BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

Studi Deskriptif Mengenai Children Well-Being pada Anak Jalanan yang Bersekolah Usia 12 Tahun di Rumah Perlindungan Anak (RPA) Yayasan Bahtera Bandung

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Jalanan di Rumah Sanggar Waringin Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. jalur pantura Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah km.

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

Study Deskriptif Children Well Being Anak Penderita Leukimia All di Rumah Cinta Bandung

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Siswa-Siswi Kelas 6 di SD Sains Al-Biruni Bandung

Studi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan asset yang kelak akan menjadi penerus keluarga, menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini laju informasi dan teknologi berjalan dengan sangat cepat. Begitu juga dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

PERLINDUNGAN HAK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. acuan dalam penelitian ini karena teori Subjective Well-being sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

PEMBINAAN ANAK JALANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) KAMPUNG ANAK NEGERI KOTA SURABAYA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

Studi Mengenai Domain-Domain Children Well Being pada Anak Panti Asuhan Usia 10 Tahun di Yayasan Al-Aisyiyah Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SEKOLAH RAMAH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. keluarga tapi juga bagi kehidupan secara lebih luas. Pada dasarnya, anakanak

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya masyarakat, tanggung jawab penjagaan, perawatan, dan pengasuhan anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjective well-being

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak. membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya memiliki banyak sekali potensi sumber daya manusia, hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang anak tidak lagi mempunyai orang tua, yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks. Keberadaan anjal diabaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa pada masa yang akan datang, diperlukan anak-anak yang

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

Mahasiswa Program S1 Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 53 TAHUN No. 53, 2017 TENTANG

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. semakin tahun semakin meningkat jumlahnya. terbaru belum dirilis Sanggar Alang-Alang, namun dikhawatirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebab kebanyakan mereka ditemukan di kota-kota besar. Mereka banyak

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu produktif di jalanan.

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang baru, Indonesia mengalami beberapa kenaikan harga seperti harga BBM yang naik dua kali berturut-turut hingga kenaikan Dollar yang mungkin tidak begitu dirasakan berat oleh masyarakat ekonomi menengah ke atas tetapi begitu dirasakan berat oleh masyarakat yang berekonomi menengah ke bawah. Beberapa keluarga yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarga, serta tidak mampu menyekolahkan anak mereka terpaksa mempekerjakan anak mereka di jalanan, bahkan membiarkan mereka hidup bebas di jalanan. Padahal anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dikasihi dengan kasih sayang dan harus dijaga. Masalah anak jalanan tidak dapat dilepaskan dari masih berlangsungnya kemiskinan di dalam masyarakat, semakin terbatasnya tempat bermain anak karena pembangunan yang semakin tidak mempertimbangkan kepentingan dan perlindungan anak, semakin meningkatnya gejolak ekonomi upah dan terbukanya peluang bagi anak untuk mencari uang dujalanan, dan keberadaan anak jalanan tersebut telah dirasakan oleh masyarakat sbagai bentuk gangguan. Permasalahan ini sangat memprihatinkan karena pemandangannya adalah anak yang masih sangat membutuhkan perlindungan guna tumbuh kembangnya secara wajar Soetarso,2004 (dalam, Huraerah 2007). Masa anak-anak merupakan masa dimana mereka bisa mendapatkan kasih sayang serta mendapatkan haknya sebagai anak. Ada beberapa hak anak yang

