Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM, KALIUM, MAGNESIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KALURAHAN MAKAMHAJI KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia. (Maryam, 2008). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

PERDIKSI UMUR, STATUS GIZI, ASUPAN NATRIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KALURAHAN MAKAMHAJI KECAMATAN KARTASURA


BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

PENGARUH KONSUMSI LEMAK TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN NATRIUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH DI UNIT RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA NGUDI WARAS DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : SITI ADIDATUN NAJWA J 3 13 35 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 216

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA NGUDI WARAS DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Abstrak Secara alamiah proses penuaan berdampak pada menurunnya fungsi berbagai organ tubuh. Salah satu kemunduran fungsi organ tubuh yang terjadi memasuki lanjut usia adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada golongan lanjut usia dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah tekanan darah tinggi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah salah satunya asupan natrium. Berdasarkan data Riskesdas tahun 213 prevalensi tekanan darah tinggi nasional 25,8%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah pada lansia di posyandu lansia Ngudi Waras Desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Jenis penelitian ini yaitu observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan subyek menggunakan consecutive sampling dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 36 subyek. Asupan natrium diperoleh dengan wawancara menggunakan FFQ semi kuantitatif, sedangkan tekanan darah diperoleh dari catatan hasil pengukuran tekanan darah oleh kader. Uji kenormalan data menggunakan Shapiro-Wilk dan uji hubungan menggunakan Pearson Product Moment. Hasil uji menunjukkan adanya hubungan asupan natrium (p=,) dengan tekanan darah (p=,) pada lansia di posyandu lansia Ngudi Waras Desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Kata kunci : Asupan natrium, Tekanan darah. Abstract Natural aging process decrease the function of various organs. For instance, it declines the function of blood vessels in elderly group. Degeneratif disease that is common in the elderly group with high morbidity and mortality rate is high blood pressure. There are several factors that can affect blood pressure in which sodium intake is one of them. Based on data published by Riskesdas 213, national prevalence of high blood pressure was 25,8%. The aim of this experiment is to find out the correlation between sodium intake with blood pressure in the elderly in Posyandu Ngudi Waras Blulukan Village Colomadu Subdistrict, Karanganyar, Central Java. Type of research was an observational study with cross sectional design. There were 36 respondents chosen by consecutive sampling technique. Sodium intake was obtained by interview using a semi quantitative FFQ, while blood pressure was obtained from the cadres who had measured their blood pressure recordr. Shapiro-Wilkis used in normality data test whilepearson Product Momentis used in correlation test. The results shows that There is a correlation of sodium intake (p=,) and blood pressure (p=,) in 1

the elderly in Posyandu Ngudi Waras Blulukan Village Colomadu Subdistrict, Karanganyar, Central Java. Keyword : Sodium intake, Blood pressure. 1. PENDAHULUAN Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 21 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, ditetapkan bahwa sasaran pembangunan kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pencapaian tersebut tercermin dari meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 7,6 tahun menjadi 72, tahun (Sarjuni, 29 dalam Sarasaty, 211). Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Diperkirakan pada tahun 22 jumlah lansia akan mencapai 29 juta atau 11% dari total populasi (Nugroho, 22). Proses penuaan tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun, baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit dan semakin banyak pula penyakit degeneratif yang muncul dan sering diderita (Badan Pusat Statistik, 26). Secara alamiah lansia mengalami kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh pada lansia maka akan membuat lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Salah satu kemunduran fungsi organ tubuh yang terjadi memasuki lanjut usia adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah (Andria, 213). Kondisi yang berkaitan dengan lanjut usia ini menyebabkan terjadinya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku mengakibatkan elastisitasnya berkurang, sehingga akan memicu jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh (Indrawati, dkk, 29). 2

Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada golongan lansia yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu penyakit kronis akibat meningkatnya tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun diastolik (Worsley, 21). Sesuai dengan data Riskesdas (213), tekanan darah tinggi di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi tekanan darah tinggi sebesar 26,4% melebihi prevalensi nasional. Terapi hipertensi sangat diperlukan untuk pengontrolan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh keturunan, jenis kelamin, umur, merokok, konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, stress dan asupan natrium (Depkes, 27). Kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti pola makan dengan asupan natrium yang tinggi, asupan lemak dan kolesterol yang tinggi serta kurangnya konsumsi serat, rokok dan alkohol, minimnya olahraga dan porsi istirahat sampai stres dapat berpengaruh terhadap tekanan darah (Dalimartha, 28). Asupan makanan dengan kandungan natrium yang tinggi dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah dalam tubuh (Nugrahaeni, dkk, 28 dalam Khotimah, 215). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya kembali, cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatanya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya tekanan darah tinggi (Susanto, 21). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mustamin (21) diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan tekanan darah pada usia lanjut di Wilayah Puskesmas Bojo Baru Kabupaten Barru (p=.193). Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum (214), menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah pada lansia. Berdasarkan survey pendahuluan pada bulan Desember 215 di Posyandu Lansia Ngudi Waras Desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa 3

