BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Beras mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan petani,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

KOMUNITAS LABA-LABA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN

MENGELOLA LEDAKAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH PADA AGROEKOSISTEM YANG FRAGIL DENGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU BIOINTENSIF

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR RETNO ANGGRAENI

KOlONISASI DAN SUKSESILABA-LABA (Araneae) PADA PERTANAMAN PADI 1)

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

Seminar Nasional PEI, Jogjakarta 2 Oktober 2010

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keanekaragaman Arthropoda laba-laba pada persawahan tadah hujan di Kalimantan Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Laba-laba. Laba-laba tergolong dafam filum Artropoda, subfilum Chelicerata, kelas

STRUKTUR KOMUNITAS DAN POTENSI KUMBANG CARABIDAE DAN LABA- LABA PENGHUNI EKOSISTEM SAWAH DATARAN TINGGI SUMATERA SELATAN

DIVERSITY OF SPIDERS (Araneae) ON WETLAND ECOSYSTEM WITH SOME PLANTING PATTERN IN PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

Gulma... Tak Selamanya Merugikan

KELIMPAHAN POPULASI ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI TAJUK PERTANAMAN KEDELAI. Luice A. Taulu dan A. L. Polakitan

commit to users I. PENDAHULUAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

Artropoda Predator Penghuni Ekosistem Persawahan Lebak dan Pasang Surut Sumatera Selatan

STUDI ARTHROPODA PREDATOR PADA EKOSISTEM TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA DI LOMBOK TENGAH

ANALISIS KEMIRIPAN KOMUNITAS ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI PERMUKAAN TANAH SAWAH RAWA LEBAK DI SUMATERA SELATAN DENGAN LAHAN PINGGIR DI SEKITARNYA

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

EXISTENCE OF BROWN PLANTHOPPER S NATURAL ENEMIES ON SOME RICE VARIETIES USING DIFFERENT CULTIVATION TECHNIQUES

IV. PENGARUH TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DI PERTANAMAN CABAI MERAH TERHADAP KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR

Keanekaragaman Komunitas Artropoda Predator Tanaman Padi yang Aplikasi Boinsektisida Berbasis Jamur Entomopatogen Daerah Rawa Lebak Sumatera Selatan

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Pengendalian Hama Kapas Menggunakan Mulsa Jerami Padi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

pseudoannulafa (Boes. & Str.). Keragaman spesies laba-laba pada berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Laba-Laba Pada Padi Ratun Yang Diaplikasikan BioinsektisidaMetarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis di Sawah Lebak

Keanekaragaman laba-laba dan potensinya sebagai musuh alami hama tanaman jambu mete

PREDASI INTRAGUILD; Fenomena dan Pengaruhnya dalam Pengendalian Hayati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

Claudya Siktiani Eva Gunawan, Gatot Mudjiono, Ludji Pantja Astuti

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN SPESIES LABA-LABA PREDATOR HAMA PADI RATUN DI SAWAH PASANG SURUT

BAB VIXX PEMBAHASAN UMUM

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Jenis laba-laba yang ada di Ruang Terbuka Hijau Babarsari berjumlah 11

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

Abdul Hamid 1) dan Herry Nirwanto 2) 2). UPN Veteran Jawa Timur ABSTRACT

MODEL PREDATOR-PREY DENGAN DUA PREDATOR

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

Serangga Hama dan Arthropoda Predator yang Terdapat pada Padi Lebak di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan Pemuluatan Provinsi Sumatera Selatan

H. armigera. Berdasarkan pengaruh ketiga faktor lingkungan tersebut, pada

PENGARUH KERAPATAN PREDATOR TERHADAP PEMANGSAAN LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Triana Aprilizah A

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

PADA HABITAT TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

RESPONS PERTUMBUHAN VEGETATIF JAGUNG DI TAILING TAMBANG TIMAH TERKONTAMINASI KADMIUM SETELAH INOKULASI BAKTERI INDOGENUS Hindersah, R dan J.