2 harus terpenuhi misalnya pelayanan kesehatan, mendapatkan kehidupan yang layak seperti makanan, air bersih, tempat hidup, pendidikan, bermain dan waktu luang, terlindung dari berbagai eksploitasi, terbebas dari penggunaan dan peredaran narkoba, mendapat perlindungan hukum, bebas berekspresi serta memperoleh informasi, dan mendapatkan bimbingan untuk memainkan peranan pada masyarakat sesuai tingkat usia dan kematangannnya Pengertian Konvensi hak Anak, 2003 : 17-27 (dalam Astried,2007). Anak jalanan seringkali mengalami permasalahan yang mengancam serta hak-hak sebagai anak yang tidak terpenuhi. Ancaman yang kerap kali dialami oleh anak jalanan antara lain, menjadi korban penyiksaan baik secara fisik maupun psikis, kecelakaan lalu lintas, eksploitasi ekonomi maupun seks, konflik serta ancaman dari anak jalanan yang lebih dewasa, terlibat pelanggaran hukum, serta Satpol PP yang menjadi ancaman, kerap kali membayangi pikiran anak jalanan. Sementara kesejahteraan dan perlindungan anak di Indonesia telah diatur, antara lain mulai dari Undang Undang Dasar 1945, dimana anak terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh Negara. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak telah mengatur tentang hak anak yaitu anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, dan tanggung jawab orangtua yaitu bahwa orangtua bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak. Sebagai salah satu Kota besar di Indonesia, Bandung tentu juga memiliki permasalahan sosial yaitu masalah anak jalanan. Anak jalanan sendiri menurut Kementrian Sosial (dalam Depsos,2001) mempunyai arti yaitu anak yang berusia

3 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat umum, melakukan kegiatan kegiatan seperti mengamen, mengasong dan berkeliaran dijalanan. Menurut Suyanto (dalam Desfia Mardayeti, 2013) anak jalanan seringkali menjadi korban pertama dan menderita serta terhambat proses tumbuh kembang mereka secara wajar karena ketidakmampuan orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak tersebut. Arief Suyandi 2011 (dalam Desfia,2013) menjelaskan faktor penyebab makin banyaknya anak-anak jalanan sangat kompleks. Kemiskinan hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor. Keberadaan anak-anak jalanan berawal dari desakan ekonomi keluarga, diusir dari rumah, tidak sengaja terpisah dari orang tua, ditelantarkan oleh orang tua, dididik keluarganya untuk bekerja di jalanan, broken home, dan korban Trafficking. Ada juga yang karena faktor kurangnya lapangan pekerjaan dan keterampilan yang dimiliki, sehingga memaksa mereka bekerja di jalanan untuk bisa bertahan hidup. Anak-anak jalanan di kawasan Simpang Dago, Simpang Merdeka, Simpang Braga, Simpang Laswi, Simpang Gatot Subroto, Stasiun Kiara Condong dan Simpang Tol Pasir Koja kondisinya sangat memprihatinkan, anak-anak yang seharusnya mengenyam bangku pendidikan akhirnya turun kejalan untuk mencari nafkah, karena orang tua yang tidak memiliki keahlian dan tidak memiliki akses pekerjaan yang pada akhirnya mereka menunggu anak-anaknya di jalan untuk membiayai kebutuhan hidup mereka. Penanganan-penanganan seperti razia dan bantuan langsung yang selama ini dilakukan oleh pemerintah kota Bandung saat ini belum terlihat hasilnya dalam

4 mengatasi masalah anak jalanan. Hal tersebut terlihat dari program yang tidak terlaksana dengan baik yang dapat dilihat dengan tidak berkurang bahkan makin parahnya jumlah angka kemiskinan dan anak jalanan. Kabid Perlindungan Sosial Dinsos Jabar, Muhamad Nizar (2014) mengatakan di Jawa Barat terdapat sekitar 10.000 anak jalanan yang tersebar di beberapa daerah seperti Bandung, Bogor, Cirebon, Bekasi dan daerah lain di Jawa Barat. Dari sekian Kota di Jawa Barat, jumlah anak jalanan yang ada di Kota Bandung menjadi yang tertinggi mencapai 2.500 orang atau 44% permasalahan anak jalanan ada di Ibu Kota Provinsi Jawa Barat tersebut. Penanganan anak jalanan saat ini banyak melalui Rumah Singgah. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan setelah meninjau berbagai rumah singgah penampung anak jalanan di daerah Bandung Utara, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam di KPM Dewi Sartika yang bertempat di daerah Sukaresmi RT 3 RW 5 Dago Bengkok, Bandung. Di KPM ini menampung kurang lebih 260 anak jalanan. Anak jalanan di KPM Dewi Sartika ini kebanyakan berumur 11 tahun hingga remaja. Keadaan bangunan KPM Dewi Sartika bila dibandingkan dengan yayasan rumah singgah lain yang mempunyai tempat yang luas untuk menampung anak jalanan. KPM Dewi sartika ini berukuran sangat kecil untuk menampung anak jalanan yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya. Luas bangunannnya kurang lebih hanya 9mx3m 2. Kelompok Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika organisasi yang menangani kasus anak jalanan yang berbasiskan pemberdayaan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial (pendidikan, ekonomi dan kesehatan). KPM Dewi Sartika ini dibantu oleh mahasiswa dan penggiat seni yang

