BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Pada umumnya tanaman kelapa dibudidayakan di daerah tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung. Tanaman kelapa merupakan salah satu komoditas ekspor yang memiliki banyak peranan penting. Produksi kelapa di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 3.174.379 ton, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 0,06% per tahun (Anonim 1, 2013). Produksi yang besar tersebut membuat industri minyak kelapa di Indonesia meningkat, baik berskala pabrik maupun UKM. Bagian dari tanaman kelapa yang memiliki manfaat paling besar dan memiliki nilai ekonomi tinggi adalah daging buah kelapa yang dapat diolah menjadi minyak kelapa. Minyak krengsengan merupakan minyak yang diperoleh dari proses pemanasan perasan santan hasil pemarutan buah kelapa tua yang sudah direndam selama dua malam. Proses pemanasan ini menyebabkan minyak terpisah dari proteinnya. Minyak krengsengan yang dihasilkan memiliki warna kuning yang keruh dan berbau khas kelapa. Minyak krengsengan harus memenuhi standar mutu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) agar dapat digunakan sebagai minyak goreng. Untuk dapat memenuhi standar tersebut, perlu dilakukan proses pemurnian. Salah satu tahap pemurnian yang dapat dilakukan adalah pemucatan. 1
Pemucatan dilakukan untuk menurunkan intensitas warna minyak yang berasal dari zat warna alami dan perubahan senyawa kimia pada minyak akibat proses pengolahan dengan menggunakan panas. Pada proses ini juga terjadi penghilangan sisa fosfatida dan sabun, logam, serta produk oksidasi (Hamm and Hamilton, 2000) Pemucatan yang paling sering dilakukan yaitu pemucatan secara fisik dengan menggunakan adsorben. Pemucatan secara fisik dilakukan dengan cara adsorpsi, jumlah adsorben yang ditambahkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari jenis senyawa berwarna dalam minyak dan sampai seberapa jauh warna tersebut akan dihilangkan (Rossi, 2003). Pemucatan secara fisik dianggap lebih menguntungkan karena dapat mengurangi resiko adanya reaksi kimia, lebih mudah dilakukan, biaya lebih murah, dan adsorben yang digunakan mudah didapat. Hanya saja pemucatan secara fisik dapat menghilangkan sejumlah minyak akibat penyerapan oleh adsorben, maka konsentrasi adsorben sebaiknya juga disesuaikan dengan hasil yang diinginkan. Salah satu adsorben yang dapat digunakan untuk pemucatan minyak adalah zeolit. Zeolit alam tersusun dari silika-alumina yang berbentuk kristal sehingga sangat stabil dan mempunyai kemampuan adsorpsi sangat tinggi dan selektif (Ribeiro, 1984). Selain itu zeolit juga mudah didapatkan dan harganya relatif terjangkau. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya, zeolit perlu dilakukan aktivasi terlebih dahulu agar jumlah pori-pori yang terbuka lebih banyak sehingga luas 2
permukaannya bertambah. Salah satu proses aktivasi yang mudah dilakukan yaitu dengan aktivasi pemanasan. Aktivasi dengan pemanasan lebih mudah dilakukan, aman, dan harganya lebih terjangkau. Menurut Andersen (1953), daya pemucat activated clay masih kurang baik jika dibandingkan dengan karbon aktif. Hal tersebut disebabkan karena karbon aktif memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan acivated clay. Peningkatan penggunaan karbon aktif mengakibatkan harga karbon aktif mulai melonjak sehingga nilai ekonomisnya menjadi berkurang. Harga karbon aktif yang semakin tinggi tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya produksi sehingga terjadi kenaikan harga produk minyak goreng. Namun pemucatan dengan karbon aktif saja dianggap kurang menguntungkan karena mengakibatkan kehilangan minyak yang lebih banyak. Oleh karena itu zeolit dapat menjadi alternatif adsorben pada proses pemucatan minyak. Pemucatan menggunakan zeolit aktif telah dilakukan pada penelitian sebelumnya, yaitu pada minyak kelapa sawit yang dilakukan Bambang Setiaji dan Wega Trisunaryanti (1997). Pada penelitian tersebut zeolit diaktivasi dengan perlakuan asam dan panas yang kemudian digunakan sebagai adsorben pada proses pemucatan minyak kelapa sawit. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pemucatan minyak sawit menggunakan adsorben zeolit teraktivasi dapat menurunkan kadar warna pada minyak kelapa sawit. 3
1.2. Rumusan Permasalahan 1. Berapa suhu optimum untuk mengaktivasi zeolit yang akan digunakan sebagai adsorben pada proses pemucatan 2. Bagaimana pengaruh penggunaan zeolit sebagai adsorben pada proses pemucatan minyak krengsengan 3. Bagaimana pengaruh penambahan karbon aktif pada zeolit teraktivasi dengan rasio 1:10 pada proses pemucatan minyak krengsengan 4. Berapa konsentrasi optimum penambahan zeolit dan campuran zeolitkarbon aktif 1:10 yang dapat digunakan pada proses pemucatan minyak krengsengan 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui suhu optimum aktivasi zeolit 2. Mengetahui potensi zeolit sebagai bleaching agent pada pemucatan minyak krengsengan 3. Mengetahui pengaruh penambahan karbon aktif pada zeolit teraktivasi dengan rasio 1:10 pada proses pemucatan minyak krengsengan 4. Mengetahui konsentrasi optimum penambahan zeolit dan campuran karbon aktif-zeolit 1:10 yang dapat digunakan pada proses pemucatan minyak krengsengan 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi pada masyarakat tentang potensi penggunaan zeolit aktif sebagai bleaching agent 4
dan pengaruh penambahan karbon aktif dalam meningkatkan aktivitas adsorpsi pada proses pemucatan minyak krengsengan. 5