Tengah prevalensi lansia hipertensi (tekanan darah 14/9) yaitu 3%, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan asupan natrium dengan tekanan darah pada lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras Desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi dengan jumlah sampel 36 lansia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 215 sampai bulan Agustus 216. Data asupan natrium diperoleh dengan FFQ semi kuantitatif dan tekanan darah diperoleh dari catatan hasil pengukuran tekanan darah oleh kader. Hasil uji kenormalan data menggunakan Shapiro Wilk, menunjukkan semua data berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik Pearson Product Moment. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Subyek Penelitian menurut Usia Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteritik Subyek menurut Usia Usia Kriteria Jumlah Persentase (n) (%) 45-59 tahun Lanjut usia (middle age) 16 44,4 6-74 tahun Lanjut usia (elderly) 14 38,9 75-9 tahun Lanjut usia tua (old) 6 16,7 Jumlah 36 1 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar subyek penelitian berusia 45-59 tahun (44,4%) dan 6-74 tahun (38,9%). 4

2. Karakteristik Subyek menurut Jenis Kelamin Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteritik Subyek menurut Jenis Kelamin Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki Perempuan 14 22 38,9 61,1 Jumlah 36 1 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 36 subyek penelitian, jumlah subyek penelitian berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu61,1% dibandingkan subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki yaitu 38,9%. 3. Asupan Natrium Data asupan natrium menurut AKG (213), menyatakan bahwa kategori asupan natrium normal pada lansia umur 3-49 tahun 15 mg, umur 5-64 tahun 13 mg dan umur 65-8 tahun 12 mg. Rata-rata asupan natrium lansia sebanyak 11,65% dari anjuran yang berarti bahwa lansia memiliki asupan natrium yang berlebih. Data secara lengkap kategori asupan natrium dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteritik Subyek menurut Asupan Natrium Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Lebih 18 5, Normal 8 22,2 Kurang 1 27,8 Jumlah 36 1 Tabel 3 menunjukkan bahwa asupan natrium subyek yang dalam kategori lebih presentasenya lebih banyak dibandingkan subyek yang asupan natrium dengan kategori normal dan kurang. Asupan natrium dari 36 subyek ada 5,% memiliki kategori asupan natrium lebih dibandingkan dengan subyek yang memiliki kategori asupan normal sebesar 22,2% dan asupan natrium kurang yaitu 27,8%. Hasil wawancara menggunakan FFQ semi kuantitatif pada subyek penelitian, asupan natrium banyak yang lebih karena subyek sebagian besar memiliki kebiasaan mengkonsumsi mie instan dan kecap. Natrium adalah suatu kation 5

utama dalam cairan ekstraseluler yang mempunyai jumlah kecil dalam cairan intaseluler. Natrium dibutuhkan untuk membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu mengirimkan impuls saraf dan proses kontraksi dan relaksasi otot (Ahmad, 211). 4. Tekanan Darah Sistolik Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, rata-rata tekanan darah sistolik lansia 138,92 mmhg yang berarti bahwa lansia memiliki tekanan darah sistolik dalam kategori prahipertensi. Distribusi subyek penelitian menurut tekanan darah sistolik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteritik Subyek menurut Tekanan Darah Sistolik Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Normal Prahipertensi Hipertensi stadium 1 Hipertensi stadium 2 8 7 13 8 22,2 19,4 36,1 22,2 Jumlah 36 1 Tabel 4 menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik subyek dalam kategori hipertensi stadium 1 sebanyak 36,1%, kategori hipertensi stadium 2 yaitu 22,2%, kategori normal yaitu 22,2% dan kategori prahipertensi adalah 19,4%. Subyek pada penelitian ini yang memiliki tekanan darah sistolik hipertensi lebih besar dari subjek yang memiliki tekanan darah sistolik normal. 5. Tekanan Darah Diastolik Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, rata-rata tekanan darah diastolik lansia 8,33 mmhg yang berarti bahwa lansia memiliki tekanan darah diastolik dalam kategori prahipertensi. Distribusi subyek penelitian menurut tekanan darah diastolik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteritik Subyek Menurut Tekanan Darah Diastolik Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Normal Prahipertensi Hipertensi stadium 1 Hipertensi stadium 2 11 15 9 1 3,6 41,7 25 2,8 Jumlah 36 1 6

