PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

Nisa khoiriah INTISARI

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Fajarina Lathu INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

STUDI TENTANG DIARE DAN FAKTOR RESIKONYA PADA BALITA UMUR 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALASAN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/lendir. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama, terutama masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan kematian terutama pada bayi dan balita bila tidak ditangani dengan segera. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kejadian diare di Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2013. Jenis penelitian adalah Analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi kunjungan ibu yang membawa Balita berobat ke Puskesmas Rawat Inap Panjang perbulan 130, dan didapatkan sampel 60 responden. Pengumpulan data diperoleh dengan mengisi lembar kuesioner dan analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kejadian diare, dengan (nilai p = 0.010, α < 0,005). Saran untuk petugas kesehatan memberikan penyuluhan kesehatan tentang PHBS dan penanganan Diare pada ibu-ibu yang memiliki Balita dan ibu yang memiliki Balita untuk lebih aktif ke Posyandu agar anaknya sehat terhindar dari penyakit diare. Kata kunci : Perilaku Ibu, Diare LATAR BELAKANG Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF (2009), menyatakan diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare (Atmawikarta, 2010). Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Tujuan pembangunan di Indonesia salah satunya untuk meningkatkan taraf kesehatan, maka ditetapkan suatu kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit diare di Indonesia antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Kemenkes RI 2012, http//www.depkes.go.id). Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) telah mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan dan Pemantauan Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus menurunkan angka kematian pada semua umur dari 54 per 100.000 penduduk menjadi 28 per 100.000 penduduk, menurunkan angka kematian balita dari 2,5 per 1.000 anak menjadi 1,25 per 1.000 anak dan menurunkan angka fatalitas kasus diare pada Kejadian Luar Biasa dari 1-3,8 persen menjadi 1,5 persen (Kemenkes RI 2012, http//www.depkes.go.id). Di Indonesia, pada tahun 2010, jumlah penderita diare mencapai 4.422.427 penderita, dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di 14 provinsi sebanyak 5.756 penderita, jumlah kematian 100 orang, dengan (Case Fatality Rate) CFR 1,74%. Pada tahun 2011, jumlah penderita diare mencapai 9.739.163 penderita,dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di 11 provinsi di [164]

Indonesia dengan jumlah penderita KLB diare sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,74% (Profil Kesehatan Indonesia, 2011). Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka kesakitan diare dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Widoyono, 2011). Diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali per hari yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Suraatmaja, 2005). Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan sangat membahayakan kesehatan anak, ibu biasanya tidak menanggapinya secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal penyakit diare walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak, pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di puasakan, usus di kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa, maka memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian (Purbasari,2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, yaitu Laporan Evaluasi Program P3PL dan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, angka kejadian diare di Provinsi Lampung pada tahun 2012 sebanyak 158.082 penderita (Om wiez, 2013 http://www.slideshare.net/om_wiez/). Dari data SP2TP Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2010, khususnya daerah kesakitan diperoleh data 10 besar penyakit yang terbanyak di Puskesmas Rawat Inap Panjang, ditemukan bahwa diare menempati urutan ke 5 dengan jumlah penderita 2.134 balita (Perencanaan Tingkat Puskesmas Rawat Inap Panjang, 2011). Dari Laporan Survailans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas Sentinel di Puskesmas Rawat Inap Panjang, Kabupaten Bandar Lampung, pada bulan Januari tahun 2013 didapatkan jumlah penderita diare pada usia balita (1-4 tahun) sebanyak 36 balita, dan pada bulan Februari tahun 2013 didapatkan jumlah penderita diare pada usia balita (1-4 tahun) sebanyak 23 balita. Dan tidak ditemukan balita yang meninggal akibat diare. (Laporan Survailans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas Sentinel di Puskesmas Rawat Inap Panjang, 2013). Menurut penelitian Ayu R.Y, (2010) yang meneliti tentang Hubungan Pola Asuh Balita dan Kejadian Diare di Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan Kota Surabaya dengan 100 responden didapatkan hasil bahwa sebanyak 29% responden tidak terlibat secara penuh dalam pengasuhan kepada anak. Sebanyak 71% responden memilih untuk mengasuh anaknya sendiri. Hasil uji bivariat, ada hubungan antara tipe pola asuh orangtua pada dengan kejadian diare pada balita dengan p value 0,001,α < 0.005. Dari hasil presurvey yang peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang pada tanggal 18 dan 19 Maret 2013, ditemukan 10 ibu yang datang ke Puskesmas Panjang untuk membawa anaknya berobat karena sakit diare. Hasil wawancara, ibu yang memberikan ASI dan makanan tambahan usia 1-6 bulan 20%, ASI saja 80%, ibu balita yang cuci tangan sebelum dan [165]

