BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal.III. 12

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 3 - GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

BAB 3. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAANKEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

LAPORAN KEUANGAN 2014

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan ketentuan perundangan dan merupakan faktor penentu keberhasilan pelaksanaan pembangunan karena terkait dengan upaya pemenuhan pendanaan bagi pembiayaan program-program pembangunan. Salah satu hambatan pembangunan selama ini adalah ketidaksesuain antara permasalahan pembangunan yang harus ditangani dengan ketersediaan sumbersumber pendanaan yang memadai, sehingga belum semua permasalahan pembangunan bisa ditangani. 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Asumsi pendapatan dibangun berdasarkan kondisi Belanja daerah dari tahun ke tahun, dimana APBD tetap memberikan kontribusi yang besar bagi upaya menggerakan seluruh sektor pembangunan. Karena besarnya peran belanja daerah tersebut, maka pemahaman terhadap perkembangan APBD dari tahun ke tahun sangat penting, guna memberikan arah proyeksi belanja untuk sektor-sektor pembangunan di tahun 2016 s/d tahun 2021..Kebijakan pengelolaan keuangan daerah tahun 2016-2021 tetap dalam kerangka pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan efektif, yang berpedoman pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali dirubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah dan Peraturan-Peraturan lainnya. Dari aspek pendapatan daerah, kemandirian keuangan kita masih rendah, yang ditunjukkan oleh komposisi pendapatan daerah yang masih didominasi dana transfer, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi. Data menunjukkan bahwa realisasi total pendapatan daerah cenderung meningkat dalam tahun 2011-2015, dari Rp. 1.166.580.278.614 menjadi Rp. 1.962.118.790.955. Komponen Pendapatan daerah, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah menunjukkan peningkatan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah meningkat dari Rp. 77.141.691.388 RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 1

tahun 2011 menjadi Rp. 211.122.853.427 pada tahun 2015. Dana Perimbangan meningkat dari Rp.803.583.007.863 pada tahun 2011, menjadi Rp.1.146.100.682.063 pada tahun 2015. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah meningkat dari Rp.285.855.579.363 pada tahun 2011 mejadi Rp. 604.895.255.465 pada tahun 2015. Data selengkapnya sebagaimana Tabel 3.1. Tabel 3.1 Pendapatan Daerah Tahun 2010-2015 ( Rupiah) N0. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Rata- Rata Pertumb uhan 1. PENDAPATAN 1.166.580.278.614 1.339.809.192.399 1.489.302.468.177 1.712.184.966.496 1.962.118.790.955 13,88 1.1. Pendapatan 77.141.691.388 100.037.192.306 111.587.522.903 182.149.063.108 211.122.853.427 28,62 Asli Daerah 1.1.1. Pajak Daerah 10.867.383.001 12.028.974.635 14.589.776.248 29.524.863.665 31.486.086.953 30,47 1.1.2. Retribusi Daerah 14.586.598.343 21.221.138.494 21.211.387.177 26.800.055.832 18.593.204.602 6,26 1.1.3. Hasil 5.233.063.429 5.926.134.429 7.914.076.474 10.102.729.033 10.839.243.455 19,97 Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan 1.1.4. Lain-Lain 46.454.646.615 60.860.944.748 67.872.283.004 115.721.414.578 150.204.318.417 34,10 Pendapatan Asli Daerah Yang sah 1.2. Dana 803.583.007.863 948.633.440.487 1.039.362.677.425 1.088.639.228.342 1.146.100.682.063 9,28 Perimbangan 1.2.1. Dana Bagi Hasil 43.718.146.863 45.101.812.487 46.180.230.425 27.868.669.342 28.589.690.063 (10,07) Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1.2.2. Dana Alokasi 682.033.161.000 828.479.528.000 917.476.557.000 1.001.378.439.000 1.031.393.472.000 10,89 Umum 1.2.3. Dana Alokasi 77.831.700.000 75.052.100.000 75.705.890.000 59.392.120.000 86.117.520.000 2,56 Khusus 1.3. Lain-Lain 285.855.579.363 291.138.559.606 338.352.267.849 441.396.675.046 604.895.255.465 20,61 Pendapatan Daerah Yang Syah 1.3.1. Hibah 4.317.280.500 274.965.960 620.260.400 2.850.867.500 1.098.871.150 (28,97) 1.3.2. Dana Darurat - - 1.3.3. Dana Bagi Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 1.3.4. Dana Penyesuaian otonomi Khusus 1.3.5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 42.520.993.248 52.123.160.215 61.818.959.046 78.970.083.000 102.295.243.670 24,54 212.692.777.080 183.826.480.000 243.523.976.630 308.494.252.000 437.896.092.000 19,79 26.324.528.535 54.913.953.431 32.389.071.773 51.081.472.546 63.605.048.645 24,68 Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015 Dari aspek kontribusi sumber-sumber pendapatan daerah, sebagaimana Gambar 3.1 menunjukkan bahwa dalam tahun 2011-2015, secara rata-rata sekitar 66,29% realisasi pendapatan daerah berasal dari Dana Perimbangan, kemudian 25,11% berasal dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan 8,59 % berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Gambar 3.1, juga menginformasikan dengan jelas bahwa kemandirian daerah dalam pembiayaan pembangunan masih rendah, karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan kontribusi yang sangat rendah, dibanding sumber-sumber pendapatan daerah lainnya. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 2

