ABSTRAK. Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan STITEK Balik Diwa Makassar ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

IV. METODE PENELITIAN

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

BAB III METODE PENELITIAN

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

Jumiati. Jurusan Agribisnis, Univeritas Muhammadiyah Makassar Abstrak. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

KAJIAN MARJIN PEMASARAN KOPRA DI KECAMATAN OBA DI KOTA TIDORE KEPULAUAN

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan

BAB III METODE PENELITIAN

MARJIN TATANIAGA AYAM BROILER DARI HULU KE HILIR DI PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH JURNAL. Oleh : SAPTA BAYU PUTRA NPM

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

TITIK PULANG POKOK PRODUK OLAHAN COKELAT PADA INDUSTRI SA ADAH AGENCY DI KOTA PALU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

IV. METODE PENELITIAN

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BALADO UCI DIKOTA PADANG. Oleh: MIKE YOLANDA

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN JUMLAH PEMBELIAN AYAM PEDAGING DI KOTA MAKASSAR

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. kemampuannya dalam menyerap air sangat mudah karena mempunyai pori-pori kulit

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA RASA DI KOTA PALU

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

ANALYSIS EFFICIENCY MARKETING SYSTEM OF FRESH LAYANG FISH (Decapterus russeli) ON PELABUHAN FISH AUCTION PLACE IN TEGAL CITY

Transkripsi:

ANALISIS PEMASARAN DAN PENDAPATAN NELAYAN PENGASAP IKAN PADA KONTEKS PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERIKANAN (Studi Kasus Nelayan Tradisional di Kec. Sinjai Timur Kab. Sinjai Prov. Sulawesi Selatan) Heriansah Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: saluran, margin dan efisiensi pemasaran, dan pendapatan nelayan pengasap ikan. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja dan pemilihan responden dilakukan dengan metode sensus. Selain dari responden, data diambil pula dari instansi pemerintah dan sumber kepustakaan. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis margin dan efisiensi pemasaran, pendapatan, dan R/C Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran produk melalui 3 saluran, yaitu : (1) produsen - konsumen, (2) produsen - pengumpul - pengecer - konsumen, dan (3) produsen - pengecer - konsumen. Margin dan efisiensi pemasaran pada saluran 1 masing-masing Rp. 500,- dan 8,15 %, saluran 2 Rp. 1.000,- dan 10,92 %, dan saluran 3 Rp. 1.500,- dan 10,27%. Pendapatan yang diperoleh nelayan Rp. 766.800,- per bulan dengan R/C ratio 1,53. Dengan demikian usaha pengasapan ikan di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai usaha agribisinis untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Kata Kunci: efisiensi, margin, pengasap ikan, pendapatan, saluran pemasaran. PENDAHULUAN Pembangunan agribisnis perikanan sangat erat kaitannya dengan upaya menumbuhkembangkan usaha produktif tingkat rumah tangga. Struktur agribisnis yang hanya memberikan subsistem penangkapan sebagai porsi ekonomi nelayan, sulit diharapkan dapat meningkatkan pendapatannya. Olehnya itu diharapkan nelayan dapat ikut serta dalam subsistem pengolahan yang merupakan subsistem yang memiliki potensi nilai tambah dan penciptaan kesempatan kerja yang besar. Pengolahan hasil perikanan merupakan langkah strategis dalam meningkatan pendapatan nelayan. Hal ini disebabkan karena karakteristik khas produk perikanan yang mudah rusak dan musiman, pemasaran produk masih didominasi dalam bentuk primer (primary product) yang cenderung memiliki harga jual rendah dan fluktuatif, meningkatkan daya tahan produk sehingga dapat memperluas jangkauan pemasarannya, serta memanfaatkan waktu luang nelayan dan keluarganya secara optimal. Kegiatan pengolahan umumnya dilakukan terutama pada saat hasil tangkapan melimpah dan diperkirakan tidak dapat dipasarkan seluruhnya dalam bentuk segar. Salah satu jenis pengolahan hasil perikanan yang banyak digeluti oleh nelayan adalah pengasapan ikan. Dilihat dari prosesnya, pengasapan merupakan suatu cara pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami sehingga memberikan rasa/aroma yang khas (Wibowo, 1995). Usaha pengasapan ikan dapat Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 40