sesudah merawat anaknya misal memberi ASI, BAB, BAK hasilnya 60% cuci tangan pakai sabun, 30% cuci tangan pakai air saja, 10 % tidak cuci tangan. Hal ini menunjukkan sebagian besar perilaku ibu cukup baik dalam mengasuh balitanya, namun masih ada anaknya yang terkena diare. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Perilaku Ibu Dalam Mengasuh Balita Dengan Kejadian Diare di Puskesmas Rawat Inap Panjang Propinsi Lampung tahun 2013. METODE Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah ada hubungan prilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kejadian diare. Variabel independen dalam penelitian ini adalah prilaku ibu dalam mengasuh balita meliputi pemberian ASI / MP.ASI, penggunaan air bersih, mencuci tangan menggunakan sabun, sanitasi makanan, penggunaan jamban dan membuang tinja. Variabel dependen adalah kejadian Diare. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang membawa balitanya berobat di Puskesmas Rawat Inap Panjang, dengan jumlah populasi rata-rata enam bulan pertama (Januari-Juni) pada tahun 2013 sebanyak 130 yang membawa balitanya berobat ke Puskesmas Rawat Inap Panjang (Laporan Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas Sentinel, 2013). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik quota sampling. yang dilakukan dengan cara menetapkan jumlah anggota sampel sacara quotom atau jatah yaitu sebanyak 60 responden. Penelitian ini telah dilaksanakan tanggal 8 14 juli 2013. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar kuisioner. HASIL Analisa Univariat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kategori baik sebanyak 43 responden (71,3%), dan perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kategori buruk sebanyak 17 responden (28,7%); sedangkan kejadian diare dari 60 balita yang berkunjung didapatkan 25 (41,7%) balita menderita diare, dan 35 (58,3%) balita tidak menderita diare. Analisa Bivariat Tabel 1: Hubungan Perilaku Ibu dalam Mengasuh Balita dengan Kejadian Diare Kejadian Diare Total Perilaku Tidak Ibu Diare % % f % Diare Buruk 12 70,6 5 29,4 17 100 Baik 13 30,2 30 69,8 43 100 Total 25 41,7 35 58,3 60 100 p-value 0,010 OR 5,5 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui dari 17 ibu dengan perilaku mengasuh balita yang buruk didapatkan 12 balita (70,6%) mengalami diare dan 5 balita (29,4%) tidak mengalami diare. Sedangkan dari 43 ibu dengan perilaku mengasuh balita yang baik didapatkan 13 balita (30,2%) mengalami diare dan 30 balita (69,8%) tidak mengalami diare. Hasil uji statistik diperoleh P value 0,010 dimana nilai p <α (0,05), sehingga ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kejadian diare di Puskesmas Rawat Inap Panjang Tahun 2013, dengan nilai OR 5,5 yang artinya bahwa ibu yang mempunyai perilaku buruk dalam mengasuh balitanya mempunyai peluang 5,5 kali balitanya terkena diare dibandingkan ibu yang berperilaku baik dalam mengasuh balitanya. [166]

PEMBAHASAN Perilaku Ibu dalam Mengasuh Balita Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kategori baik sebanyak 43 responden (71,3%), dan perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kategori buruk sebanyak 17 responden (28,7%). Perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap individu dan kemudian individu tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007). Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, salah satunya adalah teori dari Lawrence Green. Menurut Laurence Green (1965) dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku itu ditentukan dan terbentuk dari 3 faktor, yaitu faktor predisposisi berupa dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai. Yang kedua yaitu faktor pendukung berupa lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, dan obatobatan. Dan yang ketiga adalah faktor pendorong berupa sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Nursalam (2005) menyebutkan bahwa perilaku ibu dalam mengasuh balita yang baik adalah memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan, penggunaan jamban dan membuang tinja sehat, menyimpan makanan masak di tempat tertutup, air minum yang bersih atau tidak tercemar dengan bakteri tinja, dan mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan. Dari kelima perilaku tersebut termasuk dalam 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Keluarga. Perilaku dapat dipengaruhi dari pengetahuan seseorang. Dan pengetahuan seseorang itu dapat dipengaruhi dari tingkat pendidikannya. Dari hasil penelitian ini, didapat 85% pendidikan responden menengah keatas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan yang baik. Hal itu sejalan dengan teori Green, yaitu pengetahuan adalah salah satu faktor pendorong seseorang untuk berperilaku baik. Menurut Laurence Green dalam Notoadmodjo (2007), perilaku juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan fasilitas-fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang cukup memadahi. Dengan adanya Puskesmas Induk Rawat Inap Panjang, puskesmas pembantu, posyandu, dokter praktek, bidan praktek, dan apotek dapat membantu masyarakat dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan, terutama ibu yang mempuyai balita. Dengan tersedianya fasilitaas kesehatan yang memadahi, ibu dengan mudah mendapatkan informasi kesehatan maupun pengobatan bila balitanya sedang sakit. Semakin sering ibu terpapar dengan fasilitas kesehatan, ibu akan semakin tahu tentang masalah kesehatan pada balitanya dan akan berperilaku baik dalam mengasuh balitanya agar terhindar dari serangan penyakit, terutama diare. Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dari 60 balita didapatkan 25 (41,7%) balita menderita diare, dan 35 (58,3%) balita tidak menderita diare. Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, biasanya defekasi lebih dari 3 kali sehari, disertai perubahan tinja menjadi cair (Sukandar, 2009). Dari hasil penelitian ini, didapatkan setiap anak yang sedang diare, [167]

