BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Guna

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan modernisasi perpajakan melalui penerapan e-spt dan e-filing diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu baik dari segi pembangunan masyarakat, kesejahteraan, keamanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat di bidang teknologi informasi. Berbagai lapisan. menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperoleh, mengolah dan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara membutuhkan penerimaan untuk memenuhi APBN (Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penerimaan pajak di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. dan efektif, serta berkesinambungan. Kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang diberikan pemerintah terhadap warganya atas pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya yaitu penerapan sistem e-filing, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan rakyat. Jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sistem pemungutan pajak yaitu Official Assessment System dan Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. mau harus ditanggung Wajib Pajak (Waluyo, B.Illyas, Perpajakan Indonesia, 2003;4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan menjadi suatu permasalahan yang pokok. Pembiayaan ini

BAB I PENDAHULUAN. rakyat baik dari segi materill maupun spiritual. Merealisasikan tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berguna untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak berasal dari iuran

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat (Rahmawaty Naki : 2013). Pembiayaan

pembiayaan dan pembangunan dalam negeri. Pemerintah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

BABl PENDAHULUAN. Negara membutuhkan ketersediaan dana untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada tahun 2016 di Kantor Wilayah DJP Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali di Indonesia. Dari hari- kehari pengaruh globalisasi semakin kuat

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang sedang giat-giatnya melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu komponen penting dan sumber utama pada penerimaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan tulang punggung dan penggerak pembangunan nasional. Sektor pajak adalah penyumbang pendapatan nasional yang terbesar dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya. Di tahun 2016, pendapatan pajak mencapai 86,2% dari total pendapatan nasional, dimana pendapatan pajak menyumbang sebesar 1546,7 triliun dari total pendapatan nasional sebesar 1822,5 triliun. Pendapatan dari pajak ini dapat digunakan untuk menjalankan pemerintahan dan mencapai visi dan misi pemerintah yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti membangun infrastruktur dan sarana layanan umum. Tanpa pajak, perekonomian nasional tidak akan bisa berjalan dengan baik. Sesuai dengan dengan salah satu isi dari nawacita pemerintah, Pembangunan nasional saat ini lebih difokuskan ke pembangunan infrastruktur beserta sarana dan prasarana layanan umum. Pembangunan dilakukan secara berkesinambungan demi 1

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Anggaran untuk pembangunan yang meningkat setiap tahunnya dapat dilihat dari total belanja negara yang telah dikeluarkan pemerintah. Pada periode 2011-2017 belanja negara pada bidang infrastruktur mengalami pertumbuhan tertinggi dengan rata-rata sebesar 123,4% dengan alokasi anggaran sebesar 387,3 triliun rupiah, kemudian diikuti dengan bidang kesehatan mengalami peningkatan sebesar 83,2% dengan alokasi anggaran sebesar 104 triliun rupiah, kemudian pada bidang pendidikan mengalami peningkatan sebesar 27,4% dengan alokasi anggaran sebesar 416,1 triliun rupiah. Subsidi energi mengalami penurunan signifikan sebesar 66,2% dengan alokasi anggaran sebesar 77,3 triliun tupiah. Penjelasan lebih detail dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Gambar 1.1 Belanja Negara Tahun 2011-2017 Sumber: APBN 2017 Mengingat peran penting dari pajak itu sendiri, maka sangat diperlukan suatu sistem pemungutan pajak yang efektif dan efisien dalam mengumpulkan dana dari 2

masyarakat. Secara ekonomi, pemungutan pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat (Mulyo Agung, 2007). Melalui pemungutan pajak yang efektif dan efisien diharapkan terkumpul penerimaan pajak yang memadai untuk pembangunan nasional dan untuk mengatasi defisit anggaran dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Pajak telah menyetorkan penerimaan pajak sebesar 1.546,7 triliun rupiah atau 86,2% dari seluruh penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) 2016. Namun di tahun 2017 target penerimaan pajak diperkirakan menurun menjadi sejumlah Rp1.498,9 triliun atau sebesar 85,6% dari seluruh penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) 2017. Perkembangan pendapatan negara tahun 2012-2016 dapat dilihat pada grafik. Gambar 1.2 Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2012-2017 Sumber: Nota Keuangan APBN 2017 3

