Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Preferensi Substrat dan Kepadatan Populasi Faunus Ater Di Perairan Ekosistem Mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

BAB 2 BAHAN DAN METODA

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

Dominansi Makrozoobenthos di Kawasan Kuala Pidie Kecamatan Kota Sigli Kabupaten Pidie

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh

STUD1 HABITAT KOMUNITAS POLIKAETA DI PERAIRAN PANTAI TECUK LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

ANWAR SADAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004

Transkripsi:

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Amirunnas * Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. M Ali Sarong 2,Ismul Huda 3 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. * email: amirunnasbio@gmail.com Abstrak Sungai merupakan salah satu habitat makhluk hidup untuk kelangsungan kehidupan. Sungai sebagai habitat makhluk hidup memiliki kondisi lingkungan yang berbedabeda. Kondisi lingkungan Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya belum di ketahui tentang faktor Fisika-Kimia di sungai tersebut, maka diperlukan adanya pengkajian melalui kegiatan penelitian yang bertujuan untuk (1) mengetahui kondisi lingkungan dasar perairan Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2017 di Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 stasiun. Kondisi lingkungan dianalisis secara deskriptif. Komponen lingkungan terdiri dari suhu air yang berkisar antara 27 C- 29 C. ph air berkisar anatara 7.2-8.2, ph substrat berkisar antara 6.7-7.2, Salinitas air berkisar antara 4-17, dan kecerahan air pada stasiun penelitian yaitu berkisar antara 0.4 meter-0.6 meter. Kesimpulan yang diperoleh yaitu kondisi lingkungan perairan memiliki ph air basa, ph substrat dengan kisaran asam lemah sampai basa lemah, suhu air yang relatif stabil pada setiap stasiun, kecerahan air yang relatif merata dan salinitas payau. Kata kunci:suhu, ph, Salinitas, Sungai. Pendahuluan Sungai merupakan salah satu habitat makhluk hidup untuk kelangsungan kehidupan. Air sungai memiliki jumlah kadar garam yang berbeda-beda. Jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan disebut salinitas. Berdasarkan salinitas suatu air maka sungai sebagai habitat hewan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu perairan tawar dan perairan payau. Perairan tawar memiliki salinitas yang berkisar antara 0 0,5, sedangkan perairan payau yaitu berkisar antara 0,5 30. Banyak terdapat sungai dengan perairan tawar maupun payau di Indonesia, salah satunya di Provinsi Aceh. Sungai dengan perairan tawar disebut juga dengan Kawasan perairan 63

tawar, sedangkan sungai dengan perairan payau termasuk kedalam kawasan pesisir. Menurut Sarong et al(2009:82) Provinsi Aceh terdapat kawasan pesisir yaitu terbentang mulai dari Kabupaten Aceh Tamiang di kawasan Timur, Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, di kawasan Utara dan berakhir di Kabupaten Aceh Singkil di kawasan Selatan. Sungai Lama Tuha merupakan salah satu sungai yang terdapat di pesisir Provinsi Aceh. Sungai ini tepatnya terletak di Gampong Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya. Suin (1989) dalam(sitorus, 2008:76) menyatakan bahwa hal yang sangat menentukan hewan hidup disuatu habitat perairan yaitu faktor fisika dan kimia yang hampir merata pada suatu habitat serta tersedianya makanan bagi hewan tersebut.faktor fisika-kimia tersebut yaitu ph, suhu dan salinitas adalah faktor penting dalam suatu perairan untuk kelangsungan makhluk hidup akuatik. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa belum terdapat data tentang faktor Fisika- Kimia dikawasan Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya,sehingga perlu dikaji secara spesifik. Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui kondisi lingkungan dasar perairan Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya. Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pemilihan lokasi sampling dilakukan berdasarkan tujuan tertentu. Kegiatan sampling dan pengolahan data dilakukan dengan cara: Menentukan lokasi dan stasiun penelitian. Lokasi Penelitian dibagi menjadi 5 stasiun. Stasiun I merupakan anak cabang Sungai Lama Tuha yang bermuara ke Samudra Hindia, stasiun II adalah anak cabang Sungai Lama Tuha ke Gampong Keude Baro, stasiun III adalah kawasan aliran Sungai Lama Tuha, stasiun IV adalah bagian awal Sungai Lama Tuha dan stasiun V adalah anak cabang sungai ke areal perkebunan sawit. Masing-masing stasiun dibagi menjadi 2 substasiun. Pada masing-masing substasiun, ditentukan tempat peletakan plot kuadran 3 meter x 3 meter. Penempatan kuadran dilakukan searah tepi sungai. Masing-masing substasiun diletakkan 4 plot yang terdiri dari 2 plot dibagian kiri dan 2 plot dibagian kanan. Total plot pada masing-masing stasiun berjumlah 8 plot. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan dengan mengukur parameter Fisika-Kimia, meliputi; suhu air (ºC), ph air (kisaran 1-14), ph substrat (kisaran 1-14), salinitas ( ), kecerahan air (meter), dan jenis substrat dasar perairan. Seluruh hasil pengukuran dan pengamatan yang diperoleh, selanjutnya dimasukkan kedalam tabel pengamatan. Teknik Analisis Data Kondisi lingkungan Sungai Lama Tuha dianalisis secara deskriptif yang memberikan gambaran sesuai kondisi dilapangan. Hasil Dan Pembahasan Kondisi Lingkungan Perairan Sungai Lama Tuha Hasil Pengukuran Parameter Fisika-Kima sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya disajikan dalam Tabel 1. 64

Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Fisika-Kimia. Komponen Kondisi Masing-Masing Stasiun I II III IV V Suhu Air (ºC) 28-29 28-29 28-29 27-28 28-29 ph Air 7,6-7,7 7,7 7,5-76 7,8-8,2 7,2-7,8 ph Substrat 7,0 6,8-7,2 7,0 7,0 6,7-6,8 Salinitas ( ) 15-17 15 5-8 4-5 15 Kecerahan Air 0,4-0,5 0,4-0,6 0,4-0,6 0,4-0,6 0,4 Pengukuran kondisi lingkungan perairan Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya meliputi ph, suhu, salinitas dan Intensitas cahaya.pengukuran tersebut dilakukan pada pagi hari (9.00-11.00 WIBB). Faktor fisika-kimia seperti ph, suhu dan salinitas adalah faktor penting dalam suatu perairan untuk kelangsungan makrozoobentos (Yeanny, 2007:41). Derajat keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) yang diukur meliputi ph air dan ph substrat. ph air sungai Lama Tuha berkisar antara 7,2-8,2. Hasil pengukuran ph air menunjukkan bahwa kawasan sungai Lama Tuha bersifat basa dengan nilai ph diatas 7. ph substrat pada lokasi penelitian yaitu berkisar antara 6,7-7,2. Hasil pengukuran ph substrat menunjukkan ph substrat berada pada kisaran asam lemah dan basa lemah. Keadaan ph yang tidak terlalu basa dan tidak pula terlalu asam ini menyebabkan makhluk hidup tetap hidup, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hatauruk (2009:38) bahwa nilai ph yang ideal bagi kehidupan organisme air yaitu antara netral sampai sedikit basa. Kondisi perairan yang sangat asam maupun sangat basa akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme organisme. Suhu Suhu air pada kawasan penelitian ini berkisar antara 27 C-29 C. menurut Karwati (2002) bahwa kisaran suhu yang menunjang kehidupan organisme perairan di daerah tropis yaitu antara 26ºC -30ºC. Sehingga suhu di kawasan tersebut dapat menunjang kehidupan makhluk hidup akuatik. Salinitas Salinitas di Sungai Lama Tuha berada pada kisaran antara 4-17. Salinitas sangat mempengaruhi organisme dalam berkembang biak. Nilai salinitas di sungai Lama Tuha sangat bervariasi disebabkan adanya pasang surut. Hal lain yang menyebabkan perbedaan salinitas adalah jarak pengambilan data yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Reid (2011:21) bahwa salinitas perairan berubah-ubah akibat bertambah atau berkurangnya molekul-molekul air. Satuan untuk mengukur salinitas air adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau permil ( ). Nilai salinitas air untuk perairan tawar yaitu berkisar antara 0 0,5 ppt, perairan payau yaitu berkisar antara 0,5 30 ppt (Salinitas air payau) dan salinitas perairan laut yaitu lebih dari 30 ppt (Johnson & Allen, 2012:16), sehingga salinitas pada Sungai Lama Tuha termasuk salinitas air payau. 65

