BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh wajib pajak baik orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (www.pajak.go.id; 2012). Penerimaan perpajakan merupakan penerimaan pendapatan terpenting di Indonesia, karena penerimaan perpajakan berkontribusi lebih dari 80% dari total pendapatan Negara. Berikut data kontribusi penerimaan pajak terhadap pendapatan dan hibah Negara Indonesia. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak terhadap Total Pendapatan Negara Indonesia (dalam triliun rupiah) Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Realisasi Pendapatan Negara Indonesia Rasio Penerimaan Pajak terhadap Pendapatan Negara 2013 1.077 1.080 99,7% 2014 1.146 1.150 99,6% 2015 1.240 1.250 99,1% Sumber: kementerian Keuangan (kemenkeu.go.id) data diolah kembali Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pajak merupakan penyumbang terbesar atas pendapatan Negara Indonesia dari tahun ke tahun. Namun, pencapaian penerimaan pajak di Indonesia dari tahun ke tahun masih dibawah 1
2 target yang ditetapkan dalam APBN-P, hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari kurangnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya, masih rendahnya pemahaman wajib pajak akan cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak, hingga keadaan perekonomian yang dinamis. Berikut ini disajikan target dan pencapaian realisasi penerimaan pajak neto, dari periode tahun 2013 sampai dengan 2015. Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Neto (dalam ribuan rupiah) Tahun Target Penerimaan Pajak Realisasi Penerimaan Pajak Persentase 2013 1.148.364.681.288 1.077.309.220.752 93,81% 2014 1.246.106.955.602 1.146.863.551.832 92,04% 2015 1.489.255.488.129 1.240.372.331.294 83,29% Sumber: kementerian Keuangan (kemenkeu.go.id) data diolah kembali Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pencapaian penerimaan pajak neto dari tahun 2013 hingga tahun 2015 mengalami penurunan terus-menerus, tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2,67% dari tahun 2012, tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 1,77%, dan tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 8,75%. Untuk mengamankan agar target dari penerimaan pajak tercapai pada tahun 2013 Direktorat Jenderal Pajak telah menyusun langkah-langkah untuk mengoptimalisasikan penerimaan pajak yang dijabarkan dalam bentuk program
3 kerja strategis. Salah satu bentuk program kerja strategis yaitu dengan melakukan perluasan Basis Pajak, termasuk kepada sektor sektor yang selama ini tidak terlalu banyak digali potensinya. Sektor-sektor yang akan digali potensinya karena belum terserap secara maksimal diantaranya sektor perdagangan (Usaha Kecil dan Menengah) yang memiliki tempat usaha di pusat-pusat perbelanjaan dan sektor property (Budi, 2013). Potensi pajak penghasilan dari UMKM cukup besar, mengingat kontribusi UMKM dalam PDB Indonesia yang cukup besar. Kontribusi UMKM dalam PDB rata-rata 54,9% dalam periode tahun 2011 sampai dengan 2014. Namun, menurut direktur Penyuluhan dan Humas Direktorat Jenderal Pajak Kismantoro Petrus, selama ini penerimaan pajak dari yang sudah diterima masih banyak didominasi oleh perusahaan besar dan menengah. Dari data yang ada sekitar 55% penerimaan pajak tahun lalu dari perusahaan besar, kemudian 45% berasal dari perusahaan menengah dan sementara UKM di bawah 2% padahal sektor UKM ini tumbuh sangat pesat di Indonesia (Agus, 2014). Omset dan laba dari UMKM memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan perusahaan besar, namun keberadaan usaha ini hampir dapat dijumpai di sepanjang jalan dan nyatanya mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi ( Hakim dan Nangoi, 2015). Kepala Seksi Hubungan Eksternal Dirjen Pajak Chandra Budi mengatakan, penerimaan PPh dari sektor UMKM ini terbilang masih minim disebabkan karena rendahnya tingkat kepatuhan, kurangnya pemahaman wajib pajak UMKM dalam melakukan perhitungan, penyetoran, serta pelaporan pajak,
4 kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh Dirjen Pajak. Selain itu, infrastruktur untuk memungut pajak dari pengusaha UMKM ini juga masih belum sempurna. Meski beromzet tinggi, potensi perpajakan pada sektor UMKM selama ini tidak tergali dengan maksimal (Zatnika, 2014). Undang undang yang mengatur tentang pajak penghasilan yaitu UU No.7 Tahun 1983, dan telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008. Untuk wajib pajak orang pribadi yang menerima pendapatan dari usaha dikenakan tarif sesuai dengan pasal 17 ayat (1) huruf a, sedangkan untuk badan dikenakan tarif sesuai dengan Pasal 17 ayat (1) huruf b. Namun, untuk memberikan kemudahan kepada wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yaitu tidak lebih dari Rp4.800.000.000.-, yang ditujukan kepada wajib pajak orang pribadi atau badan, tidak termasuk BUT, penghasilan dari jasa sehubungan pekerjaan bebas, wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan tempat kepentingan umum untuk usaha, serta wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial atau dalam jangka 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto lebih dari Rp4.800.000.000.-, pemerintah menerbitkan Peraturan Tentang Pajak Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu pada tanggal 12 Juni 2013 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, dan mulai direalisasikan tanggal 1 Juli 2013. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tarif pajak bersifat final dan besarnya tarif pajak penghasilan yaitu 1%. Untuk menghitung pajak