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

POPULASI REDUVIIDAE PADA SAWAH KONVENSIONAL DAN ORGANIK DI DESA SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT, BOGOR IQBAL EKA WINARSAH

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

LAPORAN AKHIR PKMP POTENSI LARVA CHRYSOPIDAE SEBAGAI AGENS PENGENDALIAN HAYATI HAMA KUTU-KUTUAN DAN THRIPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RANGAS

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

(biologically based tactics) Modul 1. Pengendalian Hayati Untuk Pengelolaan Hama Kegiatan Belajar 1

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

SURVEI PENGGEREK BATANG JAGUNG DAN KOMPLEKS MUSUH ALAMINYA DI PROVINSI GORONTALO SURVEY CORN BORER AND NATURAL ENEMIES COMPLEX IN GORONTALO PROVINCE

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

Meningkatkan relevansi penelitian biologi untuk memperkuat ketahanan pangan

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konsep Ekologi PHT. Dr. Akhmad Rizali

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

BENIH MANDIRI PETANI JAMINAN MANDIRI PANGAN DAN KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

ABSTRACT ABSTRAK. I Wayan winasal)*, Dadan in day anal), Sugeng santosol)

PENGARUH POLA TANAM PADI (Oryza sativa L ) KULTIVAR CIHERANG TERHADAP KEANEKARAGAMAN JENIS HAMA DI KELOMPOK TANI SEDYO MAJU DESA JOGOTIRTO.

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

Struktur komunitas laba-laba di ekosistem padi ratun: pengaruh aplikasi Beauveria bassiana (Balsamo)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Beras mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan petani, baik sebagai produsen maupun konsumen, terutama di negeri penanam padi (Huggan 1995). Beras merupakan bahan makanan pokok untuk lebih dari 2,4 miliar orang di Asia dan ratusan juta orang di Afrika dan Arnerika Latin (Heinrichs 1994, Lampe 1995). Pada pertengahan abad mendatang penduduk dunia konsumen beras diperkirakan akan bertambah hingga 4.6 milyar (Lampe 1995). Populasi konsumen beras bertambah kira-kira 2 % setiap tahunnya, sedangkan pertambahan produksi hanya bertambah 1.2 Oh (Khush 1995). Di Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok penting yang berperan strategis karena sebagian besar penduduk menganggap beras menentukan status sosial dalarn organisasi masyarakat. Kebutuhan beras terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, untuk mencukupi kebutuhan dalarn negeri maka dalam beberapa tahun terakhir ini telah dilakukan impor lebih kurang 2 juta ton setiap tahun (BPS 1998). Dalam usaha meningkatkan produksi padi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, hama dan penyakit rnerupakan faktor penting yang membatasi produksi. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengendalikan hama terutarna hama wereng coklat seperti penggunaan insektisida yang pada akhirnya menyebabkan berbagai dampak yang merugikan lingkungan. Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah konsep pengendalian yang paling

tepat untuk diterapkan dalam upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman padi, yang disesuaikan dengan kondisi ljngkungan dan sosial budaya setempat (Oka 1995). Hama dan penyakit dapat dipandang sebagai resultante gangguan ekologis yang mencerminkan,gejala kerapuhan suatu ekosistem. Kerapuhan ini muncul karena adanya pengenceran musuh alami, sebagai akibat sempitnya ragam musuh alami atau rendahnya populasi musuh alami. OIeh karena itu, salah satu pendekatan dalam PHT adalah upaya memaksimumkan keefektifan peran musuh alami. PHT merupakan upaya penghimpunan sumberdaya dari dalam agroekosistem, baik untuk memberdayakan musuh alami maupun cara bercocok tanam yang mampu menangkal dan mengekang perkembangan hama dan penyakit (Rauf 1994, 1996, Rauf et a/. 1994, Triwidodo & Rauf 1994). Bertarnbahnya pemahaman ekosistem dan interaksi keragaman hayati pada tiga jenjang trofik yaitu padi, hama dan musuh alami adalah dasar prognostik untuk mengantisipasi meledaknya hama (Andow 1991, Hossain 1995). Ekosistem padi sawah terdiri dari berbagai kelompok komunitas yang sating berinteraksi. Komunitas artropoda urnurnnya terdiri dar/ banyak kelompok populasi yang mempunyai peranan penting dalam ekosistern itu. Serangga dan laba-laba merupakan kelompok artropoda yang rnendominasi ekosistem padi sawah. Berdasarkan peranannya dalarn ekosistem padi maka artropoda tersebut dapat dibedakan dalam ernpat kelompok guild yaitu pemakan tumbuhan, predator, parasitoid dan artropoda lainnya termasuk pemakan bahan organik mati dan pengunjung sementara (Cheng 1995, Hung & Lan 1995, Settle et at. 1996).