5 sudah siap mengorgansir untuk melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga diharapkan dapat mengatasi persoalan -persoalan tersebut secara sistematis dan berkelanjutan. Berbeda dengan yayasan lainnya yang banyak diberi bantuan oleh Pemerintah, Dinas Sosial maupun Donatur ternama, KPM Dewi sartika ini jarang sekali mendapat bantuan berupa dana maupun sandang dan pangan. Dana yang mereka dapatkan untuk membiayai anak jalanan kebanyakan hasil dari usaha ketua dan pengurus KPM ini bersama anak jalanan sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan makanan dan menjaga kebersihan di KPM, ketua membuat peraturan di setiap pagi yaitu pada anak jalanan yang perempuan diwajibkan untuk bisa memasak untuk memenuhi kebutuhan makanan, sedangkan anak jalanan laki-laki diwajibkan untuk membersihkan seluruh ruangan yang ada di KPM. Berdasarkan hasil wawancara pada anak jalanan yang berada di KPM. Sebagian dari mereka tidak lagi bersekolah karena mereka mementingkan kebutuhan ekonomi mereka, namun masih ada juga beberapa dari mereka yang ingin bersekolah berdasarkan keinginan mereka sendiri. Selama berada di KPM mereka mempunyai hubungan yang baik dengan ketua, pengurus maupun temanteman sesama anak jalanan yang berada di KPM, walaupun terkada mereka ada perselisihan kecil anatara anak jalanan seperti berebut memperebutkan barang mereka. Dalam hal kebersihan anak jalanan selalu diperingatkan oleh pengurus KPM untuk membersihkan diri mereka, namun masih ada beberapa anak jalanan yang tidak menuruti aturan yang berada di KPM yang mengharuskan menjaga kebersihan dan kerapihan. Anak jalanan di KPM Dewi Sartika ketika sedang tidak bekerja, mereka mengisi waktu luang mereka dengan berlatih bermain musik, menari, dan ada yang berlatih membuat kerajinan tangan yang nantinya akan

6 menjadi penghasilan tambahan untuk kebutuhan mereka. Anak jalanan seringkali ingin membeli barang-barang yang mereka inginkan seperti handphone namun mereka lebih mementingkan uang yang mereka dapatkan untuk memenuhi kebutuan mereka sehari-hari seperti kebutuhan untuk makan. Perilaku anak jalanan di KPM Dewi Sartika yakni. Kebanyakan dari anak jalanan yang masih memiliki orang tua, namun mereka jarang sekali pulang ke rumah, mereka lebih sering pulang ke KPM Dewi Sartika atau berada di jalanan dalam waktu yang sangat lama dibandingkan pulang ke rumah mereka. Sebagian besar anak jalanan ketika ditanya apa Agama mereka, mereka kebanyakan hanya mengangguk dan tersenyum, mereka tidak mengetahui apa agama yang mereka anut. Mereka juga seringkali terlihat nyaman dengan kondisi tidur berdesakan di kamar KPM yang sempit. Kondisi anak jalanan bila dilihat sangat memprihatinkan, padahal seharusnya anak pada usia mereka dapat membentuk sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, belajar keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Belajar mengembangkan konsep baik dalam agama, ilmu pengetahuan maupun adat-istiadat (Havighrust, dalam Hurlock 1980). Namun mereka harus bekerja dijalanan, membagi waktu belajar dan bermain mereka dengan bekerja mencari nafkah dijalanan. Dengan kondisi KPM Dewi Sartika yang sangat sederhana dengan fasilitas dan dana yang terbatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai domain children well-being dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Children Well-Being Pada Anak Jalanan yang Berusia 12 tahun di KPM Dewi Sartika Bandung

