BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

TINGKAT NYERI PEMASANGAN KATETER MENGGUNAKAN JELI OLES DAN JELI YANG DIMASUKKAN URETHRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah infus, kandungan obat didalam infus sudah. menggatikan cairan tubuh yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH AKIBAT KATETER Diane K. Newman, Robyn Strauss

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

Complication of Foley Catheter Is Infection the Greatest Risk. Oleh : dr. M. Gunthar A. Rangkuti

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kateterisasi urin merupakan salah satu tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih. Kateter ini berfungsi untuk mengalirkan urin pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateterisasi pada kandung kemih dapat beresiko infeksi pada saluran kemih dan trauma pada uretra, sehingga untuk meminimalisir resiko itu dilakukan tindakan lain pada pengambilan spesimen dan inkontinensia (Potter & Perry, 2005). Kateter diindikasikan untuk beberapa alasan yaitu untuk menghasilkan drainase setelah operasi dan menentukan jumlah urin sisa pada kandung kemih setelah pasien berkemih (Brunner & Suddarth, 2002). Pemasangannya pun dilakukan atas program dokter karena penggunaan kateter tergantung dari kebutuhan dan indikasi. Selain itu digunakan untuk memantau pengeluaran urin pada pasien yang mengalami gangguan hemodinamik (Sari, 2007). Menurut Gokula, (2004) dalam Riyadi, (2006) menyatakan bahwa di Amerika Serikat diperkirakan sekitar empat juta pasien setiap tahunnya

menggunakan kateterisasi urin. Kurang lebih 25% pasien yang dirawat di Rumah Sakit terpasang kateter indwelling dalam beberapa hari pada hari hari perawatannya. Pemasangan kateter merupakan tindakan invasif, menimbulkan nyeri dan dapat menimbulkan komplikasi permanen, maka pemasangannya harus melalui persetujuan tertulis (informed consent). Kateterisasi juga dapat menimbulkan infeksi pada uretra dan buli buli, oleh karena itu harus dilakukan secara aseptik (Anonim, tth), perhatian juga harus diberikan pada pasien yang terpasang kateter untuk memastikan agar setiap pasien yang berada dalam kondisi kebingungan tidak melepaskan kateter tanpa disadari pada saat balon retensi mengembang, karena kejadian ini akan menyebabkan perdarahan dan trauma yang cukup luas pada uretra (Brunner & Suddarth, 2002), oleh karena itu pasien akan merasa takut saat pemasangan kateter. Menurut Ellis et al, (1996) dalam Riyadi, (2006) menyatakan bahwa banyak pasien merasa cemas, takut akan rasa nyeri dan ketidaknyamanan dalam menghadapi kateterisasi urin. Mereka terlihat emosional dalam menghadapi tindakan tindakan pengobatan maupun perawatan, terlebih yang berhubungan dengan daerah urogenital, dimana ketika kateter masuk ke dalam tubuh. Perawat bertanggung jawab tidak hanya pada penampilan tindakan kateterisasi yang benar, tetapi juga memberi pendidikan untuk menghilangkan kecemasan tersebut, karena perawat profesional adalah perawat yang mampu

bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya berdasarkan pada ilmu yang didapatnya. Sebagaimana tertulis dalam QS. Al - Artinya : engikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, Sehingga setiap perawat harus bisa bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan, dalam hal ini bertanggung jawab untuk mengatasi kecemasan klien yang terpasang kateter. Kecemasan adalah respon emosional terhadap suatu penilaian, dalam hal ini kecemasan yang berhubungan dengan pemasangan kateter (Wartonah, 2006). Kecemasan bisa timbul secara mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam atau hari (Anonim, 2008). Namun dalam batas batas tertentu ternyata kecemasan dianggap cukup signifikan sebagai peringatan adanya ancaman, sehingga untuk itu individu dapat mempersiapkan proses penyesuaian diri yang lebih efektif (Kaplan dan Sadock, 1995 dalam Jevuska, 2006). Menurut tinjauan penulis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, insidensi pemakaian kateter urin dalam bangsal bedah

