BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam mempersiapkan pelaporan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

ARUM KUSUMAWATI B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BABI PENDAHULUAN. Profesi akuntan merupakan profesi yang berlandaskan kepercayaan dari

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini memicu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Audit atas laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan profesi akuntan sejalan dengan perkembangan perusahaan dan berbagai jenis badan hukum lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan. memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah media komunikasi yang diperlukan bagi pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

ABSTRAK. Kata kunci: profesionalisme, komitmen organisasi, etika profesi, dan pengalaman auditor

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dimana bisnis tidak lagi mengenal batas. negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. accountability dan performance accountability (Pusdiklat, 2010). Dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. (KAP) untuk mengaudit laporan keuangannya. untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Para pengguna

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. saham sebagai pemilik perusahaan terpisah dari manajemen perusahaan (Mulyadi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR PROFESIONALISME AUDITOR, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya profesi auditor di Indonesia menuntut auditor untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas tinggi. Perusahaan-perusahaan semakin memerlukan jasa audit atas laporan keuangan oleh Kantor Akuntan Publik karena kebutuhan jasa audit berkaitan erat dengan kebutuhan para pemakai laporan keuangan atas informasi keuangan yang bebas dari risiko informasi. Cara yang digunakan para pemakai laporan keuangan untuk memperoleh informasi yang handal dan dapat di percaya adalah melalui hasil audit atas laporan keuangan oleh Akuntan Publik. Seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk kepentingan pihak lain yang mempunyai kepentingan atas laporan keuangan audit. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan lainnya, auditor dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2, menyatakan bahwa relevansi dan reliabilitas adalah dua kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pembuatan keputusan. Untuk dapat mencapai kualitas relevan dan reliabel maka laporan keuangan perlu diaudit oleh auditor untuk memberikan jaminan kepada pemakai bahwa laporan keuangan tersebut 1

2 telah disusun sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia (Kusuma, 2012). Dalam melaksanakan audit, auditor harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam Standar Auditing yang terdiri dari Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan untuk menghasilkan hasil audit yang terpercaya. Salah satu standar yang harus dipenuhi dalam pekerjaan audit adalah perencanaan audit. Di dalam perencanaan audit dikatakan bahwa auditor antara lain harus mempertimbangkan berbagai resiko audit dan tingkat materialitas awal untuk tujuan audit (Febrianty, 2012). Menurut Standar Audit Seksi 312 (Risiko Audit dan Materialitas Dalam Pelaksanaan Audit) pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor harus meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Guna peningkatan kinerja, hendaknya auditor memiliki sikap profesional dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan (Kusuma, 2012). Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas. Hal ini perlu dilakukan untuk dapat mendapatkan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masing-masing laporan keuangan pokok (Agustianto, 2013).

3 Pertimbangan auditor dalam menetapkan tingkat materialitas sangat tergantung pada persepsi auditor tentang kebutuhan atas informasi yang terdapat pada informasi yang diberikan manajemen maupun didapat oleh auditor dalam proses audit, sehingga tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan sama (Malik, 2010). Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji. Tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan sama tergantung pada ukuran laporan keuangan tersebut. Selain itu tingkat materialitas tergantung pada dua aspek yaitu aspek kondisional dan aspek situasional (Mulyadi, 2003). Aspek kondisional adalah aspek yang seharusnya terjadi. Auditor seharusnya menetapkan materialitas secara standar, artinya dalam menentukan tingkat materialitas antar auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan harus sama tanpa ada pengaruh antara lain, umur ataupun gender. Pada kenyataannya dalam menentukan tingkat materialitas antar auditor berbeda-beda sesuai dengan aspek situasionalnya. Aspek situasional adalah aspek yang sebenarnya terjadi, yaitu profesionalisme auditor itu sendiri. Auditor sering menghadapi dilema etika dalam menjalani karir bisnis (Mulyadi, 2003). Auditor dalam meningkatkan kinerjanya dituntut untuk memiliki profesionalisme dalam melakukan audit atas laporan keuangan. Seseorang yang profesionalisme dalam profesi akuntan dicerminkan dengan lima dimensi profesionalisme, yaitu: (1) pengabdian kepada profesi, (2) kewajiban sosial, (3)