Laba-laba secara umum telah dikenal sebagai predator terhadap banyak jenis serangga. Riechert & Lockley (1984) menyatakan bahwa laba- laba adalah agens pengendalian hayati yang potensial bagi banyak jenis serangga hama. Banyak jenis laba-laba yang sudah diketahui sebagai predator umum yang dapat memangsa berbagai jenis dan stadia serangga hama yang perlu dipertimbangkan dalam pengendalian hama. Dicko (1998) melaporkan bahwa laba-laba adalah predator serangga hama yang paling tinggi populasinya pada tanaman sorgum dan kacang tanah di Burkinafaso, Afrika. Nyffeler & Benz (1988) menyatakan laba-laba serigala, Pardosa spp. (Lycosidae), adalah predator umum terhadap artropoda kecil yang bertubuh lunak pada tanaman gandum. Sterling, Dean & Abd. El-salam (1992) menyatakan bahwa laba-laba merupakan predator penting terhadap wereng kapas Pseudatomoscelis seriatus (Reuter) di Texas Timur. Nyffeler, Dean & Sterling (1987) menyebut Oxyopes salticus (Hentz.) sebagai predator umurn hama maupun bukan hama pada tanaman kapas sepert~ wereng, kutudaun, jenis-jenis Diptera, kepik Geocoris, larva Chrysopa serta laba-laba lainnya. Jackson & Pollard (1996) menyebut beberapa genus penting laba-laba pelompat (farnili Salticidae) seperti Phidippus audax (Hentz). Myrmarachne spp. dan Portia spp. sebagai predator urnum dalam ekosistem pertanian. Hasil penelitian tentang spesies-spesies laba-laba yang terdapat pada ekosistem padi di beberapa negeri terutama di Asia, telah dilaporkan antara lain dari Filipina (Barrion 1980, Heong, Aquino & Barrion 1991), Korea (Okurna, Lee & Hokyo 1972), dan China (Cheng 1995). Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian secara intensif tentang fauna laba-laba pada tanaman padi. Suwei yang pernah dilakukan hanya terbatas

pada beberapa areal persawahan di Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah (Barrion & Litsinger 1995). Laba-laba adalah kelompok artropoda yang melimpah pada pertanaman padi dan rnemangsa berbagai spesies serangga hama (Barrion 1980, IRRl 1977, 1978). Laba-laba dapat dikonservasi dan diaugmentasi untuk rnengendalikan populasi banyak jenis serangga hama tanaman (Kamal, Odud & Begum 1990). Pardosa pseudoannulafa Boes. & Str. adalah salah satu spesies yang sangat potensial untuk pengendalian berbagai spesies serangga harna pada pertanaman padi. Rubia, Almazan & Heong (1990) menyatakan bahwa P. pseudoannulafa mernangsa berbagai jenis serangga seperti wereng hijau, wereng cokelat, penggerek batang padi kuning, jenis-jenis Collernbola dan Diptera serta serangga predator seperti Cyrtorhinus ljvjdipennis Reuter. Kumar, Singh & Pandey (1996) rnelaporkan bahwa P. pseudoannulata berperan penting terhadap dinamika populasi hama putih palsu, Cnaphalocrosis medinalis Guen. Kehadiran laba-laba pada suatu ekosistern pertanian dapat terjadi karena laba-laba tersebut rnernencar secara pasif melafui udara dalam jarak dekat sampai jauh dari habitat sekitarnya dengan cara melayang dan pergerakan secara aktif seperti berjalan di atas permukaan tanah (Bishop & Riechert 1990) Laba-iaba dikenal sebagai predator urnum terhadap berbagai serangga pada ekosistern alami dan pertanian. Sepert~ halnya dengan mahluk lainnya, laba-laba dalam pertumbuhan dan perkembangannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik fisik maupun biotik dan sifat individu (Berryman 1981). Daerah persawahan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan sekitarnya

lingkungannya sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penting seperti ketersediaan air terutama pada musim kemarau dan letak persawahan khususnya dari aspek jarak dari saluran irigasi. Oleh karena faktor-faktor tersebut maka petani melakukan beberapa pola tanarn yang berbeda seperti padi - padi - padi, padi - padi - kedelai, dan padi - padi - bera. Keragaman lingkungan sekitar persawahan dan pengelolaan sawah yang berbeda diduga turut rnempengaruhi keberadaan dan keragaman artropoda seperti laba-laba yang hidup dan berkembang pada ekosistem tersebut. Keragaman ekosistem diduga turut berperan menentukan keragaman spesies dan dominansi spesies laba-laba tertentu. Hal tersebut mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan peranan laba-laba sebagai agens pengendalian hama. Dalam rangka mengoptirnalkan peranan laba- laba sebagai agens pengendalian hayati terhadap beragam spesies hama pada pertanaman padi dan penyempurnaan sistem pengendalian hayati pada tanaman padi, diperlukan banyak informasi biologi dan ekologi laba- laba. Untuk itu penelitian diarahkan pada berbagai aspek ekologi yang diharapkan dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk memaksimalkan peran laba-laba terutama yang potensial sebagai agens pengendalian hayati terhadap serangga harna pada pertanarnan padi. Penetitian terdiri dari studi kornunitas dan keragaman spesies laba-laba pada beberapa ekosistem padi, kolonisasi pertanaman padi oleh laba-laba, perkembangan populasi laba- laba serigala, P. pseudoannulata, dan pemangsaan laba-laba tersebut terhadap serangga hama di pertanaman padi. Pengetahuan tersebut merupakan informasi penting yang menunjang konservasi laba-laba yang

