BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Contoh dari keanekaragaman tersebut adalah keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara Indonesia memiliki beraneka ragam budaya dan adat istiadat dalam melaksanakan upacara perkawinan. Dan hampir setiap daerah memiliki perbedaan adat istiadat atau tata cara dalam pelaksanaan perkawinan, salah satunya adalah Masyarakat Samin. Masyarakat tersebut merupakan suatu suku / perkumpulan orang Samin yang berdomisili di Kabupaten Blora, Jawa Tengah dan memiliki adat istiadat sendiri yang hingga saat ini masih ditaati serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara perkawinan. Upacara perkawinan adalah upacara yang berkaitan dengan keagamaan, biasanya dilaksanakan sesuai dengan adat yang diselenggarakan. Pernikahan sebagai peristiwa penting bagi manusia karena bersifat sakral dan dapat dikenang. Upacara Perkawinan tradisional dilakukan menurut aturanaturan adat setempat. Indonesia memiliki banyak suku yang masing-masing memiliki tradisi upacara pernikahan sendiri serta agama yang dipercaya. 1
Adanya perbedaan adat istiadat masing-masing daerah di Indonesia dikarenakan persebaran agama dan pengaruh kerajaan-kerajaan kuno yang berkembang di masing-masing daerah. Berdasarkan persebaran agamanya terdapat dua kelompok yang diakui di Indonesia, yakni agama Samawi dan agama non Samawi, yaitu agama Islam, Hindu, Budha, Kristen Protestan, dan Katholik. 1 Keseluruan agama tersebut memiliki tata aturan sendiri-sendiri, termasuk dalam hal tata cara perkawinan. Salah satu contoh aturan dalam agama Islam adalah dalam syari at Islam menganut sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya disebut kaidah ibadah, sedangkan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya serta manusia dengan alam lainnya disebut kaidah mu amalah. Salah satu komponen dari kaidah ibadah dan kaidah mu amalah adalah hukum yang berkaitan dengan al-ahwalus syakhshiyah yang muatannya mengatur tentang hukum munakahat / perkawinan. 2 Dari segi penerapannya, hukum munakahat / perkawinan termasuk ke dalam bagian hukum Islam yang memerlukan bantuan kekuasaan negara. 3 Artinya, dalam pelaksanaannya negara harus terlebih dahulu memberikan landasan yuridisnya, karena negara merupakan kekuasaan yang memiliki legalitas dan kekuasan untuk mewujudkan hal tersebut. 1 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasioonal, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), halaman 6 2 Anshary, Hukum Perkawinan di Indonesia (Masalah-Masalah Krusial), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), halaman 10 3 Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), halaman 96 2
Pada masyarakat Jawa, berlaku adat yang menentukan bahwa dua orang yang tidak boleh saling kawin, apabila mereka adalah saudara sekandung, apabila mereka adalah pancer lanang yaitu anak dari dua orang bersaudara sekandung laki-laki, apabila mereka adalah misan, dan akhirnya apabila pihak laki-laki lebih muda menurut ibunya daripada pihak wanita. 4 Dengan demikian perkawinan antara dua orang yang tidak terikat karena hubungan kekerabatan seperti tersebut diatas maka diperbolehkan. Selain diatur dalam hukum adat, perkawinan juga diatur dalam hukum positif kita, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adanya undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menampung prinsip-prinsip dan memberikan landasan hukum perkawinan serta menjadi pegangan dan berlaku di berbagai golongan masyarakat. Selain itu di dalam undang-undang tersebut telah ditentukan pula prinsip-prinsip atau asas-asas mengenai perkawinan dan segala yang berhubungan dengan perkawinan yang telah disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. halaman 220 4 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 3
Untuk menjamin kepastian hukum, maka perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang terjadi sebelum Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan berlaku, yang dijalankan menurut hukum yang telah ada adalah sah. Demikian pula apabila mengenai sesuatu hal undang-undang ini tidak mengatur, dengan sendirinya berlaku ketentuan yang ada. Keadaan hukum perkawinan di Indonesia beragam coraknya. Bagi setiap golongan penduduk berlaku hukum perkawinan yang berbeda dengan golongan penduduk yang lainnya. Keadaan ini telah menimbulkan permasalahan hukum antar golongan di bidang perkawinan, yaitu peraturan hukum manakah yang akan diberlakukan terhadap perkawinan antara dua orang yang berbeda kewarganegaraan. Salah satu contoh perkawinan adat yang ada di Indonesia adalah perkawinan adat masyarakat Samin. Masyarakat tersebut merupakan masyarakat yang mempunyai pedoman dan pandangan hidup dalam menjalani kehidupan. Salah satu dari kebudayaan masyarakat Samin adalah perkawinan yang masih kental dengan adat-istiadat dari leluhurnya yaitu ki Samin Surosentiko. Perkawinan tersebut mempunyai tahapan-tahapan yang harus dijalankan oleh masyarakat Samin dan dalam perkawinan tersebut juga terdapat ungkapan-ungkapan tradisional yang diwujudkan dalam setiap proses perkawinan dari awal sampai akhir. 4
Bedasarkan latar belakang tersebut maka melatarbelakangi peneliti untuk mengambil judul penelitian yaitu Pelaksanaan Perkawinan Masyarakat Samin Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. B. PERMASALAHAN 1. Bagaimana pelaksanaan perkawinan pada masyarakat Samin ditinjau dari adat istiadat masyarakat Samin Blora? 2. Bagaimana sistem perkawinan pada masyarakat Samin ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dilakukannya penelitian tersebut adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perkawinan yang terjadi di masyarakat Samin ditinjau dari adat istiadat masyarakat Samin Blora. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem pelaksanaan perkawinan masyarakat Samin ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Selanjutnya manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bahan pustaka serta pusat informasi khususnya dalam sitem hukum 5
perdata di Indonesia, dan menjadi dasar kajian pelaksanaan perkawinan adat masyarakat Samin ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 2. Manfaat praktis memberikan wawasan bagi pembaca agar memahami bahwa masing-masing daerah memiliki adat perkawinan yang berbedabeda, salah satunya masyarakat Samin. D. SISTEMATIKA PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum tentang perkawinan, tinjauan umum tentang perkawinan adat, tinjauan umum tentang dasar dan syarat sah perkawinan, dan tinjauan umum tentang perkawinan masyarakat adat Samin. 6
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode pendekatan, spesifikasi penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV HASIL DAN PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan perkawinan pada masyarakat Samin ditinjau dari adat istiadat masyarakat Samin Blora dan sistem perkawinan pada masyarakat Samin ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. BAB V PENUTUP Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran. 7