24,50 21,73 22,72 25,78 30,83 25,11 68,88 70,80 69,79 63,58 58,41 66,29 6,61 7,47 7,49 10,63 10,76 8,59 2011 2012 2013 2014 2015 RATA-RATA PAD Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Syah Gambar 3.1. Komposisi Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015 (%) Sumber :Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015. Pertumbuhan sumber-sumber pendapatan daerah juga cenderung fluktuatif. Dana perimbangan yang merupakan sumber utama pendapatan daerah memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 9,28% pertahun, terendah diantara komponen pendapatan daerah lainnya, dengan pola menunjukkan kecenderungan menurun mulai tahun 2012 s/d tahun 2015. Hal lain yang perlu dipahami bahwa DAU sebagai komponen utama Dana Perimbangan pertumbuhannya cenderung menurun, dan pada tahun 2015 hanya meningkat sebesar 3% dibanding tahun sebelumnya. Lain-Lain Pendapatan Daerah memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 20,61%. Pertumbuhan yang sangat tinggi ini terutama didongkrak oleh pertumbuhan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya yang tumbuh rata-rata sebesar 24,68% dan Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainyya yang tumbuh rata-rata 24,54% per tahun. Pendapatan Asli Daerah memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 28,62%, dan pertumbuhan yang cukup tinggi ini terutama didongkrak oleh pertumbuhan Pajak Daerah yang pada tahun 2014 tumbuh sebesar 68,08% karena munculnya jenis pendapatan baru dari PBB akibat kebijakan pendaerahan PBB Perdeesaan dan Perkotaan. Kondisi kenaikan dana perimbangan yang fluktuatif ini perlu diantisipasi dan disikapi, sehingga kedepan tidak menggangu kondisi keuangan daerah mengingat ini merupakan sumber utama pendapatan daerah. Secara lengkap pertumbuhan sumber-sumber pendapatan daerah, sebagaimana Gambar 3.2 di bawah ini. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 3

