistan menggunakan pemeriksaan IVA dan Pap smear dalam deteksi lesi pra-kanker leher rahim menyatakan ada kesesuaian yang kuat antara metode IVA dan Pap smear dalam deteksi lesi pra-kanker leher rahim (Naz, 2014). Penelitian serupa dilakukan di New Delhi oleh Veena, tahun 2009 mengenai adanya hubungan yang signifikan antara riwayat infeksi menular seksual dengan kejadian kanker leher rahim yaitu 81% wanita yang pernah mengalami infeksi oleh chlamidia, bacterial vaginosis dan HPV memiliki hubungan dengan lesi pra-kanker leher rahim dan perlu melakukan deteksi dini kanker leher rahim (Veena, 2009). Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8 dan kanker payudara sebesar 0,5. Kanker serviks atau kanker leher rahim menjadi jenis kanker kedua setelah payudara yang banyak ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Riset Kesehatan Dasar 2013, dari 1.027.763 pasien penderita penyakit kanker, sebanyak 522.354 merupakan penderita kanker serviks dan kanker serviks adalah jenis kanker yang paling banyak diderita. Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi

5 Maluku Utara, dan Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5, sedangkan prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah (Riskesdas, 2013). Yayasan Kanker Indonesia (2014) menyatakan bahwa hingga tahun 2012 jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu lebih dari 550 ribu orang dengan hasil IVA positif lebih dari 25 ribu orang atau 4,5%, suspek kanker kanker serviks 1,2 per 1000 dan suspek tumor payudara sebanyak 2,2 per 1000 orang. Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2010 tercatat 475 kasus, tahun 2011 sebanyak 548 kasus dan tahun 2012 sebanyak 681 kasus. Di rumah sakit pemerintah di kota Medan khususnya di RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 terdapat 51 kasus dan tahun 2012 terdapat 58 kasus dan RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 148 orang dan tahun 2012 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 300 orang sedangkan pada tanggal 1 Januari 2013-30 November 2013 sebanyak 318 orang. Menurut penelitian Artiningsih (2011), bahwa sikap sangat berpengaruh terhadap perilaku wanita usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Wanita menolak dilakukan pap smear karena rasa malu dan tidak diizinkan oleh suami. Hal ini menunjukkan bahwa wanita enggan melakukan pemeriksaan pap

6 smear karena itu merupakan suatu hal yang sangat tabu dan harus mendapat persetujuan dari keluarga (suami) terlebih dahulu. Penelitian Wilopo (2010) saat ini diperkirakan baru sekitar 5% (5 orang ) dari 100 wanita yang mau melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Penelitian yang dilakukan Ni Made Sri Dewi, et al (2013) saat ini hanya 30% (21 wanita) dari 70 wanita yang mau melakukan deteksi dini kanker serviks, disebabkan kurangnya kesadaran wanita yang sudah menikah atau sudah pernah melakukan hubungan seksual untuk melakukan deteksi dini ( Pap Smear atau Test IVA ). Ada hal lain yang mempengaruhi wanita untuk mendeteksi dini kanker serviks yaitu kurangnya informasi mengenai pentingnya pemeriksaan Pap Smear atau IVA. Di Indonesia sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini seperti di rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah terlatih dan mempunyai peralatan pap smear, tetapi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks ini masih tinggi. Hasil studi pendahuluan mengenai papsmer yang diperoleh di Yayasan Kanker Indonesia tahun 2013 (Januari-Desember), yang melakukan papsmear diperoleh : Kanker serviks sebanyak 24 orang(0,57%), Displasia sedang 26 0rang(0,62%), Displasia ringan 1637 orang (39,2%), cervisitis 668 orang (16,1%), candida 212 orang (5%).

7 Penelitian yang dilakukan oleh Ompusunggu (2012) tentang karakteristik dan faktor-faktor hambatan wanita usia subur melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor menunjukkan bahwa faktor ekonomi menjadi salah satu penghambat melakukan pemeriksaan pap smear karena biaya pernah melakukan pemeriksaan Pap smear di wilayah kerja puskesmas Kedai Durian berada pada usia > 30 tahun (61%). Melihat keadaan itu, pemeriksaan IVA menjadi pilihan untuk mendeteksi dini kanker serviks karena biaya yang relatif murah. Berdasarkan profil kesehatan kota Medan (2015) dari Dinas Kesehatan Kota Medan ada beberapa wilayah kerja Puskesmas yang Wanita Usia Suburnya (WUS) mengikuti pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA, diantaranya Puskesmas Medan Selayang sebanyak 118 orang (0,81%), wilayah kerja Puskesmas Glugur Barat hanya 180 orang (1,3%), wilayah kerja Puskesmas Medan Amplas hanya 131 orang (0,79%), wilayah kerja Puskesmas Terjun Medan Marelan hanya 117 orang (0,7%) dan wilayah kerja Puskesmas Helvetia hanya 121 orang (0,57%). Wilayah kerja Puskesmas Helvetia merupakan salah satu dari lima wilayah kerja Puskesmas terendah untuk cakupan wanita usia suburnya melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu hanya 121 orang dari 21.086 orang WUS (0,57%) yang melakukan deteksi dini kanker serviks (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan, 2015).

8 Hasil penelitian sejenis oleh Pasaribu (2013), yang meneliti tentang gambaran pengetahuan ibu usia 25-40 tentang pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai, diperoleh bahwa: berdasarkan pengetahuan cukup paling banyak 38 orang (51,36%), berdasarkan umur 25-30 tahun sebanyak 39 orang dengan pengetahuan cukup sebanyak 19 orang (48,71%), berdasarkan pendidikan SMA sebanyak 41 orang dengan berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (53,66%), berdasarkan pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 67 orang dengan pengetahuan cukup sebanyak 35 orang (52,23%), berdasarkan paritas multipara sebanyak 35 responden dengan berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang (57,14%) dan berdasarkan sumber informasi dari tenaga kesehatn sebanyak 33 orang dengan berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (48,48%). Pada penelitian Fischa Agustina (2014) survei awal yang dilakukan di Puskesmas Helvetia Medan ditemukan 222 kasus IVA positif dari bulan Januari 2013 sampai Oktober 2013. Dengan tingginya angka kejadian IVA positif, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia subur tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan sebagai upaya mendeteksi dini kanker leher rahim. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dengan sikap deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kota Medan.

9 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap terhadap deteksi dini kanker leher rahim dengan test IVA pada Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kota Medan tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kota Medan terhadap deteksi dini kanker leher rahim dengan test IVA. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor internal responden (pendidikan, pekerjaan, dan jumlah paritas) dalam melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016. 2. Untuk mengetahui pengetahuan responden dalam melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016. 3. Untuk mengetahui sikap responden dalam melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016. 4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan responden terhadap tindakan melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016.

10 5. Untuk mengetahui hubungan sikap responden terhadap tindakan melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan, agar dapat melakukan upaya preventif berupa promosi kesehatan dan penyuluhan 2. Memberikan informasi bagi Wanita Usia Subur (WUS) khususnya di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kota Medan mengenai kanker serviks, faktor faktor risiko terjadinya kanker serviks dan bagaimana mencegah terjadinya kanker serviks.