menggunakan teknologi yang sederhana memungkinkan nelayan dapat melakukan sehingga dapat diusahakan oleh nelayan kecil/ tradisional dan dalam skala usaha yang kecil dan bersifat rumah tangga (home industry). Mencermati profil usaha kecil sebagai basis kehidupan nelayan tradisional di daerah akumulasi modal untuk pengembangan usaha agar taraf hidupnya lebih meningkat. Mengacu pada gambaran di atas, maka pemasaran dan pendapatan adalah sesuatu yang penting untuk diketahui sebagai sebuah pesisir, maka usaha pengasapan ini perlu indikator dalam penentuan pengembangan dikembangkan. Hal tersebut sesuai dengan agribisnis. Pada konteks dan perspektif ini pandangan pemanfaatan artikulasi antar pulalah yang menarik perhatian untuk sektoral berbasis usaha perikanan yang menganalisis aspek pemasaran dan pendapatan merupakan basis perkonomian desa pesisir. Di nelayan pengasap ikan di Kecamatan Sinjai samping itu, pada perspektif keterkaitan antar Timur Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi sektor, dimensi spasial (faktor lokasi) juga Selatan. merupakan faktor yang sangat menentukan MATERI DAN METODE (Simatupang, 1997). Jenis dan Metode Penelitian Untuk menjadikan usaha pengasapan ikan Jenis penelitian adalah deskriptif yang sebagai salah satu pilihan usaha yang dapat menggambarkan secara sistematis dan faktual dikembangkan oleh nelayan di daerah pesisir, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan termasuk di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten antar fenomena, prediksi dan makna serta Sinjai, maka perlu dilakukan analisis untuk implikasi dari suatu masalah yang ingin mengetahui prospek pengembangan usahanya. dipecahkan. Metode penelitian yang digunakan Indikator prospek yang digunakan adalah adalah studi kasus yang mendeskripsikan secara pemasaran dan pendapatan. mendetail tentang latar belakang, sifat serta Pemasaran merupakan salah satu simpul katakter spesifik atau tipikal dari individu, dalam rakitan sistem agribisnis yang aktivitas kelompok, dan lembaga. ekonominya menghubungkan antara produksi Waktu dan Tempat Penelitian dan konsumsi. Produk sebagai hasil dari Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan kegiatan produksi harus menguntungkan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi produsen yang berada pada titik produksi dan Selatan selama 3 bulan yakni Juni hingga harus memenuhi kebutuhan dan keinginan September 2003. Penentuan lokasi penelitian konsumen yang berada pada titik konsumsi. dilakukan secara sengaja (purposive) dengan Pendapatan yang sebesar-besarnya merupakan pertimbangan bahwa Kabupaten Sinjai sasaran yang hendak dicapai oleh setiap pelaku merupakan salah satu kabupaten yang dijadikan usaha ekonomi. Perolehan pendapatan tersebut sebagai wilayah pengembangan perikanan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup rakyat di Propinsi Sulawesi Selatan. Penentuan nelayan dan keluarganya dan jika Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 41

