TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

Miftakhul Huda, S.H., M.H

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN TENTANG PEMBORONGAN PEKERJAAN (OUTSOURCING)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

SANKSI BAGI PERUSAHAAN YANG TIDAK MENDAFTARKAN PEKERJA ATAU BURUHNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL. Oleh:

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMPETENSI dan INDIKATOR

Hubungan Industrial. Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan

BENTUK-BENTUK PRAKTIK OUTSOURCING DALAM UNDANG- UNDANG KETENAGAKERJAAN

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

Lex Administratum, Vol. III/No. 6/Ags/2015

TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM KERJA UUTSOURCING DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

CLARA PETRA PRATHITA NPM

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

Perlindungan Hukum Pekerja Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No 27/PUU-IX/2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 226 /MEN/2003

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN JAMSOSTEK OLEH PENGAWAS KETENAGAKERJAAN. A. Gambaran Umum Seputar Pengawas Ketenagakerjaan

Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Bentuk Pencatatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) di Wilayah Provinsi DKI Jakarta

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA. jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Dengan adanya konsentrasi

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 47/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PSIKOLOGI CALON TENAGA KERJA INDONESIA

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

KEPMEN NO. 92 TH 2004

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan manusia lain. Dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

copyright by Elok Hikmawati 1

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

KEPMEN NO. 16 TH 2001

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu htm

RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.16/MEN/2001 TENTANG TATA CARA PENCATATAN SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Transkripsi:

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN Oleh: Ayu Puspasari, S.H., M.H Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Email: ABSTRAK Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain merupakan salah satu pengaturan yang terdapat di dalam UU No. 13 Tahun 2003. Di dalam undang-undang itu telah ditentukan syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan kepada perusahaan lain yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. Permasalahannya adalah: 1) Apa saja bentuk-bentuk penyerahan sebagian pelaksanaann pekerjaan kepada perusahaan lain; 2) Syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial (zoon politicion) akan selalu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kepentingan dalam hidupnya. Dalam hubungan seperti itu, maka di dalam kehidupan masyarakat terdapat hukum. Jadi, hukum terdapat di dalam masyarakat manusia. Dalam setiap masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada hukum (Ubi Societas Ibi pekerjaan kepada perusahaan lain. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa bentuk-bentuk penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan terdiri atas: perjanjian pemborongan kerja dan perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh. Untuk menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain harus dipenuhi syarat-syarat tertentu yang meliputi syarat pekerjaan, syarat perjanjian, dan syarat perusahaan penerima. Kata Kunci: Syarat-Syarat, Penyerahan, Pelaksaaan Pekerjaan, Perusahaan. Jus). 1 Hukum difungsikan sebagai alat pengatur masyarakat, sehingga selalu dalam keadaan tertib. Satu dari beberapa bidang hukum yang berlaku di kehidupan masyarakat Indonesia yaitu berhubungan dengan masalah ketengakerjaan, yang di dalamnya mengatur mengenai tenaga kerja dan pemberi kerja beserta hak dan kewajibannya masing-masing. Hukum ketegakerjaan merupakan pengganti dari istilah hukum 1 Sudikno Mertokusumo, 2008, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, yogyakarta: Liberty, hlm. 28.

perburuhan. 2 Hukum ketenagakerjaan yang saat ini berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003). Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat. Martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materiil maupun spiritual. 3 UU No. 13 Tahun 2003 telah merumuskan pengertian ketengakerjaan, yaitu segala hal yang berhubungan dengan tenga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 4 Dari pengertian ini dapat dipahami, yang diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 adalah segala hal yang berkaitan dengan pekerja/buruh, menyangkut hal-hal 2 Agusmidah, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Kajian Teori, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 4. 3 Penjelasan Umum atas UU No. 13 Tahun 2003. Bandingkan dengan Hardijan Rusli, 2011, Hukum Ketenagakerjaan BerdasarkN UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 1. 4 Pasal 1 angka 1 UU No. 13 Tahun 2003. sebelum masa kerja (pre-employment), antara lain: menyangkut pemagangan, kewajiban mengumumkan lowongan kerja, dan lain-lain. 5 Salah satu hal yang diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 mengenai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain (outsourcing). Pengaturan itu dicantumkan dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 UU No. 13 Tahun 2003. Pada tahun 2012, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain (Permenakertrans No. 19 Tahun 2012). Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 saat ini masih diprotes oleh kalangan pengusaha khususnya yang bergerak di sektor jasa outsourcing, sehingga pada tahun 2014 Menakertrans berencana membentuk Pokja Outsourcing guna menuntaskan persoalam yang terjadi 6. Dari kenyataan itu, maka penulis tertarik untuk membahas masalah pengaturan tentang penyerahan sebagian pelaksaan pekerjaan kepada perusahaan 5 Agusmidah, op.cit, hlm. 5. 6 http://www.hukumonline.com/berita/ba ca/lt54ace155d45b9/tujuh-masalahketenagakerjaan-di-2014-ini-layak-diwaspadai, diakses tanggal 25 November 2016.