5 penghasilan terutang dapat dihitung berdasarkan tarif pajak penghasilan dikalikan dengan dasar pengenaan pajak yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulannya. Tujuan pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajaknya, sehingga dapat menimbulkan kepatuhan pajak secara sukarela (voluntary tax compliance) serta untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dan dengan penerapan peraturan ini diharapkan dapat membantu fiskus dalam mencapai target penerimaan pajak. Namun, setelah 2 (dua) tahun penerapan peraturan ini, target penerimaan pajak yang telah ditetapkan oleh masing-masing KPP Pratama Bandung tetap belum tercapai, berikut disajikan target dan realisasi penerimaan pajak periode tahun 2013 sampai dengan 2015 pada KPP Pratama Kota Bandung yaitu, KPP Pratama Bandung Karees. Tabel 1.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak (dalam ribuan rupiah) Tahun Nama Penerimaan Pajak Target Penerimaan Pajak Rasio 2013 KPP Pratama Bandung Karees 731,773,583,271 813,081,759,190 90% 2014 KPP Pratama Bandung Karees 847,432,626,169 920,127,926,708 92%
6 Tabel 1.3 (Lanjutan) 2015 KPP Pratama Bandung Karees 1,049,736,047,437 1,289,064,863,042 81% Sumber: KPP Pratama Bandung Karees (data diolah kembali) Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa penerimaan pajak dari tahun 2014 hingga tahun 2015 tidak mencapai target, bahkan pencapaian target tahun 2015 hanya mencapai 81%, padahal dari awal Juli 2013 Peraturan Pemerintah Nomor 46 sudah diterapkan di KPP Pratama Bandung Karees. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Corry (2014) mengatakan bahwa jumlah wajib pajak Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 di wilayah kerja KPP Pratama Malang Selatan setiap bulannya terus mengalami peningkatan, kenaikan jumlah wajib pajak tersebut diikuti juga dengan meningkatknya jumlah penerimaan pajak, hal ini menunjukan bahwa dengan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menjadikan wajib pajak UMKM menjadi wajib pajak efektif, yang memenuhi kewajibannya dalam hal membayar dan melaporkan utang pajaknya. Dengan terus meningkatnya jumlah wajib pajak Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, maka kontribusi penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 akan memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan pajak. Oleh karena itu, partisipasi para wajib pajak UMKM untuk ikut andil dalam menanggung beban penerimaan pajak sangat diharapkan oleh pemerintah. Apalagi pertumbuhan UMKM di Indonesia yang cukup pesat. Berdasarkan hasil penelitian Adhayani (2015) yang menyatakan bahwa:
7 Efektivitas penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tergolong tidak efektif. Hasil perhitungan dengan menggunakan rasio perbandingan antara realisasi penerimaan PP 46 dengan realisasi penerimaan pajak menunjukkan bahwa penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 memberikan kontribusi dengan kriteria sangat kurang terhadap penerimaan pajak. Dan hasil pengujian hipotesis secara parsial maupun simultan membuktikan bahwa efektivitas dan kontribusi penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak. Dalam penelitian Adhayani (2015), menggunakan 3 (tiga) variabel penelitian yaitu efektifitas dan kontribusi penerapan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 sebagai variabel independen dan penerimaan pajak sebagai variabel dependen dan populasi yang digunakan dari periode Juli 2012 hingga Juni 2014. Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel penelitian yaitu kontribusi penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 sebagai variabel independen dan Penerimaan Pajak Penghasilan Final sebagai variabel dependen dan populasi yang digunakan dari periode Juli 2013 hingga Juni 2016. Hal inilah yang membedakan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya. Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan pengembangan penelitian terdahulu mengenai penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dengan judul PENGARUH KONTRIBUSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK (Studi Survei Pada KPP Pratama Bandung Karees) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang dapat diidentifikasikan dalam peneliti ini yaitu bagaimana pengaruh
8 kontribusi penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Bandung Karees. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kontribusi penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Bandung Karees. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi peneliti Penelitian ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu dan penelitian ini berguna untuk menambah wawasan peneliti mengenai pajak serta Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau evaluasi bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk menilai pengaruh kontribusi penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan pajak.
9 3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literature untuk menambah wawasan terhadap penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini adalah KPP Pratama Bandung Karees yang berlokasi di Jalan Kiara Condong Nomor 372. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan Oktober 2016.