mengalami Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali seehari dan tinja berbentuk cair, dan anak yang sedang tidak diare, BAB kurang dari 3 kali sehari, dan tinja berbentuk padat atau lunak. Nursalam (2005) menyebutkan bahwa penyebab utama diare dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kuman usus dan perilaku ibu yang tidak baik. Terdapat 85% responden mempunyai pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dan 15% adalah wiraswasta. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden yang bekerja sebagai IRT, sebagian besar mereka mempunyai banyak waktu untuk balitanya. Mereka dapat memberi perhatian lebih terhadap anaknya. Hal itu memungkinkan ibu baik dalam mengasuh balitanya, sehingga resiko terjadinya diare pada balitanya dapat diminimalkan. Berbeda dengan ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta. Dari hasil wawancara, sebagian besar responden yang bekerja sebagai wiraswasta, tidak banyak waktu untuk balitanya, karena terlalu sibuk dalam pekerjaannya. Hal ini memungkinkan ibu kurang dalam perawatan dan mengasuh balitanya, sehingga anaknya lebih mudah terserang diare. Hubungan Perilaku Ibu dalam Mengasuh Balita dengan Kejadian Diare Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 17 ibu dengan perilaku mengasuh balita yang buruk didapatkan 12 balita (70,6%) mengalami diare dan 5 balita (29,4%) tidak mengalami diare. Sedangkan dari 43 ibu dengan perilaku mengasuh balita yang baik didapatkan 13 balita (30,2%) mengalami diare dan 30 balita (69,8%) tidak mengalami diare. Didapatkan nilai p sebesar 0,010 dimana nilai p <α (0,05), sehingga ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara perilaku ibu dalam mengasuh balita dengan kejadian diare di Puskesmas Rawat Inap Panjang Tahun 2013. Nursalam (2005) menyebutkan bahwa perilaku ibu dalam mengasuh balita yang buruk adalah salah satu penyebab utama diare, yaitu tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan, penggunaan jamban dan membuang tinja yang tidak sehat, menyimpan makanan masak pada suhu kamar (sanitasi makanan tidak baik), air minum yang tidak bersih atau tercemar dengan bakteri tinja, dan tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayu R (2010) yang berjudul Hubungan Pola Asuh Balita dengan Kejadian Diare di Kawasan Endemik Diare, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Surabaya, tahun 2010. Penelitian ini menggunakan α = 0,05, dengan hasil ada hubungan antara tipe pola asuh orangtua dengan kejadian diare pada balita (p,value 0,01). Ibu yang berperilaku baik dapat mengurangi kejadian diare pada balitanya, karena ibu yang berperilaku baik tentunya akan bertindak mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah dan penyebab masalah kesehatan (preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (promotif), sehingga dapat mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam mengasuh balitanya. Menurut peneliti, perilaku ibu yang baik dalam penelitian ini disebabkan karena pengetahuan ibu yang tinggi tentang cara mengasuh balita, hal ini didukung dari pendidikan ibu sebagian besar menengah keatas, dan tersedianya fasilitas kesehatan yang memadahi Wilayah Kerja Puskesmas Panjang. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan prilaku ibu dalam mengasuh balita yang terkena diare 71,7% berprilaku baik, dari jumlah balita yang berkunjung ke Puskesmas dengan [168]

diare 41,7%.Setelah dilakukan uji statistik Chi Square dengan derajat kepercayaan (CI) 95% nilai α 0,05 dihasilkan pvalue 0,010, ini menunjukkan terdapat hubungan prilaku ibu dalam mengasuh Balita dengan kejadian diare.berdasarkan hal tersebut peneliti menyarankan petugas kesehatan dipuskesmas selalu memberikan penyuluhan tentang PHBS agar kejadian diare bisa diturunkan.pada ibu yang memiliki Balita sebulan sekali selalu berkunjung ke Posyandu, agar kesehatan Balita selalu terjaga. * Alumni Prodi Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang ** Dosen pada Prodi Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang DAFTAR PUSTAKA Atmawikarta (2010). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika Ayu R ( 2010).Hubungan Pola Asuh Balita dengan Kejadian Diare di Kelurahan Pakis Kec.Sawahan Kota Surabaya.Skripsi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007). Data Penduduk Sasaran Progam Pembangunan Kesehatan 2005-2009. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Depkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Repulik Indonseia (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun2011 http//www.depkes.go.id, Mei 2012 Laporan Survailans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas Sentinel di Puskesmas Rawat Inap Panjang, 2013. Puskesmas Rawat Inap Panjang Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Nursalam, DR.,M. Nurs dkk (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika Perencanaan Tingkat Puskesmas Rawat Inap Panjang, (2011) Puskesmas Rawat Inap Panjang [169]