Tabel 5 menunjukkan bahwa tekanan darah diastolik subyek dalam kategori prahipertensi sebanyak 41,7%, kategori normal yaitu 3,6%, kategori hipertensi stadium 1 yaitu 25% dan kategori hipertensi stadium 2 adalah 2,8%. Subyek pada penelitian ini yang memiliki tekanan darah diastolik hipertensi lebih besar dari subjek yang memiliki tekanan darah diastolik normal. 6. Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Sistolik Pada Lansia Tabel 6, menunjukkan bahwa 18 subyek penelitian yang memiliki asupan natrium lebih sebanyak 38,9% memiliki tekanan darah sistolik normal, sebanyak 11,1% memiliki tekanan darah sistolik prahipertensi, sebanyak 44,4% memiliki tekanan darah sistolik stadium 1 dan sebanyak 38,9% memiliki tekanan darah sistolik stadium 2. Tabel 6 Distribusi Tekanan Darah Sistolik berdasarkan Asupan Natrium Asupan Tekanan Darah Sistolik Natrium Normal Prahipertensi Hipertensi Stadium 1 Hipertensi Stadium 2 Total n % n % n % n % n % Lebih Normal Kurang 7 1 38,9 12,5 2 1 4 11,1 12,5 4, 8 2 3 44,4 25, 3, 7 1 38,9 12,5 18 8 1 1 1 1 Mekanisme terjadinya hipertensi akibat kadar natrium yang berlebih, yaitu pengaturan keseimbangan natrium dalam darah diatur oleh ginjal. Asupan natrium yang terlalu tinggi secara terus menerus atau adanya gangguan fungsi ginjal menyebabkan keseimbangan natrium terganggu. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan natrium tidak dapat atau sedikit dikeluarkan sehingga kadar natrium dalam darah tinggi. Penurunan pengeluaran natrium akan diikuti dengan penahanan air. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi menyebabkan peningkatan volume darah dalam tubuh, sehingga tekanan darahpun meningkat (Price dan Wilson, 22). Hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik dapat dilihat pada Tabel 7. 7

Tabel 7 Uji Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Sistolik Variabel Mean±SD Median Minimum Maksimum p* Asupan 11,65±38,319 19,569 41,23 183,7 Natrium (%) Tekanan Darah 138,92±19,695 14, 1 18, Sistolik *Uji Pearson Product Moment Berdasarkan hasil uji Pearson Product Moment diperoleh nilai p =,. Nilai p (<,5) maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik pada lansia. Nilai r =,559. Hal ini menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel sedang. Tanda positif menunjukkan hubungan bersifat searah, artinya semakin tinggi asupan natrium semakin tinggi tekanan darah sistolik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sase dan Pramono (213) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik dengan nilai p,. Nilai OR = 24,, artinya bahwa resiko tekanan darah sistolik hipertensi pada orang yang mempunyai asupan natrium lebih sebesar 24 kali dibanding dengan orang yang mempunyai asupan natrium baik. Nilai RR = 3,556, artinya bahwa orang yang mempunyai asupan natrium lebih mempunyai risiko tekanan darah sistolik hipertensi sebesar 3,5 kali dibanding dengan orang yang mempunyai asupan natrium baik, dan orang yang mempunyai asupan natrium baik mempunyai risiko,148 kali untuk terjadi tekanan darah sistolik hipertensi dibanding orang yang mempunyai asupan natrium lebih. 7. Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Diastolik Pada Lansia Tabel 8, menunjukkan bahwa 18 subyek penelitian yang memiliki asupan natrium lebih sebanyak 5% memiliki tekanan darah diastolik stadium 1, sebanyak 38,9% memiliki tekanan darah diastolik prahipertensi, sebanyak 5,6% memiliki tekanan darah diastolik normal dan sebanyak 5,6% memiliki tekanan darah diatolik stadium 2. 8