daerah kecamatan didasarkan pada pertimbangan bahwa daerah ini merupakan pusat kegiatan pengasapan ikan di Kabupaten Sinjai. Metode Pemilihan Responden Populasi yang dijadikan sasaran analisis adalah nelayan dengan status kepemilikan kapal tangkap sendiri, melakukan penangkapan dan kemudian melaksanakan pengasapan ikan. Jumlah nelayan dengan sasaran tersebut diatas sebanyak 31 orang yang bernaung dalam 2 Kelompok Tani/Nelayan (KTN), yaitu KTN Tulumario (17 nelayan) dan KTN Sipatuoi (14 nelayan). Oleh karena jumlah populasi yang relatif sedikit, maka pemilihan responden nelayan dilakukan dengan metode sensus. Sedangkan untuk responden pedagang perantara ditentukan secara sengaja, yaitu 2 orang pedagang pengumpul dan 4 orang pedagang pengecer. Analisis Data 1. Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif dan margin pemasaran dianalisis dengan rumus : di mana : Mp : margin pemasaran Hp Hb : harga penjualan : harga pembelian Efisiensi pemasaran ditentukan dengan formula sebagai berikut : di mana : Ep Mp = Hp - Hb Bp Ep = ------ x 100 % Np : efisiensi pemasaran Volume 2 Nomor 1 Januari-Juni 2011 Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 42 Bp Np : biaya pemasaran : nilai produksi yang dipasarkan 2. Tingkat pendapatan dianalisis dengan rumus sebagai berikut : di mana : : laba atau pendapatan TR : total penerimaan (total revenue) TC : total biaya (total cost) Untuk menentukan apakah usaha yang dilakukan nelayan menguntungkan secara ekonomis atau tidak, dianalisis dengan rumus sebagai berikut : Kriteria : = TR - TC TR Revenue-Cost Ratio = ------- TC R/C > 1 : usaha menguntungkan R/C = 1 : usaha tidak untung dan tidak rugi R/C < 1 : usaha merugikan HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pemasaran Analisis saluran pemasaran dimaksudkan untuk menjelaskan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pendistribusian ikan asap hingga sampai ke konsumen akhir. Analisis terhadap margin pemasaran ditujukan untuk menilai berapa besar perbedaan harga pada setiap lembaga pemasaran dalam suatu saluran distribusi. Sedangkan analisis efisiensi digunakan untuk menentukan saluran pemasaran yang paling efisien dalam pendistribusian ikan asap. Proses pendistribusian ikan asap oleh nelayan dilakukan dengan dua sistem, yaitu

langsung ke konsumen tanpa melibatkan lembaga pemasaran dan secara tidak langsung melalui perantara, yaitu pedagang pengumpul dan pengecer. Kedua cara pendisitribusian ini meng-hasilkan tiga saluran pemasaran seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa mekanisme pendistribusian pada saluran 1 merupakan saluran pemasaran yang paling pendek dan sederhana, yaitu produsen langsung menjual ke konsumen tanpa lembaga pemasaran. Pola ini berlangsung dengan cara produsen mendatangi konsumen di pasar atau sebaliknya konsumen yang langsung mendatangi lokasi produsen. Cara yang pertama memiliki konsekuensi karena petani harus mengeluarkan biaya pemasaran, seperti biaya retribusi pasar, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja yang biasanya tidak diperhitungkan oleh nelayan. Mekanisme pendistribusian pada saluran 2 melibatkan dua lembaga pemasaran sebelum ikan asap sampai di konsumen. Pertama-tama produsen menjual ke pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul tersebut mendistribusikan ke pedagang pengecer, baik pengecer lokal maupun pengecer di luar daerah, untuk selanjutnya di jual ke konsumen. Pola ini terjadi dengan cara pedagang pengumpul mendatangi lokasi produsen, kemudian di bawa ke pasar untuk dijual ke pedagang pengecer. Pada umumnya kedua perantara pemasaran ini memiliki fasilitas kendaraan pengangkut dan tempat khusus (los) di pasar. Mekanisme pendistribusian pada saluran 3 berlangsung dengan melibatkan satu lembaga pemasaran saja, yaitu pedagang pengecer. Produsen menjual produknya ke pengecer dan selanjutnya pengecer memasarkannya ke konsumen. Pola ini terjadi dengan cara pedagang pengecer mendatangi produsen kemudian pengecer menjual di pasar atau biasa juga di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Jangkauan pemasaran ikan asap yang nelayan adalah pasar lokal yaitu di dalam wilayah Kabupaten Sinjai dan pasar luar daerah Kabupaten Sinjai, seperti di bagian selatan Produsen 3 2 1 Rp. 4.500,- * Rp. 4.500,- * Rp. 6.000,- ** Rp. 6.000,- ** 1 Pedagang Pengumpul Rp. 5.000,- * Rp. 6.500,- ** Rp. 5.500,- * Rp. 7.000,- ** Pedagang pengecer Rp. 6.000,- * Rp. 6.500,-* Rp. 7.500,-** Rp. 8.000,-** Konsumen Keterangan : * = harga ikan pari ** = harga ikan lemuru Gambar 1. Skema saluran pendistribusian ikan asap di Kecamatan Sinjai Timur Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 43