Penurunan target penerimaan pajak tahun 2017 tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor utama adalah pertumbuhan ekonomi global yang semakin melambat turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir yang juga cenderung mengalami perlambatan dan mengakibatkan ketersediaan likuiditas dalam negeri pembangunan nasional berkurang. Kemudian faktor lainnya adalah rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan dan membayar kewajiban pajak yang mengakibatkan capaian pajak tidak sesuai target yang telah ditetapkan. Idealnya pendapatan negara dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, untuk menggali penerimaan negara dari sektor perpajakan dibutuhkan upaya-upaya nyata, serta diimplementasikan dalam bentuk kebijakan dan program pemerintah. Upaya untuk menjaring wajib pajak baru akan terus dilaksanakan pemerintah karena tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal melaporkan pajaknya masih rendah, kisaran 60 sampai dengan 70%, dan itupun masih didominasi oleh wajib pajak orang pribadi karyawan bukan wajib pajak pengusaha. Proses menuju kepatuhan yang tinggi merupakan upaya yang berkelanjutan, tidak akan berhenti. Semakin tinggi tingkat kepatuhan pajak, baik secara formal atau material, maka akan memperbesar basis data pemajakan menjadi lebih akurat yang akan mampu menghasilkan penerimaan pajak yang lebih besar. Dikutip dari situs www.pajak.go.id, disebutkan bahwa kepatuhan wajib pajak mencakup kepatuhan mencatat atau membukukan transaksi usaha, kepatuhan melaporkan kegiatan usaha sesuai peraturan yang berlaku, serta kepatuhan terhadap semua aturan perpajakan lainnya. Di antara ketiga jenis kepatuhan tersebut, yang 4

paling mudah diamati adalah kepatuhan melaporkan kegiatan usaha, karena seluruh wajib pajak berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan usahanya setiap bulan dan/atau setiap tahun dalam bentuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam setiap masa atau tahunannya. Penyebab dari rendahnya kepatuhan wajib pajak ini beragam, dimulai dari ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik, pembangunan infrastruktur yang tidak merata, banyaknya kasus korupsi yang dilakukan pejabat tinggi, dan belum efektifnya sistem perpajakan yang digunakan oleh pemerintah. Banyak wajib pajak mempunyai kepatuhan yang buruk dengan tidak membuat dan menyampaikan laporan kegiatan usaha secara periodik secara benar, lengkap dan jelas, baik laporan bulanan atau masa maupun tahunan. Yang memprihatinkan adalah wajib pajak semacam ini berjumlah paling banyak dari seluruh wajib pajak terdaftar. Patut menjadi perhatian lebih serius bagi Direktorat Jenderal Pajak agar masalah ini bisa diatasi dan diawasi secara lebih intensif. Beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan pajaknya sebagai salah satu upaya pembentukan basis data yang valid antara lain adalah menciptakan pelayanan publik yang profesional, mengelola uang pajak secara adil dan transparan, membuat peraturan perpajakan yang mudah dipahami wajib pajak, dan meningkatkan tindakan penegakan hukum kepada wajib pajak yang tidak patuh. Dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak ini, pemerintah telah menerapkan langkah terobosan untuk mendapatkan basis data yang lebih valid dan realtime. Berawal dari reformasi pajak yang dilakukan pada tahun 1983, sistem 5