70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 2012 2013 2014 2015 RATA-RATA PAD 29,68 11,55 63,16 15,91 28,62 Dana Perimbangan 18,05 9,56 4,74 5,28 9,28 Lain-Lain Pendapatan Daerah 1,85 16,22 30,45 37,04 20,61 Total Pendapatan 14,85 11,16 14,96 14,60 13,88 Gambar 3.2. Pertumbuhan Sumber-sumber Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015 Sumber : Data diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015. Realisasi Belanja Daerah menunjukkan peningkatan dalam periode tahun 2011-2015, dari Rp. 1.110.643.920.205,- menjadi Rp. 1.877.830.486.893,- dengan rata-rata pertumbuhan belanja sebesar 13,03% per tahun. Belanja Tidak langsung meningkat dari Rp.829.951.001.576 pada tahun 2011 menjadi Rp. 1.292.465.986.782 pada tahun 2015 atau tumbuh rata-rata sebesar 11,71% per tahun, terutama didongkrak oleh pertumbuhan Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa yang tumbuh rata-rata sebesar 56,01% per tahun.. Belanja Langsung meningkat dari Rp.280.692.918.629 pada tahun 2011 menjadi Rp.585.364.500.111, atau tumbuh rata-rata sebesar 20,17% per tahun yang utama berasal dari pertumbuhan Belanja Modal yang tumbuh sebesar 29,39% per tahun. Tabel 3.2. Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015 Rata- Tahun Rata No Uraian Pertum buhan 2011 2012 2013 2014 2015 (%) 1 Belanja Tidak Langsung 829.951.001.576 965.323.437.371 1.027.942.348.142 1.159.533.183.849 1.292.465.986.782 11,71 Belanja Pegawai 759.116.812.300 860.211.381.442 904.174.085.497 1.034.526.490.204 1.082.573.762.737 9,28 Belanja Subsidi 159.052.500 86.994.000 80.271.000 83.124.000 56.648.000 (22,75) Belanja Hibah 16.375.487.000 25.695.730.000 18.525.438.500 14.792.611.000 29.397.894.645 15,75 Belanja Bantuan Sosial 1.804.500.000 4.340.000.000 4.278.000.000 6.763.000.000 617.500.000 (23,52) RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 4

No Uraian Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Rata- Tahun Rata 2011 2012 2013 2014 2015 Pertum buhan (%) 18.945.075.786 23.016.940.860 24.488.456.385 34.955.684.595 0 22,65 Belanja bantuan Keuangan Kepada Provinsi / kabupaten/kota dan Pemerintah Desa 30.346.176.800 49.806.746.469 72.922.989.800 68.412.274.050 179.764.181.400 56,01 Belanja Tidak Terduga 3.203.897.190 2.165.644.600 3.473.106.960 0 56.000.000 (63,64) 2 Belanja Langsung 280.692.918.629 359.872.149.526 421.303.099.525 493.046.680.545 585.364.500.111 20,17 Belanja Pegawai 35.227.165.296 39.054.371.088 38.613.344.137 47.258.568.170 81.158.978.796 23,20 Belanja Barang dan Jasa 134.145.320.275 135.003.339.197 190.640.953.092 221.900.555.840 192.214.694.144 9,41 Belanja Modal 111.320.433.058 185.814.439.241 192.048.802.296 223.887.556.535 311.990.827.171 29,39 3. Total Belanja 1.110.643.920.205 1.325.195.586.897 1.449.245.447.667 1.652.579.864.394 1.877.830.486.893 14,03 Sumber :Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015. Dilihat dari komposisi Belanja, Kelompok Belanja Tidak Langsung masih mendominasi Belanja daerah, rata-rata sebesar 71,50% per tahun dari total belanja. Sementara Belanja Langsung rata-rata sebesar 28,50% terhadap Total Belanja. Belanja Tidak Langsung yang masih sangat besar penyerapannya, terutama untuk Belanja Pegawai yang rata-rata menyerap sebesar 63,18% dari total belanja daerah setiap tahunnya. Sementara untuk Belanja Langsung, terbesar untuk membiayai Belanja Modal yang setiap tahun menyerap sekitar 13,49% dari total belanja dengan kecenderungan yang meningkat. No 1 Tabel 3.3 Proporsi Belanja Daerah Tahun 2011-2015 (%) Uraian Tahun Rata-Rata 2011 2012 2013 2014 2015 Belanja Tidak 74,7 72,8 70,9 70,2 68,8 71,50 Langsung Belanja Pegawai 68,3 64,9 62,4 62,6 57,7 63,18 Belanja Subsidi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,01 Belanja Hibah 1,5 1,9 1,3 0,9 1,6 1,43 Belanja Bantuan Sosial 0,2 0,3 0,3 0,4 0,0 0,25 Belanja Bagi Hasil 1,7 1,7 1,7 2,1-1,45 kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja bantuan 2,7 3,8 5,0 4,1 9,6 5,05 Keuangan Kepada Provinsi / kabupaten/kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduga 0,3 0,2 0,2-0,0 0,14 2 Belanja Langsung 25,3 27,2 29,1 29,8 31,2 28,50 Belanja Pegawai 3,2 2,9 2,7 2,9 4,3 3,19 Belanja Barang dan 12,1 10,2 13,2 13,4 10,2 11,82 Jasa Belanja Modal 10,0 14,0 13,3 13,5 16,6 13,49 Total Belanja 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,00 3. Sumber : Diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 5

