1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani dalam pengertian kata ganti penunjuk, yang dalam bahasa Indonesia ialah kata ini dan itu (Putrayasa, 2014: 37). Menurut Chaer dan Agustina (2004: 57) yang dimaksud dengan deiksis adalah suatu hubungan antara kata yang digunakan di dalam tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah dan berpindah. Deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks di dalam struktur bahasa itu sendiri (Djajasudarma, 2010: 57). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang berfungsi sebagai penunjuk suatu hal. Dengan kata lain, sebuah bentuk bahasa dapat dikatan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Deiksis terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ada deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis sosial merupakan deiksis yang mengacu kepada keadaan tertentu dan juga mengandung konotasi sosial tertentu. Deiksis sosial menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial (perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial 1
2 seperti jenis kelamin, usia, kedudukan di dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) yang ada pada partisipan dalam sebuah komunikasi verbal. Deiksis sosial dapat dilihat dari penggunaan bahasa untuk berkomunikasi atau bertutur. Deiksis sosial ini digunakan dalam suatu tuturan dengan memperhatikan konteks pembicaraan. Sedangkan menurut Levinson (1983: 90), ada dua bentuk dasar informasi mengenai deiksis sosial yaitu bentuk relational (relasional) dan bentuk absolute (mutlak). Deiksis sosial sering ditemukan dalam berbagai ungkapan atau percakapan, baik secara lisan maupun tertulis. Penggunaan deiksis sosial pada masyarakat sering disebut penunjuk konteks untuk memperhalus tuturan, sehingga tidak menyakiti perasaan lawan tutur. Tanpa disadari ketika seseorang sedang melakukan tuturan terjadi seleksi kata yang sering digunakan, contohnya menggunakan kata meninggal untuk mennggantikan kata mati dan menggunakan kata diamankan untuk menggantikan kata ditangkap, kata tersebut merupakan salah satu wujud dari bentuk deiksis sosial karena kata meninggal lebih halus dan sopan digunakan dibandingkan menggunakan kata mati, begitu pula dengan kata diamankan lebih sering digunakan untuk mengganti kata ditangkap. Rujukan kata-kata yang terdapat dalam suatu tuturan dapat dikategorikan kedalam bentuk kata, seperti kata kerja, kata ganti, kata ulang, kata tambahan dan lain sebagainya. Namun, frasa dan klausa juga bisa masuk dalam bentuk deiksis sosial jika sesuai dengan konteks dan situasi pada saat tuturan berlangsung.
3 Setiap manusia pasti berusaha dan ingin selalu mengaktualisasikan dirinya untuk menjaga prestise yang baik melalui tingkat kesantunan atau kesopanan. Strategi kesantunan atau kesopanan merupakan alat untuk menjaga kesamaan harmoni dan keeratan antarmanusia. Namun, ada kecenderungan yang berkembang pesat dewasa ini. Sebagai manusia yang terpengaruh dan terikat dengan perkembangan teknologi, masyarakat Indonesia pada umumnya telah banyak yang melupakan kaidah-kaidah komunikasi yang mencakup sopan santun dalam berkomunikasi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat peneliti melakukan magang di salah satu SMP Negeri di Purwokerto, peneliti menyaksikan seorang siswa yang menyapa gurunya tanpa sopan santun seperti layaknya sedang menyapa teman sebaya. Padahal sebagai siswa kita wajib menghormati guru karena guru merupakan orang yang berjasa mengajarkan ilmu dan orang yang lebih tua serta mimiliki status sosial yang lebih tinggi. Kecenderungan yang seperti itu, dikhawatirkan akan menghilangkan budaya sopan santun. Sebagai calon pendidik yang akan menjadi seorang guru, peneliti termotifasi untuk mendalami tentang kaidah-kaidah sopan santu dalam berkomunikasi sehingga peneliti nantinya akan mengajarkan dan menerapkan pada saat pembelajaran. Terkait dengan permasalahn tersebut deiksis sosial merupakan aspek yang sangat memperhatikan kesopanan dan kesantunan dalam berbahasa atau berkomunikasi. Apabila seseorang mempelajari dan memahami deiksis sosial, secara otomatis orang tersebut dapat berkomunikasi dengan baik karena mampu menyeleksi atau memilih kata sehingga penyampaian yang diutarakan dapat diterima dengan baik oleh mitra tuturnya. Dengan demikian, deiksis sosial sangat
4 menarik dan cocok untuk di kaji karena dapat meningkatkan kesopanan dan kesantunan dalam berkomunikasi. Berawal dari kebiasaan peneliti yang suka menonton acara talkshow, salah satunya adalah sebuah acara talkshow Hitam Putih yang ditayangkan oleh stasiun televisi Trans7. Pada saat peneliti menonton acara talkshow Hitam Putih yang di tayangkan pada tanggal 1 Februari 2017, peneliti menemukan kata Bapak. Kata Bapak ditemukan pada tuturan sebagai berikut: (1) Chika J. : Kalau Bapak mau pake bodyguard ngga?. Deddy C. : Saya sudah pernah usaha pake bodyguard, saya pake 10 bodyguard tapi badan lebih kecil semua dari saya. Pada tuturan (1) tersebut yang berperan sebagai penutur adalah Chika, sedangkan peran petutur (mitra tutur) adalah Deddy Corbuzier. Pada kutipan percakapan (1) Chika memberikan pertanyaan kepada Deddy Corbuzier dengan menggunakan panggilan Bapak. Panggilan Bapak digunakan oleh Chika untuk menghormati mitra tuturnya, karena Chika berperan sebagai sekretaris atau asisten yang merupakan bawahan dari Deddy Corbuzier dalam acara tersebut. Adanya kata Bapak pada kutipan (1) yaitu untuk menghormati mitra tuturnya maka dapat dikatakan tuturan tersebut menunjukan bentuk deiksis sosial relasional yaitu adanya hubungan antar penutur dengan mitra tutur yang dikodekan bentuk sapaan. Pada adegan selanjutnya dalam tayangan yang sama pula peneliti menemukan tuturan pada kalimat yang dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada bintang tamu 1. Peneliti menemukan kata Anda, kata Anda peneliti temukan pada tuturan sebagai berikut: (2) Deddy C. : Anda pernah buat ini untuk nakuti orang ngga?