Tabel 1. Margin dan efisiensi pemasaran pada setiap saluran distribusi ikan asap di Kabupaten Sinjai, 2003 Harga (Rp/ekor) Margin (Rp/ekor) Saluran Lembaga Jenis Efisiensi Biaya Total Distribusi Pemasaran Ikan Beli Jual Laba Pemasaran (%) Pemasaran Margin I Produsen Pari 4.500 5.000 460 40 500 9,20 Lemuru 6.000 6.500 370 130 500 5,69 Rata-rata 8,15 Jumlah 7,45 II Produsen Pari - 4.500 - - - - Lemuru - 6.000 - - - - Pengumpul Pari 4.500 5.500 395 605 1.000 7,18 Lemuru 6.000 7.000 380 620 1.000 5,43 Rata-rata 6,31 Pengecer Pari 5.500 6.500 240 760 1.000 3,69 Lemuru 7.000 8.000 340 660 1.000 4,25 Rata-rata 3,97 Jumlah 10,28 III Produsen Pari - 4.500 - - - - Lemuru - 6.000 - - - - Pengecer Pari 4.500 6.000 910 590 1.500 15,17 Lemuru 6.000 7.500 710 790 1.500 9,47 Rata-rata 12,32 Jumlah 12,32 Sumber : Data primer setelah diolah, 2003 Keterangan : Harga beli produsen pada saluran I adalah harga jual jika rodusen penjual ke padagang perantara Kabupaten Bone dan bagian utara Kabupaten Bulukumba. Proses pemasaran lokal ditangani sendiri oleh produsen, pedagang pengumpul dan pengecer, sedangkan pemasaran antar daerah hanya dilakukan oleh pedagang pengecer luar daerah. Untuk mengetahui distribusi pendapatan antar pelaku pemasaran dapat dijelaskan dari nilai margin yang diterima. Nilai margin ditentukan berdasarkan perbedaan harga jual dan harga beli per unit produk pada setiap tingkatan pelaku lembaga pemasaran. Margin pemasaran pada setiap saluran pendistribusian ikan asap di Kabupaten Sinjai bervariasi pada setiap saluran distribusi (Tabel 1). Angka margin pemasaran pada Tabel 1 menunjukkan bahwa eksistensi lembaga pemasaran dalam proses pendistribusian produk mengakibatkan ber-bedanya harga akhir yang diterima konsumen. Perbedaan harga akhir ini disebabkan karena masing-masing lembaga pemasaran menginginkan margin yang ditujukan untuk menutupi biaya pemasaran (marketing costs) dan mendapatkan keuntungan/laba (marketing charges) dari proses pemasaran yang dilakukan. Margin untuk biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi yang dikorbankan, seperti biaya transportasi, retribusi pasar, dan upah tenaga kerja, sementara margin yang ditujukan untuk keuntungan berkaitan dengan balas jasa dari aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Angka margin pemasaran pada Tabel 1 menunjukkan bahwa harga jual produsen dan harga akhir konsumen tergantung dari saluran distribusi. Harga jual produsen pada saluran I lebih tinggi dibanding saluran II dan III karena produsen langsung memasarkan produk-nya tanpa perantara, sehingga untuk menutupi biaya pemasaran, produsen menaikkan harga Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 44

