BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO

1 Universitas Kristen Maranatha

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

PERANAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENERAPAN NILAI-NILAI AGAMA DI KELOMPOK B TK MELATI BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB II TINJAUAN TEORI

LAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. daya kesehatan dimasa depan. Salah satu pokok program pembangunan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Masa Anak Usia Sekolah Dasar. atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun (Yusuf, 2011).

DAFTAR ISI No. Tentang Hal.

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

Cara Mencuci Tangan yang Benar

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth: Bapak/Ibu / Saudara(i) Responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN. Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak menyebarkan kotoran dan tidak menularkan penyakit,langkahlangkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usia prasekolah antaralain mengenal warna, mengenal angka

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG KEGIATAN DEMONSTRASI CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR DI SDN 16 DAN SDN 19

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya peningkatan kesehatan.penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Richo, 2009). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat tahu bagaimana yang harus dilakukan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang sehat (Effendy, 1998). b. Tujuan 1) Tercapai perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan menjaga perilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. 8

9 2) Terbentuk perilaku sehat pada individu, keluarga, dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik secara fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Sasaran Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup: 1) Individu Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. 2) Keluarga Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong dalam keluargakeluarga resiko tinggi. 3) Kelompok

10 Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat adalah: a) Kelompok ibu hamil b) Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita c) Kelompok pasangan usia subur dengan resiko tinggi kebidanan d) Kelompok-kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan e) Kelompok-kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti masyarakat sekolah dan pekerja perusahaan 4) Masyarakat Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah: a) Masyarakat binaan puskesmas b) Masyarakat nelayan c) Masyarakat pedesaan

11 d) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal. e) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF (Dengue Haemmoragic Fever), muntah berak dan sebagainya. d. Tempat Penyelenggaraan Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di berbagai tempat, diantaranya adalah: 1) Institusi Pelayanan Dilakukan di rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, dan sebagainya, yang dapat diberikan secara langsung kepada individu maupun tidak langsung misalnya melalui poster, gambar-gambar, dan sebagainya. 2) Di Masyarakat Penyuluhan kesehatan di masyarakat diberikan sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dihadapi di masyarakat setempat.

12 e. Materi atau Pesan Materi yang disampaikan sebaiknya sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Materi yang disampaikan sebaiknya: 1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dipahami. 2) Menggunakan peraga untuk memudahkan penyampaian dan menarik perhatian sasaran 3) Materi sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. f. Metode Penyuluhan Metode penyampaian yang digunakan dalam penyuluhan sebaiknya menggunakan komunikasi dua arah sehingga lebih mudah dipahami. Metode yang dapat digunakan diantaranya: 1) Diskusi Kelompok Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah disiapkan tentang topic pembicaran

13 diantara 5-20 peserta dengan pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 2) Demonstrasi Demonstrasi adalah cara untuk menyampaikan ide, gagasan, dan prosedur dengan menggunakan suatu alat peraga. 3) Simposium Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan 2 dengan 5 orang dengan topic yang berlainan tetapi saling berhubungan erat. 4) Seminar Seminar adalah cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang yang ahli dibidangnya. g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyuluhan, hal tersebut bisa berasal dari penyuluh, sasaran, ataupun proses penyuluhan itu sendiri.

14 1) Faktor Penyuluh Kurangnya persiapan, kurang menguasai materi, bahasa yang digunakan tidak mudah dimengerti, penampilan penyuluh kurang meyakinkan, dan penyampaian materi penyuluhan yang terlalu monoton sehingga kurang menarik perhatian 2) Faktor Sasaran Rendahnya tingkat pendidikan sehingga sulit untuk mencerna informasi yang disampaikan, rendahnya tingkat sosial ekonomi sehingga tidak memperhatikan pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lain, kepercayaan yang telah tertanam dengan kuat dimasyarakat, serta kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. 3) Faktor Proses dalam Penyuluhan Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan keinginan sasaran, tempat penyuluhan di tempat yang tidak tenang, jumlah sasaran yang mendengar penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian, dan metode yang digunakan kurang tepat (Effendy, 1998).