4 kemandirian, (4) keyakinan terhadap peraturan profesi, dan (5) hubungan sesama profesi. Profesionalisme seorang auditor sangat diperlukan, dengan profesionalisme yang tinggi, independen dan menjunjung tinggi kode etik profesi kebebasan seorang auditor akan terjamin dan tetap dipercaya oleh masyarakat. Kode etik profesional diperlukan untuk mengatur perilaku profesional agar bertindak untuk kepentingan orang banyak. (Khikmah, 2005 dalam Rahayu 2013). Agoes (2012) menyatakan kode etik merupakan norma tertulis yang mengatur sikap, tingkah laku dan tata krama dari para anggotanya. Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan harus mematuhi kode etik akuntan. Untuk menjaga nama baik keahlian dan melindungi kepentingan masyarakat, maka pada umumnya organisasi profesi menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai perilaku yang harus dipatuhi oleh para anggotanya yang dibuat secara tertulis oleh organisasi profesi. Rustiana dan Indri (2002) dalam Oktafianty (2009) menyatakan bahwa auditor harus memperhatikan kode etik akuntan publik karena masyarakat akan menilai sejauh mana seorang akuntan telah bekerja sesuai dengan standar ilmu akuntansi serta etika profesi didalam proses kegiatan audit yang dilakukannya. Kewajiban untuk mematuhi kode etik akuntan tidak terbatas pada akuntan yang menjadi anggota Ikatan Akuntan Indonesia saja, tetapi semua orang yang bergelar akuntan atau yang pernah mengikuti pendidikan akuntan. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Selain itu, akuntan publik harus mempertimbangkan masalah penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan tingkat materialitas untuk pencapaian tujuan audit

5 (Herawaty dan Susanto, 2009). Selain itu, kepercayaan masyarakat juga menjadi faktor yang sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Disamping itu, profesi akuntansi mendapat sorotan yang cukup tajam dari masyarakat (Kusuma, 2012) Pertimbangan tingkat materialitas juga dapat dipengaruhi dari sisi gender. Gender dalam batasan "sex" mengacu pada kondisi fisik dan biologis manusia, yaitu ciri-ciri lahiriah laki-laki dan perempuan. Masalah gender juga terkait dengan konstruksi sosial dan budaya masyarakat setempat. Hal ini yang kemudian membentuk paradigma tentang adanya perbedaan peran dan spesialisasi antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat. Perbedaan juga terjadi dalam fungsi struktural dan kelembagaan dari sudut pandang gender melahirkan perjuangan yang menuntut adanya kesetaraan pada kompleksitas tugas dan pengaruh tingkat kepatuhan terhadap etika. Chung and Monroe (2001) dalam Wibowo (2010) menyatakan bahwa perempuan dapat lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki-laki dikarenakan perempuan lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan mengintegrasikan dalam pengambilan keputusan, selain itu laki-laki terbukti relatif kurang mendalam dalam menganalisis inti dari suatu keputusan. Penelitian Kurniawanda (2013) mengenai pengaruh profesionalisme auditor dan etika profesi terhadap pertimbangan materialitas pada akuntansi yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) kota Palembang. Menunjukkan bahwa

6 profesionalisme auditor dan Etika Profes secara bersama-sama dan parsial berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Berbagai penelitian sebelumnya seperti Agustianto (2013) meneliti tentang pengaruh profesionalisme, pengalaman auditor, gender dan kualitas audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial maupun bersama-sama profesionalisme, pengalaman auditor, gender dan kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena, dalam menjalankan tugasnya auditor harus meningkatkan penerapan kode etik dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Pertimbangan terhadap tingkat materialitas sangat erat kaitannya dengan karakteristik personal auditor seperti profesionalisme auditor. Selanjutnya, peneliti juga menambahkan variabel gender karena masih sedikit penelitian yang mengaitkan gender terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Penelitian ini merupakan hasil replika dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniawanda (2013) yang berjudul Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Hasil penelitian Kurniawanda (2013) menunjukkan bahwa profesionalisme aauditor yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada profesi, hubungan sesama profesi dan etika profesi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Secara parsial dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, dan hubungan sesama profesi yang

7 tidak mempunyai pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan variabel gender. Hal ini didasarkan bahwa perbedaan gender juga dimasukkan sebagai faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap pertimbangan materialitas. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan penelitian yang berjudul Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Gender terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yaitu : 1. Apakah terdapat pengaruh positif profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 2. Apakah terdapat pengaruh positif etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 3. Apakah terdapat pengaruh positif gender terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 4. Apakah terdapat pengaruh positif profesionalisme auditor, etika profesi dan gender terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 1.3 Tujuan Penelitian Adapaun maksud dan tujuan penelitian mengadakan penelitian : 1. Untuk mengetahui pengaruh positif profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas

8 2. Untuk mengetahui pengaruh positif etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas 3. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap pertimbangan tingkat materialitas 4. Untuk mengetahui pengaruh positif profesionalisme auditor, etika profesi, dan gender terhadap pertimbangan tingkat materialitas 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis Sebagai sarana mengembangkan wawasan dan pengetahuan penulis mengenai sumber daya manusia dan gambaran tentang perilaku profesionalisme, serta diharapakan dapat meningkatkan penerapan kode etik dalam pemberian materialitas di Kantor Akuntan Publik. 2. Bagi Auditor Sebagai masukan bagi para auditor di Kantor Akuntan Publik dalam hal penetapan sumber daya manusia, etika dan skeptisme profesional auditor yang dapat berdampak terhadap ketetapan materialitas yang dihasilkan. 3. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai profesi akuntan terutama profesi akuntan publik dan menjadi bahan referensi khususnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian berikutnya.