diperkirakan sekitar 60% - 70%, karena pemasangan kateter tergantung pada kondisi pasien seperti pada pasien pre operasi sedang dan pre operasi besar. Biasanya pemasangan kateter urin dilakukan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), kemudian di bangsal bedah dilakukan pemasangan ulang atau penggantian kateter urin. Sekitar 60% - 70% pasien yang akan dipasang kateter mengeluh takut, cemas dan merasa nyeri saat kateter sudah dipasang. Sehingga jika masalah tersebut tidak di atasi akibat yang ditimbulkan akan berdampak pada klien itu sendiri, seperti klien tidak akan kooperatif, tidak bisa istirahat, kateter akan sulit dimasukkan, klien akan mangalami trauma sehingga tidak mau dipasang kateter lagi, dan bagi klien wanita akan mengejan saat dipasang kateter, dan itu semua akan mempengaruhi tingkat kesehatan seorang pasien. Untuk menangani hal tersebut dari pihak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menerapkan peraturan yaitu melakukan pemberitahuan secara lisan sebelumnya pada pasien yang akan dipasang kateter. Pengkajian awal yang detail tentang klien, lingkungan dan sistem pendukung berperan dalam rencana perawatan individual yang efektif. Perawat harus menjelaskan setiap tindakan yang dilakukan, dan jika reaksi klien atau keluarga meragukan maka informed consent sangat diperlukan (Johnson, Carr, dkk, 2005). Berdasarkan pada pernyataan pernyataan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemberian informasi

prosedural tentang pemasangan kateter terhadap tingkat kecemasan klien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah hubungan pemberian informasi prosedural tentang pemasangan kateter dengan tingkat kecemasan klien? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pemberian informasi prosedural tentang pemasangan kateter dengan tingkat kecemasan klien 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kategori pemberian informasi prosedural tentang pemasangan kateter b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien yang terpasang kateter setelah diberikan informasi prosedural. c. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kemajuan di bidang ilmu keperawatan terutama tentang hubungan pemberian informasi prosedural terhadap tingkat kecemasan

klien. Sehingga sebagai seorang perawat yang profesional untuk meningkatkan komunikasi teraupetik dalam memberikan informasi prosedural sehingga dapat meminimalisir tingkat kecemasan klien. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Memberi masukan pada rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan kepada pasien untuk lebih memperhatikan tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan tindakan medis. b. Bagi Ilmu Keperawatan Memberi gambaran tentang hubungan pemberian informasi prosedural terhadap tingkat kecemasan klien yang terpasang kateter. c. Bagi Pasien Membantu untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien dengan informasi yang jelas mengenai tindakan medis yang akan dilakukan. E. Penelitian Terkait Beberapa penelitian terkait dengan pengaruh pemberian informasi prosedural telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti tersebut di bawah ini :

1. prosedur operasi terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di RS quasy eksperiment dengan hasil penelitian 83,33% responden mengalami kecemasan tingkat ringan dan 16,67% mengalami kecemasan tingkat sedang. Walaupun mempunyai variabel sama yang membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu metode penelitiannya menggunakan retrospektif selain itu subjek dan waktu penelitian juga berbeda. 2. prosedur operasi terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di IRNA I quasy eksperiment dengan hasil penelitian 70,1% responden mengalami kecemasan tingkat ringan, 27,5% responden mengalami kecemasan tingkat sedang dan 2,6% responden mengalami kecemasan tingkat berat. Walaupun mempunyai variabel sama yang membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu metode penelitiannya menggunakan retrospektif selain itu subjek, waktu dan tempat penelitian juga berbeda. 3. Samidjan (2003) dengan j Pra Bedah oleh Perawat dengan Tingkat Kecemasan Anak yang akan di penelitian quasy eksperiment dengan hasil penelitian adanya hubungan yang signifikan antara pemberian penjelasan oleh perawat dengan tingkat

membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu metode penelitiannya menggunakan retrospektif selain itu subjek, waktu dan tempat penelitian juga berbeda.