pemungutan pajak mengalami perubahan dari official assesment system menjadi self assesment system. Dalam sistem pemungutan pajak yang baru yaitu self assesment system, wajib pajak diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang ke kantor pajak. Berdasarkan perubahan sistem pemungutan pajak tersebut, Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi sistem perpajakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan perpajakan kepada wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak melakukan beberapa perubahan dalam sistem pelayanannya untuk mengikuti teknologi informasi yang berkembang di masyarakat. Melalui sistem e-filing, wajib pajak tidak perlu harus datang ke kantor untuk menyampaikan SPT karena sudah dapat disampaikan secara online. Perubahan bentuk formulir yang digunakan menjadi formulir elektronik yang diperoleh melalui aplikasi e-spt dapat disampaikan secara online dari sistem e-filing. Menurut Noviandini, dengan adanya sistem ini para Wajib Pajak akan lebih mudah menunaikan kewajibannya tanpa harus mengantri di Kantor Pelayanan Pajak sehingga dirasa lebih efektif dan efisien. Selain itu, pengiriman data Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja baik di dalam maupun di luar negeri, tidak tergantung pada jam kantor dan dapat pula dilakukan di hari libur dan tanpa kehadiran Petugas Pajak (24 jam dalam 7 hari), di mana data akan dikirim langsung ke database Direktorat Jenderal Pajak dengan fasilitas internet yang disalurkan melalui satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Dengan demikian, penggunaan e-spt dan e-filing dapat mengurangi beban proses administrasi laporan pajak menggunakan kertas. 6

Perubahan sistem yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak ini dapat terlaksana dengan baik apabila masyarakat memahami penggunaan dari sistem tersebut dan mengetahui manfaat yang diperoleh dari penggunaan sistem baru tersebut. Pemahaman masyarakat ini diperlukan agar wajib pajak dapat melapor dan membayar kewajiban perpajakannya dengan tepat waktu. Untuk itu diperlukan sosialisasi atau penyuluhan terkait modernisasi sistem perpajakan kepada masyarakat secara berkala untuk meningkatkan minat dan kepedulian masyarakat untuk mematuhi kewajiban perpajakannya. Ada beberapa penelitian terdahulu yang sudah membahas kebijakan ini. Penelitian tersebut membahas pengaruh e-spt dan e-filing secara terpisah maupun secara bersama-sama. Namun belum ada yang membahas pengaruh e-spt dan e- filing secara bersama-sama dengan pengetahuan perpajakan dan melihat pengaruh ketiga variabel tersebut secara keseluruhan terhadap kepatuhan wajib pajak. Selain itu penelitian terdahulu masih membahas pengaruh e-spt dan e-filing dalam lingkup Kantor Pelayanan Pajak, tidak dalam lingkup yang lebih luas yaitu lingkup Kantor Wilayah yang membawahi semua KPP yang ada di area tersebut. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENERAPAN E-FILING, E-SPT DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MELAPORKAN PAJAK PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMATERA BARAT DAN JAMBI. 7

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh e-filing terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi? b. Bagaimana pengaruh e-spt terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi? c. Bagaimana pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi? d. Bagaimana pengaruh e-filing, e-spt, dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui pengaruh e-filing terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi. b. Mengetahui pengaruh e-spt terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi; c. Mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi; 8

d. Mengetahui pengaruh e-filing, e-spt dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis agar dapat menambah wawasan penulis dengan mempelajari fakta dan realitas di lapangan. b. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi atas implementasi e-filing dan e-spt agar lebih efektif dan efisien; c. Bagi akademisi dan peneliti, memberikan bukti empiris mengenai pengaruh e- filing dan e-spt terhadap kepatuhan wajib pajak dan memberi masukan dan referensi bagi peneliti berikutnya; d. Bagi masyarakat, untuk memberikan pengetahuan dan informasi agar dapat menggunakan dan memanfaatkan sistem e-filing dan e-spt dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 1.4. Sistematika Penulisan Dalam penulisannya, penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 9

BAB II : LANDASAN TEORITIS Bab ini berisi teori-teori, reviu riset terdahulu yang relevan dengan pokok masalah, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi gambaran umum Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi yang meliputi sejarah dan latar belakang, visi dan misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, beserta analisis data yang merupakan analisis sistem e-filing, e-spt, dan sosialisasi pengetahuan perpajakan sebagai upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat Dan Jambi. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi ringkasan atas hasil pembahasan penelitian yang sudah diuraikan secara panjang lebar dan mendalam pada bab terdahulu. Secara rinci terdiri dari kesimpulan dan saran untuk kajian lanjut. DAFTAR PUSTAKA 10