jual. Harga jual produsen pada saluran II dan III sama karena pola pemasarannya juga sama yakni perantara langsung mendatangi lokasi produsen. total keuntungan per ekor untuk ikan pari asap sebesar Rp. 860,- dan ikan lemuru asap Rp. 1.400,-. Nilai keuntungan produsen ini berada di atas keuntungan pedagang perantara, baik pada Harga akhir produk pada tingkat saluran I maupun II. konsumen juga bervariasi berdasarkan saluran Pada aspek efisiensi pemasaran, data distribusi. Harga terendah yang diterima pada Tabel 1 menunjukkan bahwa saluran yang konsumen terjadi pada saluran I meskipun harga jual telah dinaikkan, kemudian pada saluran II dan III. Komposisi harga akhir ini menunjukkan bahwa semakin panjang saluran yang dilalui oleh pemasaran poduk, maka paling efisien adalah saluran I (7,45 %), kemudian saluran II dan III masing-masing 10,28 % dan 12,32 %. Hal ini menunjukkan bahwa saluran yang pendek tidak mutlak menghasilkan nilai efisiensi yang rendah. Relatif tingginya nilai semakin besar harga yang diterima oleh efisiensi pada saluran II disebabkan karena pola konsumen. Hal ini disebabkan karena harga pemasaran pengecer, yakni mendatangi akan naik mengikuti setiap saluran yang dilalui sebagai konsekuensi dari adanya margin yang diinginkan oleh lembaga pemasaran. Total margin pemasaran yang tertinggi terjadi pada pedagang pengecer pada saluran III. Tingginya margin ini dipengaruhi oleh pola produsen dengan kuantitas pembelian yang rendah, sehingga biaya pemasaran per ekornya menjadi tinggi. Namun, jika dikaitkan dengan indikator efisiensi yang menjelas-kan bahwa nilai yang efisien adalah 50 %, maka semua saluran pemasaran termasuk efisien. pemasaran yang dilakukan oleh pengecer, yakni Mengacu pada margin dan efisiensi men-datangi langsung lokasi produsen sehingga biaya pemasarannya lebih tinggi. Pola yang sama terjadi pada pedagang pengumpul pada saluran II, namun total marginnya lebih rendah pemasaran, maka usaha pengolahan ikan asap yang dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai memiliki prospek baik untuk dikembangkan karena nilai margin yang karena kuantitas produk yang dibeli lebih menguntungkan dan terdistribusi secara banyak sehingga biaya pemasaran per ekor lebih rendah. Namun demikian, secara total keuntungan proporsional serta sistem pemasaran yang efisien. Analisis Pendapatan terbesar berada pada tingkat produsen. Hal ini Analisis pendapatan dilakukan untuk dapat dilihat dari keuntungan produsen dari produksi per ekor ikan pari dan lemuru asap masing-masing Rp. 820,- dan Rp. 1.270,- (Tabel 3). Bahkan jika memasarkan sendiri produknya, nelayan mendapatkan tambahan keuntungan masing-masing Rp. 40,- dan Rp. 130,-, sehingga mengetahui berapa balas jasa yang diterima atas faktor produksi yang telah dikorbankan dan balas jasa atas biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Pada analisis pendapatan, seluruh pengeluaran diperhitungkan. Ada biaya yang secara riil tidak Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 45

dikeluarkan, tetapi tetap diperhitungkan, langsung dijual dalam keadaan segar. misalnya upah nelayan atau keluarganya yang turut bekerja dan sarana penunjang yang tidak habis pakai sekali produksi, seperti biaya sewa Harga rata-rata ikan segar untuk ikan pari adalah Rp. 2.500,- per ekor dan ikan lemuru Rp. 4.000,- per ekor. lahan. Meskipun pemilik bekerja dan c. Oleh karena lahan yang digunakan milik menggunakan lahan sendiri, upah dan biaya penyusutan sewa lahan harus diperhitungkan untuk memperoleh angka keuntungan yang sebenarnya. Demikian juga dengan bahan baku, meskipun diperoleh dari penangkapan sendiri, sendiri, maka biaya lahan diasumsikan sama dengan biaya investasi. Investasi ini dihitung sebagai biaya penyusutan sewa lahan sebesar Rp. 100.000,- per tahun atau Rp. 8.400,- per bulan. biayanya harus tetap diperhitungkan. Rincian biaya yang dikeluarkan oleh Hasil perhitungan dan interview nelayan diperoleh data sebagai berikut : 1. Frekuensi penangkapan ikan untuk bahan baku dilakukan sebanyak 9 trip/ bulan. Jumlah tangkapan rata-rata 569 ekor/bulan dengan rincian 217 ekor ikan pari dan 352 ekor ikan lemuru. 2. Sebagian hasil tangkapan dibagi kepada tenaga kerja sebagai upah kerja (bagi hasil), sehingga jumlah bahan baku yang diolah adalah 495 ekor dengan rincian 189 ekor ikan pari dan 306 ekor ikan lemuru. 3. Rata-rata biaya pengolahan ikan asap Rp. 1.834.700,- per bulan dengan harga jual nelayan berdasarkan data dan asumsi-asumsi tersebut terlihat pada tabel 2, 3 dan 4. Data variabel penerimaan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai penerimaan dari ikan lemuru lebih tinggi dibandingkan dengan ikan pari. Hal ini disebabkan karena selain kuantitas yang lebih banyak, juga karena harga jual yang lebih tinggi. Hasil wawancara terhadap nelayan responden, pedagang perantara, dan beberapa konsumen menyatakan bahwa rasa dan aroma ikan lemuru asap relatif lebih baik dibandingkan dengan ikan pari. Oleh faktor inilah yang menyebabkan tingginya harga jual ikan lemuru asap. rata-rata untuk ikan pari Rp. 4.500,- per Hasil analisis pendapatan menunjukkan ekor dan ikan lemuru Rp. 6.000,- per ekor. bahwa rata-rata angka pendapatan yang 4. Asumsi-asumsi : diperoleh nelayan adalah Rp. 766.800 per bulan. a. Oleh karena proses pengolahan Dengan profil dan status usaha yang bersifat menggunakan tenaga kerja sendiri, rumah tangga, maka dapat dinterpretasi-kan maka upah diasumsikan Rp. bahwa usaha tersebut memberikan nilai tambah 15.000,- per pengasapan yang sangat besar bagi nelayan pengasap ikan. b. Oleh karena bahan baku diperoleh dari Namun demikian perlu dijelaskan bahwa hasil tangkapan dari nelayan sendiri, maka biaya bahan baku diasumsikan sama dengan harga pemasaran ikan jika pendapatan yang relatif tinggi ini terjadi karena pada saat tersebut hasil tangkapan nelayan relatif besar sebagai akibat musim timur. Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 46