5 Bintang tamu 1 : Pernah. Dan ada kisah lucu, jadi pulang kerja malem-malem sama temen motor saya nyalain. Pada kutipan (2) di atas, menunjukan adanya bentuk relasi deiksis sosial kategori honorifik petutur (mitra tutur). Honorifik petutur (mitra tutur) tersebut dikodekan dalam bentuk sapaan Anda yang terdapat pada konteks kutipan (2). Penghormatan sapaan Anda tidak mengenal tingkatan usia, tetapi sapaan Anda memiliki kesantunan yang dapat digunakan oleh penutur untuk menghormati mitra tuturnya. Dalam hal ini sapaan kata Anda digunakan oleh Deddy Corbuzier untuk menghormati bintang tamu 1, sehingga kata Anda termasuk dalam bentuk deiksis sosial kategori honorifik petutur (mitra tutur) sebagai kesantunan dalam berbahasa. Pada hari berikutnya pada saat peneliti menonton kembali acara thalkshow hitam putih yang ditayangkan pada tanggal 2 Februari 2017, peneliti menemukan tuturan sebagai berikut: (3)Chika J. Deddy C. : Tapi Pak, setelah Gubernur Jambi Zomi Zola marahmarah pelayanan di rumah sakit langsung berubah jadi baik. : Itu ada tulisannya, dianggap neticen pencitraan. Pada tuturan (3) di atas, merupakan kata yang mengandung deiksis sosial. Pada tuturan tersebut terdapat pengkodean berupa jabatan Gubernur Jambi yang merujuk kepada Zomi Zola. Adanya jabatan tersebut, maka tuturan (3) termasuk dalam bentuk deiksis sosial relasional anatara penutur yaitu Chika Jesika dengan rujukkannya yaitu Zomi Zola. Homorifik rujukan tersebut menunjukkan bahwa Zomi Zola saat ini menjabat sebagai seorang pemimpin di provinsi Jambi. Maka kalimat (3) mengandung bentuk deiksis sosial honorifik rujukan.
6 Pada adegan selanjutnya dengan tayangan yang sama yaitu tayangan 2 Februari 2017, peneliti menemukan kembali tuturan yang berbeda bentuk dari tuturan yang ditemukan sebelumnya. Tuturan yang ditemukan oleh peneliti sebagai berikut: (4)Deddy C. : Tapi yang ini saya ngga baca. Presiden Jokowi apresiasi sidak Zomi Zola. Chika J. : Ah, masa si?. Pada tuturan (4) terdapat bentuk deiksis sosial relasional yaitu adanya hubungan antara penutur kepada rujukannya yang berupa katagori honorifik acuan atau rujukan. Penghormatan Presiden dalam tuturan (4) merujuk pada Jokowi atau Joko Widodo. Penghormatan tersebut mengacu kepada Jokowi sebagai orang nomor satu di Indonesia, sehingga penutur yaitu Deddy Corbuzier menggunakan ungkapan hormat. Hal tersebut karena saat ini menjabat sebagai Presiden yang memimpin Indonesia dan menjadi orang nomor satu di Indonesia. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti beramsumsi bahwa pada acara TalkShow Hitam Putih di Trans7 edisi Februari 2017 terdapat bentukbentuk deiksis sosial. Namun demikian bentuk-bentuk deiksis sosial yang ditemukan masih merupakan fenomena. Berbagai fenomena-fenomena tersebut membentuk asumsi pada peneliti bahwa acara TalkShow Hitam Putih di Trans7 edisi Februari 2017 banyak menggunakan bentuk-bentuk deiksis sosial. Untuk membuktikan benar tidaknya asumsi peneliti tersebut, perlu dilakukan kajian secara empirik. Oleh karena itu, penelitian denga judul Analisis Penggunaan Deiksis Sosial pada Tuturan Host dan Bintang Tamu dalam Acara TalkShow Hitam Putih di Trans7 edisi Fenbruari 2017 penting untuk dilakukan.
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana bentuk-bentuk dan fungsi deiksis sosial yang terdapat pada tuturan host dan bintang tamu dalam acara TalkShow Hitam Putih di Trans7 edisi Februari 2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikaji oleh peneliti, maka tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk dan fungsi deiksis sosial yang terdapat pada tuturan host dan bintang tamu dalam acara TalkShow Hitam Putih di Trans7 edisi Februari 2017. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan sebagai upaya menambah pengetahuan kebahasaan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai penggunaan deiksis. b. Dapat memperkaya kajian tentang deiksis, khususnya tentang deiksis sosial. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah bahan bacaan yang berkaitan dengan kebahasaan bagi mahasiswa dan guru Pendidikan Bahasa Indonesia. b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding atau referensi dalam melakukan penelitian kebahasaan, khususnya tentang deiksis.