Dilihat dari pengelompokan belanja menurut jenis Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tak terduga dan Belanja Transfer dalam periode 2011-2014, Belanja Operasi meningkat dari Rp. 977.174.514.171 menjadi Rp. 1.393.736.623.264, terbesar digunakan untuk belanja pegawai yang mencapai Rp. 1.081.785.058.374, pada tahun 2014. Belanja Modal meningkat dari Rp. 111.320.433.058 pada tahun 2011 menjadi Rp. 223.887.556.535 pada tahun 2014, sementara belanja Transfer meningkat dari Rp. 18.945.075.786 pada tahun 2011 menjadi Rp. 34.955.684.000. Tabel 3.4 Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja Tahun 2011-2014 NO. URAIAN 2011 2012 2013 2014 2 BELANJA 1.110.643.920.205 1.325.195.586.897 1.449.245.447.557 1.652.579.863.799 2.1. BELANJA OPERASI 977.174.514.171 1.114.198.562.196 1.229.235.082.026 1.393.736.623.264 2.1.1. Belanja Pegawai 794.343.977.596 899.265.752.530 942.787.429.634 1.081.785.058.374 2.1.2. Belanja Barang dan Jasa 134.145.320.275 135.003.339.197 190.640.953.092 221.900.555.840 2.1.3. Belanja Bunga 0 0 0 0 2.1.4. Belanja Subsidi 159.052.500 86.994.000 80.271.000 83.124.000 2.1.5. Belanja Hibah 1.804.500.000 25.695.730.000 18.525.438.500 14.792.611.000 2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 16.375.487.000 4.340.000.000 4.278.000.000 6.763.000.000 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa 2.1.7 2.2. 2.2.1 2.2.2. 2.2.3 2.2.4. 2.2.5. 2.2.6 2.3. 2.3.1 2.4. 2.4.1. 2.4.2. Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Asset Tetap Lainnya Belanja Asset lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga Transfer Transfer Bagi Hasil Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 30.346.176.800 49.806.746.469 72.922.989.800 68.412.274.050 111.320.433.058 185.814.439.241 192.048.802.186 223.887.556.535 4.735.156.150 3.608.521.420 4.376.295.500 5.238.152.249 36.398.024.374 43.914.628.092 52.940.798.054 45.724.870.420 15.244.555.750 79.612.579.449 72.850.122.166 70.695.964.342 50.544.505.968 43.497.499.150 55.506.252.376 100.794.956.524 4.071.285.816 15.001.224.880 5.823.934.090 396.702.000 326.905.000 179.986.250 551.400.000 1.036.911.000 3.203.897.190 2.165.644.600 3.473.106.960 0 3.203.897.190 2.165.644.600 3.473.106.960 0 18.945.075.786 23.016.940.860 24.488.456.385 34.955.684.000 18.945.075.786 23.016.940.860 24.488.456.385 34.955.684.000 1.547.814.010 3.834.629.360 0 0 2.4.3. Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014, 17.397.261.776 19.182.311.500 24.488.456.385 34.955.684.000 Dalam periode tersebut, rata-rata 85,3% total belanja digunakan untuk belanja operasi, dimana 79,1% dari belanja operasi tersebut digunakan untuk Belanja Pegawai. Belanja Modal rata-rata sebesar 12,7%, BelanjaTak terduga sebesar 0,23% dan Belanja Transfer sebesar 1,81%. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 6