15 2. Pelatihan Kesehatan Pelatihan merupakan tuntunan langkah demi langkah bagi sasaran individual untuk mengadopsi praktik baru, misalnya praktik menyuntikkan insulin bagi penderita diabetes mellitus. Pelatih berperan aktif dalam mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Pelatih mendemonstrasikan bagaimana keterampilan tersebut diterapkan dan menunjukan langkah mana yang salah. Pelatihan juga merupakan pengalaman terstruktur yang memuat perencanaan menyeluruh, langkah demi langkah, dan kegiatan penilaian seberapa jauh keterampilan baru tersebut telah dikuasai. Pelatih harus menguasai cara membina hubungan dengan sasaran dan tahu cara memotivasi sasaran, agar pelatihan dapat berjalan efektif. Pelatih juga harus mengetahui apakah pelatihan yangf diberikan terlalu cepat atau terlalu lambat, agar sasaran tidak merasa tertekan atau merasa bosan. Peran pelatih dalam fase akhir pelatihan adalah bekerja sama dengan sasaran (Efendi & Makhfudli, 2009). 3. Cuci Tangan a. Pengertian Cuci Tangan Cuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan menggunakan zat pembersih yang sesuai

16 dan kemudian dibilas dengan air mengalir untuk menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin. Tangan merupakan perantara utama terjadinya infeksi, sehingga cuci tangan dengan benar sangat penting untuk dibiasakan karena dapat menghilangkan hampir seluruh bakteri pendatang, tetapi tidak menghilangkan bakteri normal yang sudah ada di tangan dengan signifikan (Johnson, 2004). Indikasi untuk melakukan cuci tangan sebaiknya pada saat sebelum memegang makanan, setelah makan, bila terlihat kotor, setelah dari toilet, dan ketika kontak dengan benda atau lingkungan yang berpotensi terkontaminasi. b. Teknis Cuci Tangan Mencuci tangan harus memperhatikan teknik mencuci tangan yang benar agar dapat diperoleh manfaat yang maksimal. Ada 2 jenis teknik mencuci tangan, yang pertama teknik cuci tangan hand rub dan kedua teknik cuci tangan menggunakan sabun. Semua jenis sabun dapat digunakan, karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit. Langkah-langkah mencuci tangan sebagai berikut: 1) Langkah-langkah cuci tangan hand rub. a) Ambil alkohol atau hand sanitizer secukupnya

17 b) Gosokkan dan putar di telapak tangan c) Gosokkaan sampai ke ujung jari d) Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut, hal ini dilakukan pada kedua tangan. e) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci. f) Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri. g) Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Tangan sudah aman dari kuman dalam 20 sampai 30 detik. 2) Langkah-langkah cuci tangan dengan sabun. a) Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

18 b) Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baik jika sabun yang mengandung antiseptik. c) Gosokkan pada kedua telapak tangan. d) Gosokkan sampai ke ujung jari. e) Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut, hal ini dilakukan pada kedua tangan. f) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci. g) Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri. h) Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar. i) Pegang pergelangan tangan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula pada tangan kiri. j) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.

19 k) Keringkan tangan dengan menggunakan tissue atau handuk, jika menggunakan kran, tutup kran dengan tisu (Kemenkes RI, 2010). (Sumber: Tim KPRS RSU Permata, 2013) Gambar 2.1, Cuci Tangan Menurut WHO. 4. Anak Usia Sekolah Usia 6 sampai 12 tahun merupakan usia sekolah dimana sebagian waktu anak dihabiskan di sekolah. Usia sekolah merupakan periode dimana anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas tindakannya, pada usia ini anak-anak memperoleh

20 dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa (Nuryanti, 2008). Usia sekolah merupakan periode penting dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Kebiasaan yang telah tertanam pada anak cenderung menetap sampai dewasa.perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya, oleh karena itu, anak cenderung ingin menyesuaikan dengan standar yang ada sekitarnya. Dapat disimpulkan bahwa masa ini adalah masa atau usia yang paling tepat bagi anak memperoleh pendidikan kesehatan mencuci tangan. Masa ketika anak senang mempelajari apa yang ada di sekitarnya dengan suka bermain dan berkelompok dengan teman temannya baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan di sekitarnya. Anak akan mudah diberikan masukan mengenai pendidikan kesehatan mencuci tangan, sehingga dapat menanamkan kebiasaan mencuci tangan pada anak (Nicholas, et al., 2011). 5. Faktor faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan pada Anak Sekolah a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan pendidikan individu. Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap

21 perilaku cuci tangan, jika anak mengetahui manfaat dan pentingya cuci tangan yang benar terhadap dirinya maka kemauan dan kepatuhan anak untuk melakukan kebiasaan cuci tangan akan lebih baik dibandingkan anak yang belum mengetahui manfaat cuci tangan. Melalui pemberian pendidikan cuci tangan diharapkan anak akan mendapat pengetahuan yang cukup sehingga nantinya bisa tercipta perilaku cuci tangan (Notoatmodjo, 2007). b. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi menentukan kebiasaan mencuci tangan, hal ini disebabkan mencuci tangan membutuhkan alat dan bahan yang harus dibeli menggunakan uang, misalnya sabun, dan tisu kering (Lawrence, 2000). c. Sikap Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap sesuatu. Setelah anak mengetahui manfaat dan pentingnya perilaku mencuci tangan, anak akan mempunyai sikap terhadap kegiatan mencuci tangan tersebut. d. Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku dan beraktivitas. Perubahan perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah

22 dapat dicapai dengan memberi anak motivasi yang kuat, sehingga timbul kesadaran diri terhadap perilaku cuci tangan. e. Pola Asuh Orang Tua Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak memberikan pengaruh yang besar. Orang tua merupakan panutan anak, jika orang tua mempunyai perilaku cuci tangan yang baik maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku cuci tangan anak (Ony, 2010) f. Peran Guru di Sekolah Guru merupakan individu yang sering dijumpai anak dalam lingkungan sekolah. Tugas guru sebagai pengajar dan pendidik salah satu diantaranya adalah mengajarkan praktek cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah (Kadayati, 2011).Berdasarkan kondisi ini maka pelatihan cuci tangan pakai sabun cukup tepat dilakukan pada murid sekolah dasar. Peran guru dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar sangat besar. Sekolah sebagai salah satu wadah peningkatan pengetahuan dan kemampuan anak memiliki peran penting dalam menyumbang perubahan yang terjadi di dalam keluarga sebagai komponen terkecil dalam masyarakat. Orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan

23 gangguan kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks. g. Ketersediaan Air Bersih di Sekolah. Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan.air diperlukan untuk berbagai macam keperluan hidup seperti untuk mandi, mencuci, memasak, pengairan, pertanian, industri, rekreasi dan sebagai air minum.mencuci tangan biasa belum mampu bekerja efektif untuk mengurangi bakteri yang ada. Menggunakan sabun scrub atau sabun antibakterial, dan membasuh dengan air mengalir merupakan cara yang efektif untuk melawan infeksi bakteri melalui tangan, apabila fasilitas air tidak tersedia dengan baik maka perilaku cuci tangan akan sulit untuk diwujudkan (Dinkes Jateng, 2010). 6. Hubungan Cuci Tangan dengan Kejadian Sakit Perilaku cuci tangan yang benar mempunyai peran yang baik dalam mencegah terjangkitnya penyakit, misalnya penyakit diare dan ISPA.Penyakit diare seringkali dikaitkan dengan kurangnya tingkat kebersihan, karena penyakit ini dapat timbul akibat berpindahnya bakteri yang ada ditangan menuju mulut yang diakibatkan rendahnya perilaku cuci tangan (Kemenkes RI, 2010).Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan dengan dua langkah. Pertama dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan

24 dan permukaan telapak tangan, yang kedua dengan menghilangkan bakteri pathogen yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya (Maha, et al,. 2011). Penggunaan sabun dalam mencuci tangan selain mengurangi kejadian diare dan infeksi saluran pernafasan juga mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis (Nicholas, et al,. 2011). 7. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Angka Kejadian sakit Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sakit secara umum: a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit Daya tahan tubuh seseorang dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktivitas dan istirahat. Orang dengan gizi yang cukup dan gaya hidup sehat akan mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit. b. Genetik Ada beberapa penyakit yang memiliki pola genetik atau keturunan, sehingga orang dengan keturunan gen tertentu akan lebih sensitif terhadap suatu penyakit, sehingga lebih mudah sakit.

25 c. Jenis Kelamin Ada beberapa penyakit yang hanya menyerang jenis kelamin tertentu, misalnya kanker prostat pada laki-laki, dan kanker payudara pada wanita. d. Umur Pada umumnya ketika usia anak daya tahan tubuh terhadap penyakit lemah karena sistem daya tahan tubuh belum terbentuk sempurna, begitu juga ketika mencapai usia lanjut daya tahan tubuh terhadap penyakit juga melemah karena faktor penuaan atau usia. e. Ras Beberapa ras tertentu mempunyai kecenderungan menderita penyakit tertentu. f. Pekerjaan Situasi pekerjaan tertentu dapat menimbulkan penyakit tertentu, misalnya orang yang bekeja di pabrik asbes mempunyai kecenderungan menderita penyakit asbestosis. g. Adat dan Kebiasaan Kebiasaan atau gaya hidup tertentu merupakan ancaman bagi kesehatan seseorang, contohnya kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kurangnya kepedulian terhadap kebersihan diri.

26 h. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.faktor lingkungan ini misalnya cuaca, musim, keadaan geografis, dan struktur geologi. Lingkungan tertentu berperan dalam timbulnya suatu penyakit sebagai tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit untuk berkembang biak (Effendy, 1998). B. Kerangka Konsep Siswa yang mendapat pelatihan cuci tangan. Variabel bebas lain: -Daya tahan tubuh -Genetik -Lingkungan Siswa yang tidak mendapat pelatihan cuci tangan. Angka kejadian sakit Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep

27 C. Hipotesis Pelatihan cuci tangan yang benar efektif menurunkan angka kejadian sakit pada siswa sekolah.