Tabel 2. Rincian rata-rata biaya per bulan pada pengolahan ikan asap nelayan responden di Kecamatan Sinjai Timur, 2003 Jenis Biaya Jumlah (Rp.) A. Biaya investasi 1.250.000,- B. Biaya tetap : 1. Penyusutan (5 tahun) 20.900,- 2. Upah tenaga kerja : Frekuensi pengasapan 9 kali dalam 1 bulan @ Rp. 15.000,- 135.000,- 3. Pajak 5.000,- Jumlah biaya tetap 160.900,- C. Biaya variabel : 1. Bahan baku a. Ikan pari = 189 ekor @ Rp. 2.500,- = Rp. 472.500,- b. Ikan Lemuru = 306 ekor @ Rp. 4.000,- = Rp. 1.224.000,- 1.696.500,- 2. Kayu bakar 31.500,- 3. Minyak tanah 10.800,- 4. Dan lain-lain 20.000,- Jumlah biaya variabel 1.758.800,- Total Biaya 1.919.700,- Sumber : Data primer setelah diolah, 2003 Tabel 3. Rincian rata-rata biaya, penerimaan, dan pendapatan nelayan responden per ekor ikan asap di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, 2003 Biaya Jenis ikan Pari Lemuru Biaya tetap : Rp.. 851,- Rp. 526,- Biaya variabel : Bahan baku Rp. 2.500,- Rp. 4.000,- Kayu bakar Rp. 31.500,-/189 ekor = Rp. 167,- Rp. 31.500,-/306 ekor = Rp. 103,- Minyak tanah Rp. 10.800,-/189 ekor = Rp. 57,- Rp. 10.800,-/306 ekor = Rp. 35,- Dan lain-lain Rp. 20.000,-/189 ekor = Rp. 106,- Rp. 20.000,-/306 ekor = Rp. 65,- Total biaya Rp. 3.681,- Rp. 4.729,- Penerimaan Rp. 4.500,- Rp. 6.000,- Pendapatan Rp. 820,- Rp. 1.270,- Sumber : Data primer setelah diolah, 2003 Tabel 4. Jenis biaya, penerimaan, pendapatan dan R/C ratio usaha pengasapan ikan nelayan responden, 2003 Variabel Ekonomi Jumlah (Rp/bulan) Biaya tetap (FC) 160.900,- Biaya variabel (VC) 1.758.800,- Total biaya (TC = FC + VC) 1.919.700,- Total penerimaan (TR) a. Ikan pari asap = 189 ekor @ Rp. 4.500,- = Rp. 850.500,- b. Ikan lemuru asap = 306 ekor @ Rp. 6.000,- = Rp. 1.836.000,- Total 2.686.500,- Pendapatan ( π = TR TC ) 766.800,- R/C ratio ( R/C = TR : TC ) 1,53 Sumber : Data primer setelah diolah, 2003 Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 47