lain yang saat ini dipermasalahkan oleh pihak yang berkepentingan. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini, yaitu: 1. Apa saja bentuk-bentuk penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain?. 2. Syarat-Syarat apakah yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain?. II. PEMBAHASAN A. Bentuk-Bentuk Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain Di dalam hukum positif tidak diberikan pengertian penyerahan sebagian pelaksaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Istilah penyerahan berasal dari kata serah yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti Pasrah. 7 Jadi, penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dapat diartikan sebagai tidak memasrahkan atau menyerahkan pekerjaan dari satu perusahaan kepada perusahaan lainnya. 7 Rziky Maulana dan Putri Amelia, t.t, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya: Lima Bintang, hlm. 376. Agusmidah menyatakan, bahwa penyerahan sebagian pelaksaan pekerjaan kepada perusahaan lain (outsourcing) dalam KUHPerdata diatur dalam Buku III Bab7a Pasal 1601b, yang berupa perjanjian pemborongan pekerjaan. Outsourcing ini telah dipraktikkan di perusahaan industri besar, seperti pertambangan dan juga perusahaan perkebunan sejak masa Hindi Belanda. Outsourching kemudian menjadi wacana yang hangat sejak UU No. 13 Tahun 2003, memuat tentang penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain sebagaimana dimuat dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66. 8 Pasal 64 UU No. 13 Tahun 2013 menentukan, bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. Ketentuan ini juga ditegaskan dalam Pasal 2 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 yang berbunyi Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dapat dilakukan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh. 8 Agusmidah, op.cit, hlm. 52.

Sesuai dengan Pasal 64 UU No. 13 Tahun 2013 Jo. Pasal 2 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012, maka terdapat 2 (dua) bentuk penyerahan sebagian pelaksaan pekerjaan kepada perusahaan lain, yaitu penyerahan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan dan perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh. 9 Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan yang memuat hak dan kewajiban para pihak. 10 Sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh adalah perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang memuat hak dan kewajiban para pihak. 11 Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan ke perusahaan lain disebut dengan outsourcing. Secara yuridis, terdapat 2 (dua) bentuk penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Untuk memperjelas kedua bentuk penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 9 Bandingkan dengan Agusmidah, ibid, hlm. 53. Lihat juga Adrian Sutedi, 2009, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 223. 10 Pasal 1 angka 4 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. 11 Pasal 1 angka 5 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012.

Tabel I Bentuk-Bentuk Penyerahan sebagaian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain No Bentuk Pengertian 1. Perjanjian Pemborongan Kerja perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan yang memuat hak dan kewajiban para pihak 2. Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan pekerja/buruh yang memuat hak dan kewajiban para pihak B. Syarat-Syarat yang Harus Dipenuhi Oleh Perusahaan yang Menyerahkan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain Di sub bahasan sebelumnya telah dijelaskan, bahwa terdapat 2 (dua) bentuk penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Dalam UU No. 13 Tahun 2003, kedua bentuk kegiatan dimaksud dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu. Syaratsyarat itu antara lain ditentukannya dengan wajib dilaksanakan melalui perjanjian yang dibuat secara tertulis. 12 Hal itu ditegaskan dalam Pasal 64 dan Pasal 65 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003, serta Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 17 ayat (1) Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. Syarat perjanjian yang dibuat secara tertulis berlaku bagi kedua bentuk penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Di samping itu, ada syarat lain yang harus dipenuhi dalam penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, yaitu syarat pekerjaan dan syarat perusahaan penerima. Khusus untuk perjanjian ada syarat mengenai isi atau muatan yang harus dipenuhi. Dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan meliputi: syarat pekerjaan, syarat perjanjian, dan syarat perusahaan penerima. 1. Perjanjian pemborongan pekerjaan 1) Syarat Pekerjaan Menurut Pasal 65 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003, pekerjaan yang dapat diserahkan kepara perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 12 Adrian Sutedi, loc.cit.

a) Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b) Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja; c) Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d) Tidak menghambat proses produksi secara langsung. Ketentuan mengenai syarat pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan juga ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (2) Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. Ketentuan ini menentukan, bahwa Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan; b) Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan; c) Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan kegiatan utama sesuai dengan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan oleh asosiasi sektor usaha yang dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan; dan d) Tidak menghambat proses produksi secara langsung, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

2) Syarat Perjanjian Pasal 9 ayat (2) Permenakertrans menentukan, bahwa perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya harus memuat: a) Hak dan kewajiban masing-masing pihak; b) Menjamin terpenuhinya perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh sesuai peraturan perundangundangan; dan c) Memiliki tenaga kerja yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Perjanjian pemborongan pekerjaan telah dibuat secara tertulis harus didaftarkan oleh perusahaan penerima pemborongan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan. Pendaftaran perjanjian pemborongan pekerjaan dilakukan setelah perjanjian tersebut ditandatangani oleh perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan, paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan. 13 Dalam hal perjanjian pemborongan pekerjaan telah memenuhi ketentuan tersebut, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak berkas permohonan perjanjian diterima. 14 pendaftaran 3) Syarat Perusahaan Penerima Pasal 65 ayat (3) UU No. 13 Tahun 2013 menyatakan, bahwa perusahaan lain sebagai penerima pelaksaan pekerjaan harus berbentuk badan hukum. Jadi, salah satu syarat myang harus dipenuhi oleh perusahaan penerima pemborongan adalah harus berbadan hukum. Selain itu, ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh perusahaan penerima pemborongan, yaitu memiliki tanda daftar perusahaan, memiliki izin usaha, dan memiliki 13 Pasal 10 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. 14 Pasal 11 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012.

bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan. Hal itu dicantumkan dengan tegas dalam Pasal 12 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. 2. Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh 1) Syarat Pekerjaan Pasal 66 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 juncto Pasal 17 ayat (2) Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 menyatakan, bahwa pekerjaan yang dapat diserahkan kepada pekerja/buruh harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Penyediaan jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut: 15 a) Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pekerja/buruh; b) Perjanjian yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf (a) adalah perjanjian kerja untuk waktu tertntu yang memenuhi persyaratan sebagiamana dimaksud dalam Pasal 59 16 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c) Perlindungan upah dan kesejahteraan, syaratsyarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab pekerja/buruh; dan d) Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dann perusahaan lain yang bertindak sebagai pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini (UU No. 13 Tahun 2003). 2003. 15 Pasal 66 ayat (2) UU No. 13 Tahun Tahun 2003. 16 Lihat rumusan Pasal 59 UU No. 13

Kemudian kegiatan jasa penunjang sebagai salah satu jenis pekerjaan yang dapat diserahkan kepada pekerja/buruh meliputi: 17 a) Usaha pelayanan kebersihan (cleaning service); b) Usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering); c) Usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan); d) Usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan e) Usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh. 2) Syarat Perjanjian Menurut Pasal 19 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012, perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh sekurangkurangnya memuat: a) Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari pekerja/buruh; 17 Pasal 17 ayat (3) Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. b) Penegasan bahwa pekerja/buruh bersedia menerima pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelumnya untuk jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian pekerja/buruh; dan c) Hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu. Pasal 20 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 menyatakan, bawha perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan pekerja/buruh harus didaftarkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan