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini terdapat satu variabel penelitian, children well-being. Children Well-being merupakan variabel yang diadaptasi dari teori Diener mengenai subjective well-being. Ryan dan Diener menyatakan bahwa Subjective Well-being merupakan payung istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat well-being yang dialami individu menurut evaluasi subyektif dari kehidupannya (Ryan & Diener, 2008). Subjective well-being merupakan istilah yang digunakan untuk orang dewasa, sehingga untuk digunakan pada anak-anak maka dinamakan dengan istilah childrens well-being. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan children well-being adalah bagaimana anak menggambarkan tingkat well-being berdasarkan 8 domain yang dimodifikasi oleh Ferran Cassas dari UNICEF, Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini terdapat satu variabel penelitian, children well-being,8 domain tersebut yaitu yaitu : 1. Home Satisfaction yang merupakan kepuasan anak terhadap rumah tempat tinggal, merasa aman ketika berada di rumah dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama anggota keluarga. 2. Satisfaction with Material Things yang merupakan kepuasan terhadap benda-benda yang dimiliki yaitu kepuasan anak terhadap seperti barang yang dimiliki, uang jajan dan kamar pribadi. 3. Satisfaction with interpersonal relationship yaitu kepuasan terhadap hubungan dengan teman dan orang lain, yaitu kepuasan anak terhadap

8 teman-temannya, orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitar rumah dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama-sama. 4. Satisfaction with the area living in yaitu kepuasan terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal yaitu anak merasa aman ketika berada di lingkungan tempat tinggalnya. 5. Satisfaction health yaitu kepuasan terhadap sekolah yaitu kepuasan terhadap guru, teman yang berada di sekolah dan anak memiliki hubungan yang baik dengan guru dan teman-temannya. 6. Satisfaction with time organization yaitu kepuasan terhadap pengelolaan waktu yaitu kepuasan anak menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan lain diluar jam sekolah. 7. School satisfaction yaitu kepuasan terhadap kesehatan yaitu kepuasan anak terhadap kondisi kesehatan dan keadaan tubuhnya. 8. Personal satisfaction yaitu kepuasan anak terhadap kebebasan yang dimilikinya serta persiapan dalam menghadapi masa depan. Masa akhir kanak-kanak sering disebut sebagai masa sekolah dasar. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual, yaitu sekitar tiga belas tahun bagi anak perempuan dan empat belas tahun bagi anak laki-laki, oleh orangtua disebut sebagai usia yang menyulitkan, tidak rapi atau usia bertengkar. Pada awal dan akhirnya, masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan anak jalanan adalah menurut Kementrian Sosial (dalam Depsos,2001) mempunyai arti yaitu anak yang berusia

9 5-18 tahun yang mengahabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran dijalanan maupun tempat-tempat umum melakukan kegiatan kegiatan seperti mengamen, mengasong dan berkeliaran dijalanan. Berdasarkan uraian di atas mengenai anak jalanan dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana Gambaran Children Well-Being Pada Anak Jalanan Berdasarkan Domain-domainnya? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Untuk mengetahui gambaran domain-domain Children Well-Being pada anak jalanan di KPM Dewi Sartika Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Memperoleh data empiris mengenai gambaran domain-domain Children Well-Being pada anak jalanan di KPM Dewi Sartika Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoristis Memberikan informasi dan pemahaman mengenai disiplin ilmu, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan, terutama yang berkaitan dengan Children Well-Being pada anak jalanan.

10 1.4.2 Kegunaan Praktis Dapat memberi informasi kepada pengurus KPM Dewi Sartika, mengenai domain-domain Children Well-Being pada anak jalanan untuk mengembangkan usaha pemberdayaan anak jalanan yang lebih efektif dan efisien.