BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dimana bisnis tidak lagi mengenal batas. negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (manajemen) dengan pihak eksternal seperti kreditor, investor, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis dituntut untuk lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi auditor merupakan suatu profesi yang memiliki pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

Kebutuhan akan audit independen muncul ketika hadirnya pasar modal, dimana. perusahaan dapat meningkatkan investasi modal yang dibutuhkan untuk

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pihak yang berkepentingan seperti investor, karyawan, kreditur, pemerintah serta

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan hukum dan perundang-undangan. peluang, dan rasionalisasi yang disebut sebagai fraud triangle.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era teknologi maju dan globalisasi, semua organisasi, apapun

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Audit atas laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan auditing bisa dipahami melalui kebutuhan akuntabilitas ketika pemilik bisnis mempekerjakan manajer untuk mengelola bisnis mereka seperti dalam perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam hubungan prinsipal-agen. Karena tujuan manajer dan pemilik bisa jadi tidak sejalan, maka akan muncul konflik kepentingan (conflict of interest) antara dua pihak tersebut. Jika kedua belah pihak memaksimalkan kepentingan pribadi mereka, maka manajer tidak selalu bertindak dalam kepentingan terbaik pemilik. Pada titik ini permintaan untuk auditing akan muncul (Messier dkk., 2014 : 6-7). Auditing diminta karena auditing memainkan peran penting dalam memonitor hubungan kontrak antara entitas dan pemegang saham, manajer, pekerja, dan pemberi utang. Peran auditor adalah untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disiapkan oleh manajer memenuhi ketentuan kontrak. Verifikasi auditor terhadap informasi keuangan akan menambah kredibilitas laporan dan mengurangi adanya risiko informasi atau risiko bahwa informasi yang dihasilkan oleh perusahaan akan salah atau menyesatkan (Messier dkk., 2014 : 7-8). Kompentensi orang yang melaksanakan audit akan tidak ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti (Arens dkk., 2015 : 3). Jika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi yang dinyatakan dalam Kode Perilaku Profesional, maka penolakan memberikan pendapat harus 1

BAB I Pendahuluan 2 dilakukan walaupun semua prosedur audit yang dianggap perlu dalam situasi tersebut telah dilaksanakan. Tidak adanya independensi akan mengesampingkan semua pembatasan ruang lingkup audit lainnya (Arens dkk., 2015 : 75). Tanggung jawab auditor untuk memberikan keyakinan yang memadai sehubungan dengan kesalahaan, kecurangan, dan tindakan ilegal dengan jelas membentuk ruang lingkup pekerjaan auditor yang dia lakukan (Messier dkk., 2014 : 44). Standar audit tidak membedakan antara tanggung jawab auditor untuk mencari kekeliruan dan kecurangan. Auditor menemukan berbagai kesalahan atau kekeliruan yang berasal dari hal-hal seperti kesalahan kalkulasi, penghilangan, kesalahpahaman dan misaplikasi standar akuntansi, serta pengikhitisaran dan deskripsi yang tidak benar. Standar juga mengakui bahwa kecurangan sering kali lebih sulit dideteksi karena manajemen atau karyawan yang melakukan kecurangan akan berusaha menyembunyikan kecurangan itu. Namun, kesulitan mendeteksi kecurangan ini tidak mengubah tanggung jawab auditor untuk merencanakan dan melaksanakan audit secara layak guna mendeteksi salah saji yang meterial, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau pun kecurangan (Arens dkk., 2015 : 173). Sebagai kesimpulan, auditor independen bertangung jawab untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Pada prinsipnya, salah saji akan dipandang material jika salah saji tersebut (baik secara individual maupun kolektif) mempengaruhi keputusan ekonomi para pengguna laporan keuangan. Karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh kepastian yang layak, tetapi tidak absolut, bahwa salah saji yang material dapat dideteksi (Hery, 2017 : 61).

BAB I Pendahuluan 3 Dampak potensial akibat keterbatasan bawaan suatu audit menjadi signifikan, khususnya dalam kasus salah saji yang disebabkan oleh kecurangan. Risiko tidak terdeteksinya salah saji yang material yang disebabkan oleh kecurangan adalah lebih tinggi dibanding risiko tidak terdeteksinya salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan. Hal ini disebabkan bahwa kecurangan seringkali melibatkan suatu skema yang terorganisir secara rapih dan cermat, yang memang dengan sengaja dirancang untuk menutupi kecurangan yang terjadi. Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa bukti audit yang diperolehnya telah menyakinkan, walaupun pada kenyataannya bukti tersebut palsu (Hery, 2017 : 63-64). Kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan tergantung pada kemahiran pelaku, frekuensi dan luasnya manipulasi, tingkat kolusi, dan senioritas individu yang terlibat (Hery, 2017 : 64). Jika auditor menduga bahwa manajemen terlibat dalam kecurangan, maka auditor harus mengkomunikasikan dugaan tersebut kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan membahasnya dengan mereka tentang sifat, saat, dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan audit (Hery, 2017 : 222). Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam kontek audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja (Arens dkk., 2015 : 396). Auditor harus tetap skeptis ketika mempertimbangkan sejumlah informasi, termasuk mempertimbangkan faktor-faktor risiko kecurangan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan tersebut (Hery, 2017 : 204).