dilaksanakan. Pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh dimaksud dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak ditandatangani dengan melampirkan: a) izin operasional pekerja/buruh yang masih berlaku; dan b) draft perjanjian kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya. Pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh tersebut tidak dikenakan biaya. Dalam hal perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh telah memenuhi ketentuan, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak berkas permohonan pendaftaran perjanjian diterima. Jika perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh tidak sesuai dengan ketentuan, maka pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota dapat menolak permohonan pendaftaran dengan memberi alasan penolakan. 18 Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya operasional sebelum mendapatkan bukti pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh dari instansi yang bertanggung ketenagakerjaan jawab di bidang kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan. 19 Jika perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh tidak didaftarkan dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tetap melaksanakan pekerjaan, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi mencabut izin operasional berdasarkan rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. Dalam hal izin operasional pekerja/buruh pemenuhan dicabut, hak-hak pekerja/buruh tetap menjadi 18 Pasal 21 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012. 19 Pasal 22 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012.

tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang bersangkutan. 20 3) Syarat Perusahaan Penerima Pasal 66 ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 menentukan, bahwa penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan. Sehubungan dengan syarat-syarat harus dipenuhi oleh perusahaan Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh juga ditentukan dalam Pasal 24 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 yang meliputi: a) Berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan; b) Memiliki tanda daftar perusahaan c) Memiliki izin usaha; d) Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan; e) Memiliki izin operasional; f) Mempunyai kantor dan alamat tetap; dan g) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan. Dari uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yang meliputi: syarat pekerjaan, syarat perjanjian, dan syarat perusahaan penerima. Untuk memperjelas syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tahun 2012. 20 Pasal 23 Permenakertrans No. 19

Tabel II Syarat-Syarat Penyerahan Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain No Syarat Perjanjian Pemborongan Kerja 1 Pekerjaan a) Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b) Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja; c) Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d) Tidak menghambat proses produksi secara langsung. 2 Perjanjian Tertulis yang memuat: a) Hak dan kewajiban masingmasing pihak; b) Menjamin terpenuhinya perlindungan kerja dan Bentuk Penyerahan Pelaksaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh sesuai peraturan perundangundangan; dan c) Memiliki tenaga kerja yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Perjanjian Penyedian Jasa Pekerja/Buruh a) Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; b) Perjanjian yang berlaku dalam hubungan kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu tertntu yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c) Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan d) Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dann perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal dalam UU No. 13 Tahun 2003. Tertulis yang memuat: a) Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari pekerja/buruh; b) Penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh bersedia menerima pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelumnya untuk jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan c) Hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya berdasarkan perjanjian kerja waktu Ket. Syarat Pekerjaan perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh berlaku untuk kegiatan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

3 Perusahaan Penerima a) Berbentuk badan hukum; b) Memiliki tanda daftar perusahaan; c) memiliki izin usaha; dan d) memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan. tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu. a) Berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT); b) Memiliki tanda daftar perusahaan c) Memiliki izin usaha; d) Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan; e) Memiliki izin operasional; f) Mempunyai kantor dan alamat tetap; dan g) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan. III. PENUTUP Berdasarkan pada pembahasan yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan ke perusahaan lain terdiri atas 2 (dua) bentuk, yaitu perjanjian pemborongan kerja dan perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh. Untuk menyerahkan sebagian pelaksaan pekerjaan ke perusahaan lain ada syaratsyarat tertentu yang harus dipenuhi yang meliputi: syarat pekerjaan, syarat perjanjian, dan syarat perusahaan. Ketiga syarat itu harus dipenuhi oleh perusahaan ketika akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan ke perusahaan lain. Tidak dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan itu menyebabkan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain menjadi batal demi hukum. DAFTAR PUSTAKA Agusmidah. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Kajian Teori. Jakarta: Ghalia Indonesia. Http://www.hukumonline.com/berita/bac a/lt54ace155d45b9/tujuh- masalah-ketenagakerjaan-di- 2014-ini-layak-diwaspadai, diakses tanggal 25 November 2016. Maulana, Rizky dan Putri Amelia. T.t. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Lima Bintang. Mertokusumo, Sudikno. 2008. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Rusli, Hardijan. 2011. Hukum Ketenagakerjaan BerdasarkN UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sutedi, Adrian. 2009. Hukum Perburuhan. Jakarta: Sinar Grafika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.