BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium sebagai respon dari penurunan kadar progesteron. Dinding endometrium yang telah menebal dan kaya dengan pembuluh darah dan sel sekretorik setelah melewati fase proliferasi akan meluruh disebabkan korpus luteum mengalami degenerasi sebagai penghasil progesteron yang memegang peranan dalam memelihara ketebalan dinding endometrium. Bila konsepsi tidak ada maka korpus luteum segera berakhir dalam 14 hari setelah terbentuk. Hal ini akan terjadi secara fisiologis dalam siklusnya setiap bulan. 1,2 Beberapa wanita mengeluhkan nyeri ketika haid dengan intensitas yang berbeda-beda, yang disebut dismenore. Dalam bahasa awamnya dinamakan dengan senggugut. Dari keluhan nyeri yang ringan hingga nyeri hebat yang menggangu aktifitas normal. Nyeri haid adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir puntir) di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul bersamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid. 1,2,3,4 Dahulu nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengatasi keluhannya. Bahkan orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Akan tetapi saat ini dismenore sudah
dipahami merupakan kondisi medis yang nyata yang berkaitan dengan menstruasi dan kondisi patologis dalam ginekologi. 2,5 Dismenore merupakan keluhan yang paling sering disampaikan penderita kepada ahli ginekologi. Sebagian besar pernah memiliki riwayat nyeri haid dengan tingkatan nyeri yang berbeda- beda. Pemeriksaannya harus dilakukan secara sistematis, dengan mengkaji riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh merupakan cara diagnostik yang berhubungan dengan asal dismenore. 1,2,3 Dismenore dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan reproduksi, permasalahan psikis, dan penurunan produktifitas kerja penderita. Dampak yang ditimbulkan tergantung tingkatan dismenore yang dialaminya serta penyakit yang mendasari timbulnya dismenore tersebut. Akan tetapi secara umum dismenore adalah masalah kesehatan yang harus mendapat perhatian untuk menjaga kesehatan fertilitas dan reproduksi. 1,5 Namun sebagian besar wanita masih beranggapan nyeri haid sebagai hal yang biasa, mereka beranggapan 1-2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid bisa menjadi gejala suatu penyakit misalnya Endometriosis yang bisa mengakibatkan infertilitas. 4,5 Meskipun studi prevalensi tentang dismenore masih sedikit, namun setidaknya penelitian di beberapa negara maju dapat dijadikan sebagai data dalam pengkajian dismenore. Sebuah penelitian di Gateborg, Swedia tahun 2005, yang meneliti wanita berusia 19 tahun, dilaporkan 72 % mengalami dismenore, 15 % mengalami pembatasan aktifitas dan harus menggunakan analgesik (pereda nyeri), 8 % tidak bisa masuk sekolah/ bekerja, dan 38,2% harus mendapat pengobatan teratur. 1,4,7
Penelitian di Amerika Serikat terhadap wanita berusia 17-19 tahun pada tahun 2005 dilaporkan 13% mengalami nyeri haid berat dan 42% harus beristirahat karena tidak mampu beraktifitas normal. Dan 60% dari remaja di Amerika Serikat diperkirakan mengalami dismenore, sehingga 14% mereka tidak bisa masuk sekolah saat nyeri haid datang. Hal ini sejalan dengan survei di Turki pada tahun yang sama dilaporkan bahwa penderita dismenore terbanyak adalah remaja. Diperkirakan 25,6% dari remaja tidak masuk sekolah disebabkan dismenore. Dan kebanyakan remaja mengalami dismenore dalam 3 tahun pertama setelah menarche ( pertama kali haid). 1,7,8 Prevalensi dismenore di Indonesia belum diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan penderita- penderita yang melakukan kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan masih belum semuanya dapat terdata dengan baik. Namun di poliklinik kebidanan dan kandungan RS Soetomo- Surabaya didapatkan prevalensi dismenore 1,07% hingga 1,31% dari jumlah pasien. Sedangkan di Pelayanan Kesehatan Remaja yang tercatat di Dinkes Jawa Timur tahun 2009 mencapai 38,25%. Artinya angka kunjungan penderita dismenore masih sangat rendah dibanding jumlah penderitanya. Rendahnya angka kunjungan ke pelayanan kesehatan bagi remaja penderita dismenore tersebut telah diteliti oleh Suwono (UNS) dengan kesimpulan bahwa dijumpai hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan motivasi untuk berobat. Akan tetapi sebagian mereka mencari pertolongan pengobatan masih disebabkan rasa nyeri yang sudah sangat mengganggu. Sedangkan untuk angka prevalensi dismenore di Medan belum dapat dipastikan karena belum ada data hasil penelitian yang didapatkan. Berdasarkan kunjungan dari sebagian besar pasien di poliklinik ginekologi RSHAM dan RS Pirngadi Medan yang mengeluhkan nyeri haid adalah remaja. Pada
umumnya menuturkan kedatangannya ke praktek dokter dan rumah sakit disebabkan dorongan atau kekhawatiran orang tua (ibu penderita) bagi yang masih remaja, dan dorongan pasangannya bagi mereka yang sudah menikah. Sebagian besar penderita awalnya menganggap hal yang biasa. Bahkan ada yang telah membiarkannya tanpa usaha mendapat pengobatan sebelum penderita akhirnya terdiagnosa dengan masalah ginekologik yang serius dan harus mendapat penanganan segera. Dari uraian kenyataan tersebut di atas, maka dirasa perlu untuk meneliti hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan. 1.2. Rumusan Masalah Angka kunjungan penderita dismenore remaja ke pusat pelayanan kesehatan masih rendah. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1. Mengidentifikasi pengetahuan responden (remaja putri) tentang dismenore di SMU Saffiyatul Amaliyah YPSA, Medan. 1.3.2.2. Mengidentifikasi motivasi responden untuk periksa ke pelayanan kesehatan
1.3.2.3. Menganalisa hubungan antara pengetahuan responden tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan. 1.4. Hipotesa Ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan di SMU YPSA- Medan. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti Dengan penelitian ini bisa menambah khasanah pengetahuan, wawasan dan pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek di lapangan nantinya. 1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan Memberi informasi dalam mengidentifikasi hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan. 1.5.3. Bagi Tempat Penelitian Memberikan gambaran tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan sehingga bisa mendorong penderita yang mengalami dismenore untuk memeriksakan diri sebagai upaya deteksi dini masalah ginekologi yang berhubungan dengan dismenore.