Tabel 8 Distribusi Tekanan Darah Diastolik berdasarkan Asupan Natrium Asupan Tekanan Darah Diastolik Natrium Normal Prahipertensi Hipertensi Stadium 1 Hipertensi Stadium 2 Total n % N % n % n % n % Lebih Normal Kurang 1 4 6 5,6 5 6 7 4 4 38,9 5 4 9 5 1 5,6 18 8 1 1 1 1 Hubungan asupan natrium dengan tekanan darah diastolik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Uji Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Diastolik Variabel Mean±SD Median Minimum Maksimum p* Asupan 11,65±38,319 19,569 41,23 183,7 Natrium (%) Tekanan 8,33±9,115 8, 6 1, Darah Sistolik *Uji Pearson Product Moment Berdasarkan hasil uji Pearson Product Moment diperoleh nilai p =,. Nilai p (<,5) maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan asupan natrium dengan tekanan darah diastolik pada lansia. Nilai r =,611. Hal ini menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel kuat. Tanda positif menunjukkan hubungan bersifat searah, artinya semakin tinggi asupan natrium semakin tinggi tekanan darah diastolik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irza (29), menjelaskan bahwa risiko menderita hipertensi bagi responden yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah tinggi adalah 5,6 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang rendah. Natrium adalah suatu kation utama dalam cairan ekstraseluler yang mempunyai jumlah kecil dalam cairan intaseluler. Natrium dibutuhkan untuk membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu mengirimkan impuls saraf dan proses kontraksi dan relaksasi otot. Ginjal secara alami menjaga keseimbangan jumlah natrium didalam tubuh. Bila kadar natrium rendah, ginjal akan menahan pengeluarannya. Bila kadar natrium tinggi, ginjal akan 9

mengeluarkan melalui urine. Ginjal yang mengalami masalah tertentu tidak dapat mengeluarkan natrium, maka natrium akan terakumulasi di dalam darah. Karena natrium bersifat menarik dan menahan air, volume darah akan meningkat. Peningkatan volume darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan lebih banyak darah ke pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini yang akan menyebabkan tekanan darah tinggi (Ahmad, 211). 4. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik pada lansia posyandu lansia desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah (p =,). 2. Terdapat hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah diastolik pada lansia posyandu lansia desa Blulukan Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah (p =,). SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan asupan natrium, dengan menambahkan variabel-variabel yang mempengaruhi tekanan darah seperti, riwayat penyakit, genetik, lama menopause, stress, asupan kalium, magnesium, kalsium, aktivitas fisik, pola makan dan kebiasaan olahraga. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, NR. 211. Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi, Dinamikamedia. Jakarta. Andria, KM. 213. Hubungan Antara Prilaku Olahraga, Stress Dan Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya. Badan Pusat Statistik. 26. Penduduk Lanjut Usia. Diakses tanggal 21 Agustus 216. http://www.menegpp.go.id. Dalimartha, S. 28. Care Your Self Hipertension. Penebar Plus. Jakarata. 1

Depkes RI. 27. Pharmuceutial Care untuk Penyakit Hipertensi. Depkes. Jakarta. Indrawati, L., Werdbasari, A., Yudi, A. 29. Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin dengan Kejadian Hipertensi Di Indonesia. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Volume XIX Nomor 4. Irza, S. 29. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat. Fakultas Farmasi USU. Medan. Khotimah, N. 215. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Mustamin. 21. Asupan Natrium, Status Gizi dan Tekanan Darah Tinggi Usia Lanjut. Jurnal Media Gizi Pangan. Volume IX. Edisi 1. Makassar. Nugroho, W. 22. Perawatan Lanjut Usia. EGC. Jakarta. Price, AS., Wilson ML. 22. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit EGC. Jakarta. Sarasaty, RF. 211. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Kelompok Usia Lanjut Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Sase, FA, dan Pramono A. 213. Hubungan Durasi Aktivitas Fisik Dan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause. Journal Of Nutrition College, volume 2, nomor 2, tahun 213, halaman 287-293. Sastroasmoro. 27. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta. Susanto. 21. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. CV. Andi. Yogyakarta. Widyaningrum, AT. 214. Hubungan Asupan Natrium, Kalium, Magnesium dan Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Lansia Di Kelurahan Makamhaji kecamatan Kartasura. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Worsley, A. 21. Diet and Hypertension in the Asia-Pasific Region: a brief review Asia Pasific. Journal of Clinical Nutrition 21;1-97-12. 11