BAB I Pendahuluan 4 Ada dua jenis fraud yang utama, yaitu pelaporan keuangan yang menyesatkan (mengandung kecurangan) dan penyalahgunaan (perlakuan tidak semestinya) terhadap aset. Pelaporan keuangan yang menyesatkan merupakan kesalahan penyajian atau penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan secara sengaja dengan tujuan untuk menipu para pemakai laporan keuangan. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan seringkali melibatkan pengabaian pengendalian oleh manajemen (Hery, 2017 : 197). Sementara itu, penyalahgunaan (perilaku tidak semestinya) terhadap aset adalah kecurangan yang menyangkut pencurian terhadap aset entitas. Penyalahgunaan aset sering kali disertai dengan pemalsuan catatan atau dokumen untuk menyembunyikan fakta bahwa aset tersebut telah hilang (dicuri) atau telah dijaminkan untuk kepentingan pribadi (Hery, 2017 : 199). Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan. Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan (Arens dkk., 2015 : 402). Ini berarti, auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan mereka bersikap tidak jujur harus tetap dipertimbangkan. Demikian juga, auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen tidak diragukan lagi kejujurannya (Hery, 2017 : 63). Bagaimana mungkin para auditor yang tugasnya melakukan pemeriksaan dan mencegah penyimpangan keuangan ternyata justru menerima suap dan terlibat penyimpangan keuangan? Salah seorang mantan auditor senior di BPK mengungkapkan jawaban bernada sarkastik, bahwa itu terjadi karena di antara auditor atau pemeriksa keuangan terdapat dua kategori : auditor putih dan auditor

BAB I Pendahuluan 5 hitam. Auditor putih adalah mereka yang masih bekerja dengan nurani dan menjaga integritas dengan baik. Sedangkan auditor hitam adalah mereka yang menjadikan posisi pemeriksa sebagai komoditas dan mau menjualnya asalkan harganya cocok. Tapi tunggu dulu, apakah persoalan tentang jual-beli status LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) hanya bisa dijelaskan melalui sisi moralitas auditornya? Jangan-jangan fenomena auditor hitam adalah persoalan sistemik yang pemecahannya tidak sekadar sisi moralitas dan etika pejabatnya. Bisa jadi, ada banyak faktor yang membuat banyak auditor putih berubah menjadi auditor hitam dan faktor-faktor tersebut mungkin pengaruhnya sudah mengakar sekian lama dalam sistem akuntabilitas para auditor keuangan kita (Aditya, http://www.krjogja.com dengan keyword browser Auditor Hitam atau link lengkap http://www.krjogja.com /web /news /read /34456 /Auditor_Hitam diakses pada 4 Juni 2017). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk kembali melakukan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Mercellina Widiyastuti yang berjudul Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada fokus pendalaman materi dan objek penelitian studi kasus yang menjadi sumber data. Penelitian ini tidak mengikutsertakan tema kompetensi dan profesionalisme karena peneliti mengganggap kedua tema tersebut sudah selayaknya menjadi bagian dari audit yang dikerjakan oleh auditor sebagai subjek penelitian. Kompetensi dan profesionalisme merupakan syarat mutlak seorang auditor untuk dapat melaksanakan suatu program audit sebagai faktor internal dari dalam diri auditor sendiri dalam mengaudit. Sementara independensi merupakan tema yang masih bisa diintervensi

BAB I Pendahuluan 6 pihak luar. Dengan dasar pemikiran tersebut, peneliti akan mencoba melaksanakan penelitian yang bersifat empiris pada sejumlah KAP di Wilayah Bandung Kota yang berfokuskan pada sikap independensi auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan judul penelitian Pengaruh Independensi Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Bandung Kota) sebagai pokok penelitian tugas akhir perkuliahan peneliti. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh independensi auditor terhadap pendeteksian kecurangan? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bermaksud untuk : Menganalisis pengaruh independensi auditor terhadap pendeteksian kecurangan di penelitian empiris dengan subjek penelitian KAP yang berada di Wilayah Kota Bandung dan sekitarnya. 1.3.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : Membuktikan secara empiris pengaruh independensi auditor terhadap pendeteksian kecurangan dengan subjek KAP di Wilayah Kota Bandung.

BAB I Pendahuluan 7 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan harapan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) dan pihak eksternal lainnya. 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai ada-tidaknya pengaruh antara independensi auditor terhadap upaya pendeteksian kecurangan dalam pengauditan. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi KAP untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik kecurangan dalam proses audit yang karena lemahnya sisi independensi auditor. 3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi KAP untuk mengevaluasi keahlian dan sikap profesional auditor serta peningkatan kualitas laporan keuangan yang di audit. b. Bagi profesional pribadi auditor Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk auditor terkait kemampuan profesionalnya yang dipengaruhi sikap independensi dalam hal memberikan keyakinan yang memadai atas laporan keuangan yang di audit dalam bentuk opini di laporan audit. c. Bagi akademik perkuliahan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang melatarbelakangi sikap pendeteksian kecurangan dalam audit serta menjadi referensi bagi para penelitian berikutnya berkaitan dengan masalah independensi auditor dan pendeteksian kecurangan secara spesifik