Periode musim timur pada sebagian besar wilayah di daerah penelitian terjadi pada bulan April sampai Oktober (6 bulan). Jika pendapatan tersebut dikonversi ke dalam periode tahunan dengan asumsi selama musim barat tidak melakukan pengasapan, maka pendapatan yang diperoleh nelayan sebesar Rp. 383.400,- per tahun. Mengacu pada perspektif keterkaitan antar subsistem pada sistem agribisnis, maka profil usaha pengasapan ikan yang dilakukan nelayan juga memberikan nilai tambah yang lain, yaitu dalam korelasi nilai hasil tangkapan. Jika hasil tangkapan yang dijadikan sebagai bahan baku pengasapan di jual langsung dalam keadaan segar tanpa diolah, maka sangat memungkinkan nilai harga yang diterima nelayan lebih rendah. Hal ini disebabkan karena dalam waktu yang relatif cepat ikan-ikan tersebut akan mengalami proses pembusukan yang dapat mengakibatkan turunnya ikan. harga Keterkaitan antar subsistem pengolahan dan subsistem pengadaan bahan baku dalam usaha pengasapan ikan sangat menentukan besarnya pendapatan yang diterima nelayan. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan konfigurasi biaya yang dikeluarkan nelayan dalam proses pengasapan ikan yaitu 96,5 % dari biaya operasional atau 88,4 % dari total biaya terproporsi untuk biaya pengadaan bahan baku. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas usaha apakah menguntung-kan nelayan atau tidak, maka analisis dilanjutkan dengan analisis R/C ratio. Hasil analisis R/C ratio pada Tabel 4 menunjukkan nilai sebesar 1,53. Mengacu pada Volume 2 Nomor 1 Januari-Juni 2011 nilai ratio tersebut dan berpedoman pada kriteria nilai R/C yang menguntungkan, maka usaha pengasapan ikan yang dilakukan nelayan memenuhi kriteria menguntungkan secara ekonomis karena nilai yang lebih dari 1. Interpretasi nilai R/C ratio 1,53 adalah bahwa setiap Rp. 1.000,- biaya yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.530,-. Berdasarkan pada perspektif pendapatan dan R/C ratio, maka dapat dinyatakan bahwa usaha pengasapan ikan yang dilakukan oleh nelayan responden memiliki prospek untuk dijadikan sebagai pilihan usaha, terutama dalam relevansinya dengan upaya peningkatan pendapatan nelayan khususnya nelayan tradisional di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. KESIMPULAN Semua saluran pemasaran berlangsung dalam kondisi yang efisien dan nilai keuntungan total yang diperoleh nelayan sebagai produsen mendapatkan proporsi yang lebih besar dibanding pedagang perantara. Usaha pengasapan ikan menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan nelayan. DAFTAR PUSTAKA Adjid, D. A. 1994. Sistem dan Strategi Pengembangan Agribisnis Perikanan. Badan Agribisnis Pertanian. Deptan, Jakarta. Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Anonim. 2002. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan Tahun 2001, Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar. Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 48

. 2002. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sinjai Tahun 2001. Sinjai. Hanafiah, A. M dan A. M. Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press, Jakarta. Hernanto, F. 1993. Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wibowo, S. 1995. Industri Pengasapan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Kartasapoetra, A. G. 1987. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. PT. Bina Aksara, Jakarta. Kotler, P. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Imple-mentasi dan Pengendalian. Edisi Ke-tujuh. Terjemahan oleh Adi Zakaria Afiff. 1995. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Nurkin, B. 1995. Studi Model Pengelolaan Hutan Bakau Rakyat di Pantai Sinjai Timur. Pusat Studi Lingkungan Universitas Hasanuddin. Makassar. Raju, V. T and M. V. Oppen, 1992. Marketing Eficiency for Selected Crops in Semi Arid Tropical India. ICRISAT, India. Rangkuti, 2002. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sapuan dan B, Djanuawardi. 1997. Pergeseran Sistem Pemasaran Pangan dan Peran Pemerintah. Agro-Ekonomika. Perhepi, Jakarta. Saragih, B. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. CV Nasional. Jakarta. Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta. Swastha, B. D. H. 1999. Saluran Pemasaran: Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Analisis Pemasaran dan Pendapatan Nelayan Pengasap Ikan (Heriansah) 49