BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai aspek penyelenggaraan. Pusat dan Daerah (PP/SAP Nomor 24 Tahun 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 35

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

GUBERNUR BALI. PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok. pemerintahan daerah, diubah menjadi Undang-Undang (UU) No.

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 5.A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait termasuk masyarakat yang ikut andil dalam pemeliharaan dan

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyusunan laporan keuangan menyediakan informasi yang relevan mengenai

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 835 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANGG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,


BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2017

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

B U P A T I K U N I N G A N

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

WALIKOTA BANJARMASIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BAB I PENDAHULUAN. negara/daerah dimulai dengan diterbitkannya 2 (dua) undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam. menyelenggarakan pemerintahan.

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Sesuai dengan Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 7, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dapat diterangkan sebagai berikut:

GUBERNUR SULAWESI BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. pemerintah pusat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada era globalisasi seperti ini kemajuan ilmu pengetahuan ekonomi sangat kompleks, hal tersebut seiring dengan berkembangnya teknologi informasi sehingga akan membuka wawasan mengenai paradigma kehidupan di masa yang akan datang terutama di bidang ekonomi akuntansi. Begitu banyak ilmu pengetahuan yang berkembang melebihi yang dibayangkan. Sumbangan besarpun diberikan ilmu pengetahuan bagi perkembangan ekonomi dewasa ini tak terkecuali Indonesia (Yadi Ramadhan, 2011). Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang memberikan sebuah sistem dan informasi pelaporan yang baik, benar, dan memadai bagi perusahaan ataupun instansi. Dewasa ini perkembangan dunia begitu cepat baik itu aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Oleh karena itu Pemerintah beserta elemen-elemen dibawahanya termasuk masyarakat ikut andil dalam pemeliharaan dan perkembangan di bumi pertiwi ini. Penyelenggaraan Pemerintah di ajukan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan hak dan kewajiban warga Negara dalam suatu sistem pengelolaan Negara, termasuk di dalamnya mengenai pengelolaan keuangan Negara (Amelia Haloho, 2012). Pengelolaan keuangan Negara perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, baik keuangan pusat maupun keuangan daerah. Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945, keuangan daerah yang di dalamnya termasuk keuangan daerah merupakan hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat di nilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pemerintah Indonesia telah menggulirkan Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sejak tahun 1999. Dalam rangka otonomi ini telah dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai 1

2 aspek penyelenggaraan pemerintahan, antara lain Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PP/SAP Nomor 24 Tahun 2005). Dalam rangka mentindaklanjuti peraturan perundang-undangan tersebut Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 32 ayat (2) yang menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). (PP/SAP Nomor 24 Tahun 2005). Standar Akuntansi Pemerintahan yang dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD berupa laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Peraturan Pemerintah ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan. (PP/SAP Nomor 24 Tahun 2005). Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan berbasis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan. (PP/SAP Nomor 3). Informasi arus kas ini berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang. Serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas

3 yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih atau ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah termasuk likuiditas dan solvabilitas. (PP/SAP Nomor 3). Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan perubahannya, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 125 ayat (1) menjelaskan bahwa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berdasarkan rancangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) menyusun anggaran kas SKPD. Pasal 126 ayat (1) menjelaskan mengenai Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD) selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk menandai pengeluaran-pengeluaran yang sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Dalam Pasal 126 ayat (2) menjelaskan mengenai anggaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan pengeluaran kas yang digunakan untuk menandai pelaksanaan kegiatan setiap periode. Dalam Pasal 126 ayat (3) menjelaskan mengenai mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerintah daerah ditetapkan dalam peraturan kepala daerah. Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu entitas pelaporan yang wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sebagai entitas pelaporan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki entitas akuntansi, salah satunya Sekretariat Daerah (SETDA) memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan. Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah harus sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi, Laporan keuangan Pemerintah daerah harus memberikan informasi keuangan secara terbuka, jujur, dan menyeluruh agar terhindar dari kebiasaan karena kesalahan atas pengelolaan keuangan daerah, baik

4 itu berupa kesalahan dalam pencatatan maupun penyelewengan dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah. Permasalahan yang sering terjadi saat pencatatan arus kas pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu bahwa sering kali para pegawai mengeluh karena datadata laporan keuangan untuk arus kas sering terlambat karena data-data atau bukti-bukti transaksi masih ada di bagian Kuasa Daerah karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang disiplin pada saat penyerahan bukti transaksi tersebut seperti Surat Perintah Membayar (SPM), hal tersebut dikarenakan lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan prosedur, sehingga proses penyusunan laporan keuangan arus kas terhambat dikarenakan oleh data-data yang diterima belum lengkap, hal tersebut menyebabkan terlambatnya proses penyusunan laporan keuangan arus kas yang akan dilaporkan terkadang terlambat pada waktu akhir penyerahan yang ditentukan, karena keterlambatan data pelaporan pada saat penerimaan ke Bagian Akuntansi Pelaporan Biro Keuangan. Berdasarkan uraian diatas tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan peninjauan lebih jauh tentang aktivitas ekonomi. Khususnya pelaksanaan penyusunan dan pencatatan laporan keuangan arus kas dalam sebuah laporan Tugas Akhir yang berjudul TINJAUAN ATAS PENYUSUNAN DAN PENCATATAN LAPORAN ARUS KAS PADA SEKRETARIAT DAERAH (SETDA) PROVINSI JAWA BARAT. Laporan ini menyajikan hasil pengematan dan pengalaman yang didapat selama melakukan penelitian dibagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. 1.2 Identifikasi Masalah Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam laporan tugas akhir ini adalah mengenai prosedur dan pelaksanaan penyusunan laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Arus Kas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah.

5 2. Bagaimana Prosedur Pencatatan Laporan Keuangan Arus Kas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah. 3. Bagaimana Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah. 1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Tugas Akhir Berdasarkan judul yang diambil penulis, maka tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sesuai dengan yang dijelaskan dalam identifikasi masalah yaitu : 1. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan penyusunan laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah 2. Untuk mengetahui prosedur pencatatan laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah. 3. Untuk mengetahui prosedur penerimaan dan pengeluaran laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah. 1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir Data dan informasi yang telah diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Penulis Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan nyata mengenai aplikasi teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan yang ada pada Sekretariat Daerah dan sebagai media untuk menambah wawasan dan menguji kemampuan mahasiswa berkaitan dengan laporan keuangan khususnya laporan arus kas Sekretariat Daerah. 2. Sekretariat Daerah Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi tambahan bagi Sekretariat Daerah khususnya pada bagian Akuntansi dan Pelaporan agar lebih efektif dalam tugasnya mengenai laporan keuangan arus kas Sekretariat Daerah

6 3. Lembaga Pendidikan Dapat dijadikan sarana evaluasi sampai sejauh mana sistem dan kurikulum pendidikan yang dijalankan secara praktis dalam Sekretariat Daerah/Pemerintahan serta sebagai media untuk menjalin hubungan kerja dengan Sekretariat Daerah/Pemerintahan yang dijadikan sebagai tempat PKL atau Magang. 4. Pihak lain Dapat dimanfaatkan sebagai informasi juga sebagai bahan referensi untuk melakukan kerja praktik terhadap topik-topik yang berhubungan dengan masalah laporan keuangan khusunya laporan keuangan arus kas 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang berada di JLN.DIPONEGORO SEKRETARIAT DAERAH (SETDA) No. 22 BANDUNG. Dan waktu penelitian terhitung selama satu bulan dimulai dari tanggal 02 Maret 02 April 2016.