Kecerahan Air Kecerahan air atau kekeruhan air pada stasiun penelitian di Sungai Lama Tuha berkisar antara 0,4 meter-0,6 meter. Nilai kecerahan tersebut menunjukkan bahwa Sungai Lama Tuha memiliki kecerahan air yang relatif merata. Hal ini sangat berpengaruh dengan kedalaman suatu perairan dan materi organik dan anorganik yang tersuspensi. Rahman (2009:16) menyatakan bahwa kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi (misalnya lumpur dan pasir halus). Tabel 2. Jenis Substrat pada Setiap Stasiun Stasiun I II III IV V Fraksa Substrat Pasir Jenis substrat di Sungai Lama Tuha memiliki dua jenis fraksa substrat yaitu (1) pasir atau (2) campuran lempung, lumpur dan pasir. Substrat penyusun pada stasiun I adalah pasir sedangkan stasiun II, III, IV dan V tekstur substrat terdiri atas campuran lumpur, liat dan pasir. Substrat berlumpur tersebut merupakan substrat yang berserasah. Hamidy (2002) dalam Agustini (2016) menyatakan bahwa serasah yang berasal dari ranting, daun, dan buah tumbuhan yang jatuh dan telah mengalami dekomposisi, dimana proses tersebut sebagai bagian dari proses biologis untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Sedangkan hasil dari proses dekomposisi akan menjadi sumber makanan bagi Bivalvia, Crustaceae, Zooplankton, Annelida dan lain-lain. Jenissubstrat sangat menentukan komposisi hewan akuatik. Substrat itu sendiri didefinisikan sebagai campuran dari fraksi lumpur, pasir dan liat dalam tanah. Seberadaan substrat yang memiliki makanan menyebabkan substrat tersebut dapat ditempati oleh hewan-hewan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Sitorus (2008:76) menyatakan bahwa hal yang sangat menentukan hewan hidup disuatu habitat perairan yaitu faktor fisika dan kimia yang hampir merata pada suatu habitat serta tersedianya makanan bagi hewan tersebut. Simpulan dan Saran Kondisi lingkungan perairan Sungai Lama Tuha memiliki ph air basa, ph substrat dengan kisaran asam lemah sampai basa lemah, suhu air yang relatif stabil, kecerahan air yang relatif merata dan salinitas payau. Kondisi lingkungan perairan Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya perlu di jaga dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah agar tidak tercemari oleh berbagai aktifitas di sekitar sungai tersebut. Ucapan Terima Kasih Puji syukur kepada Allah SWT, pemelihara seluruh alam raya, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang penuh ilmu pengetahuan. Atas berkat rahmat Allah Swt penulis dapat menyelesaikan 66

penulisan artikel ini dengan judulkondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya. Terselesaikannya artikel ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ismul Huda, M.Si dan Bapak Prof. Dr. M. Ali S, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan arahan dan mengarahkan penulis. Daftar Pustaka Agustini, N. T. (2016). Asosiasi Ekostruktur Kerang Lokan (Geloina Erosa Solander, 1786) Dan Mangrove Di Pesisir Kahyapu Pulau Enggano Provinsi Bengkulu. Tesis.Bogor: Bogor Agricultral University (IPB). Hutauruk, E. L. (2009). Studi Keanekaragaman Echinodermata Di Kawasan Perairan Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam.Skripsi. Bogor: Bogor Agricultral University (IPB). Johnson, W. S., & Allen, D. M. (2012). Zooplankton of the Atlantic and Gulf Coasts: a Guide to Their Identification and Ecology. Maryland: JHU Press. Karwati, N. (2002). Struktur Komunitas Gastropoda Dan Bivalvia pada Ekosistem Mangrove dan Padang Lamun di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor: Bogor Agricultral University (IPB). Rahman, F. A. (2009). Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Estuaria Sungai Brantas (Sungai Porong dan Wonokromo), Jawa Timur.Skripsi. Bogor: Bogor Agricultral University (IPB). Reid, C. (2011). Terumbu Karang dan Perubahan Iklim: Panduan Pendidikan dan Pembangunan Kesadartahuan. Queensland: The University of Queensland. Sarong, M. A., Huda, I., Wardiatno, Y., & Haji, A. G. (2009). Kondisi Vegetasi dan Kerang. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan.19(2): 82 89. Sitorus, D. B. (2008). Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya dengan Faktor Fisik Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Yeanny, M. S. (2007). Keanekaragaman Makrozoobentos di Muara Sungai Belawan. Jurnal Biologi Sumatra. 2(2): 37-41. 67