selama ini diabaikan, dan akan sangat bermanfaat untuk upaya pengendalian secara hayati hama tanaman padi dalam program PHT. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan urituk mernahami sejauh mana faktor ekologi mempengaruhi peran laba-laba terutama P. pseudoannulata sebagai predator terhadap serangga hama di pertanarnan padi. Adapun tujuan khusus berdasarkan pada topik-topik penelitian adalah : (1) rnemahami struktur komunitas laba-laba pada empat tipe ekosistem pertanarnan padi yaitu pola tanam yaitu padi - padi - padi dengan pengelolaan teknis, padi - padi - padi dengan pengelolaan tradisional, padi - padi - kedelai dan padi - padj - bera. (2) memahami cara invasi, sumber dan proses kolonisasi laba-laba di pertanaman padi. (3) memahami perkernbangan populasi laba-laba serigala, P. pseudoannulafa di persemaian dan pertanarnan padi. (4) memahami jenis mangsa, ruang jelajah, perilaku dan potensi pemangsaan oleh laba-laba P. pseudoannulafa terhadap serangga harna.

Manfaat Penelitian Penelitian tentang komunitas laba-laba pada ekosistern padi akan memberikan informasi tentang struktur komunitas dan keragaman spesies laba-laba di pertanaman padi. Keanekaragaman lingkungan fisik dan biotik yang berbeda pada empat tipe ekosistem padi yang disebutkan di Tujuan Penelitian akan berpengaruh terhadap perikehidupan laba-laba. Dengan informasi yang lebih rinci tentang pengaruh faktor-faktor tersebut, diharapkan faktor-faktor itu dapat dimodifikasi untuk mengoptimalkan peran laba-laba sebagai pengendali hama padi. Pemahaman tentang kolonisasi laba-laba di pertanaman padi memberikan informasi cara invasi laba-laba pemburu dan pembuat jaring baik yang terpencar melalui udara maupun aktif berjalan di atas permukaan tanah, sumber dan proses kolonisasi laba-laba di pertanaman padi. Pemahaman perkembangan populasi dapat mernber~kan informasi tentang hubungan perkembangan populasi P. pseudoannulata dengan perkembangan populasi hama wereng dan pertumbuhan tanarnan padi. Data pemangsaan oleh P. pseudoannulata memberikan informasi kemampuan pemangsaan terhadap serangga terutama serangga hama yang dimangsa dalam kondisi lapang. Informasi-inforrnasi tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan dalam rangka penyempurnaan teknik pengendalian hama tanaman padi secara terpadu.

Daftar Pustaka Andow, D. A. 1991. Vegetational diversity and arthropod population response. Annu. Rev. Entomol. 36 : 561-586. Barrion, A. T. 1980. The spider fauna of Philippine dryland and wetland rice agroecosystems. Faculty of the Graduate School, University of the Philippine at Los Banos:Thesis. 580 p. Barrion, A. T. & J. A. Litsinger. 1995. Riceiand spider of South and Southeast Asia. lnternational Rice Research Institute. Manila. CAB International. 716 p. Berryman, A. 1981. Population systems : A general introduction. Plenum Press. New York. 222p. Biro Pusat Statistik (BPS).?998. Buletin Ringkas BPS. Jakarta. Bishop, L. & S. E. Riechert. 1990. Spider colonization of agroecosystern : Mode and source. Environ. Entomol. 19 (16) : 1738-1745. Cheng, J. 1995. Arthropod community structures in rice ecosystem of China. Paper presented at the Workshop on Sustainable IPM in Tropical Rice, Bogor. Indonesia. 5-7 December 1995. 15 p. Dicko, I. 0. 1998. Indigenous knowledge of pest and beneficial arthropods fauna on sorghum and groundnut in Burkinafaso. lnternational Arachis Newsletter. 18 : 24-27. Heinrichs, E. A. 1994. Rice. in E. A. Heinrichs (ed). Biology and management of rice insect. Publishing for One World Wiley Eastern Limited, New Age International Limited. pp? - 12. Heong, K. L., G. B. Aquino & A. T. Barrion. 1991. Arthropod community structures of rice ecosystems in the Philippines. Bull. Entomol. Res. 81 : 407-41 6. Hossain, M. 1995. Rice research for food security and sustainable agricultural development in Asia : Achievements and future challenges. Geo-Journal 35 (3) : 286-298. Huggan, R. D. 1995. Co-evolution of rice and human. Geo-Journal 35 (3) : 262-265.

Hung. N. Q & L. P. Lan. 1995. Progress study on the arthropod community of rice ecosystem in the Mekong Delta, Vietnam. Paper presented at the Workshop on Sustainable IPM in Tropical Rice, Bogor, Indonesia. 5-7 December 1995. 29 p. International Rice Research Institute. 1978. Annual Report for 1977. Los Banos, Philippines. 548 p. International Rice Research Institute. 1979. Annual Report for 1978. Los Banos, Philippines. 478 p. Jackson, R. R. & S. D. Pollard. 1996. Predatory of jumping spiders. Annu. Rev. Entomol. 41 : 795-308. Karnal, N. Q., A. Odud & A. Begum. 1990. The spider fauna in and around the Bangladesh Rice Research Institute farm and their role as predator of rice insect pest. Philipp. Entomol. 8(2) : 771-777. Khush, G. S. 1995. Modern varieties - their real contribution to food supply and equity. Geo-Journal 35 (3) : 275-284. Kumar, P., R. Singh & S. K. Pandey. 1996. Population dynamics of leaf folder, Cnaphalocrosis medinalis Guen., in relation to stage of the crop, weather factors and predatory spiders. J. Entomol. Res. 20 (3) : 205-21 0. Lampe, K. 1995. Rice research : Food for 4 billion people. Geo-Journal 35 (3) : 253-259. Nyffeler, M., D. A. Dean & W. L. Sterling.?987. Evaluation of the importance of the striped lynx spider. Oxyopes salticus (Araneae, Oxyopidae) as a predator in Texas Cotton. Environ. Entomol. 16(5) : 1114-1123. Nyffeler. M. & G. Benz. 1988. Feeding ecology and predatory importance of wolf spiders (Pardosa spp.) (Araneae, Lycosidae) in winter wheat fields. J. Appl. Entomol. 106 : 123-134. Oka. I. N. 1995. Pengendalian hama terpadu dan implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 255 h.

Okuma, C.. M. H. Lee & N. Hokyo. 1978. Fauna of spiders in a paddy fields in Suweon, Korea. Esakia 11 : 8f - 88. Rauf, A. 1994. Pengendalian hama terpadu : Back to basic. Makalah disampaikan dalam Seminar Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman, Bogor, 3 Desember 1994. Rauf, A. 1996. Analisis ekosistem dalam pengendatian hama terpadu. Materi Pelatihan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Padi dan Palawija Tingkat Nasional. Jatisari 2-19 Januari 1996. Rauf, A., T. Marse & N. K. Hutagalung. 1994. Pengendalian hama terpadu : Kasus sekolah lapang di Jawa Barat. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Keterkaitan Kelembagaan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Agribisnis, Bogor. 20 September 1994. Riechert, S. E. & T. Lockley. 1984. Spiders as biological control agents. Annu. Rev. Entomol. 29 : 299-320. Rubia, E. G., L. P. Almazan & K. L. Heong. 1990. Predation of yellow stem borer (YSB) moths by wolf spider. IRRN. 15 (5). Settle, W. H., H. Ariawan, E. T. Astuti, W. Cahyana, A. L. Hakim. D. Hindayana, A. S. Lestari, Sartanto & Pajarningsih. 1996. Managing tropical rice pests through conservation of generalist natural enemies and alternative prey. Ecology 77 (7) : 1975-1988. Sterling, W. L., A. Dean & N. M. Abd. El-Salam. 1992. Economic benefits of spiders (Araneae) and insect (Hemiptera : Miridae) predators of cotton fleahoppers. J. Econ. Entomot. 85 (7) 52-57. Triwidodo, H. & A. Rauf. 1996. Pengendalian hama terpadu : Back to basics. Makalah disampaikan pada Seminar lkatan Sosiologi Indonesia Cabang Bogor dan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor, 9 Mei 1996.