Tabel 3.5. Proporsi Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja Tahun 2011-2014(%) NO. URAIAN 2011 2012 2013 2014 Rata- Rata 2 BELANJA 100 100 100 100 100 2.1. BELANJA OPERASI 87,98 84,08 84,82 84,34 85,30 2.1.1. Belanja Pegawai 81,29 80,71 76,70 77,62 79,08 2.1.2. Belanja Barang dan 13,73 12,12 15,51 15,92 14,32 Jasa 2.1.3. Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.4. Belanja Subsidi 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 2.1.5. Belanja Hibah 0,18 2,31 1,51 1,06 1,26 2.1.6 Belanja Bantuan 1,68 0,39 0,35 0,49 0,72 Sosial 2.1.7 Belanja Bantuan 3,11 4,47 5,93 4,91 4,60 Keuangan Kepada Pemerintah Desa 2.2. Belanja Modal 10,02 14,02 13,25 13,55 12,71 2.2.1 Belanja Tanah 4,25 1,94 2,28 2,34 2,70 2.2.2. Belanja Peralatan dan 32,70 23,63 27,57 20,42 26,08 Mesin 2.2.3 Belanja Gedung dan 13,69 42,85 37,93 31,58 31,51 Bangunan 2.2.4. Belanja Jalan, Irigasi 45,40 23,41 28,90 45,02 35,68 dan Jaringan 2.2.5. Belanja Asset Tetap 3,66 8,07 3,03 0,18 3,74 Lainnya 2.2.6 Belanja Asset lainnya 0,29 0,10 0,29 0,46 0,29 2.3. Belanja Tak Terduga 0,29 0,16 0,24 0,00 0,23 2.3.1 Belanja Tak Terduga 100,00 100,00 100,00 2.4. Transfer 1,71 1,74 1,69 2,12 1,81 2.4.1. Transfer Bagi Hasil 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 2.4.1.1. Bagi Hasil Retribusi 8,17 16,66 0,00 0,00 6,21 2.4.1.2 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 91,83 83,34 100,00 100,00 93,79 Sumber : Diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014, Dari aspek kenaikan realisasi belanja, dalam tahun 2011-2014, kenaikan rata-rata tertinggi adalah Belanja Modal sebesar 28,95% per tahun, dengan kenaikan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 66,92%. Belanja transfer juga memiliki rata-rata kenaikan yang tinggi RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 7

sebesar 23,5% per tahun, dan kenaikan tertinggi tahun 2014 sebesar 42,7%. Sementara untuk Belanja Operasi rata-rata kenaikan sebesar 12,58% per tahun. Tabel 3.6. Kenaikan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Tahun 2011-2014 (%) Uraian 2012 2013 2014 Rata-Rata Total Belanja 19,32 9,36 14,03 14,24 Belanja Operasi 14,02 10,32 13,38 12,58 Belanja Modal 66,92 3,36 16,58 28,95 Belanja Tak Terduga (32,4) 60,4 (100,0) (24,0) Transfer 21,5 6,4 42,7 23,5 Sumber : Diolah dari Buku Pertanggungjawaban APBD Kab. Wonogiri Tahun 2011-2014 Indikator lain yang menggambarkan keterbatasan keuangan daerah adalah Ruang Fiskal, yang menggambarkan kondisi keleluasaan/fleksibilatas daerah untuk mengalokasikan anggaran yang ada. Formulasi Ruang Fiskal ini berasal dari Pendapatan Daerah dikurangi pendapatan-pendapatan yang mengikat (ear market income), seperti DAK, Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Otonomi dan Penyesuaian Khusus dan Gaji Pegawai dari Belanja Tidak Langsung. Semakin besar ruang fiskal, menandakan tersedianya lebih banyak dana yang bisa direncanakan untuk dialokasikan bagi program-program prioritas daerah. Secara Absolut, dalam periode tahun 2010-2015 ruang fiskal tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp. 194,331 milyar dan terendah tahun 2015 sebesar 109,690 milyar. Secara prosentase ruang fiskal tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 14,84% dan terendah tahun 2015 sebesar 6,07%. Semakin membaiknya Ruang Fiskal daerah, memberi harapan bagi upaya pengelolaan anggaran berdasarkan prioritas daerah yang semakin besar, namun sebaliknya semakin rendahnya ruang fiskal daerah, semakin terbatasnya daerah untuk bisa mengalokasikan anggaran untuk program dan kegiatan prioritas daerah. 14,84 13,05 10,39 10,17 9,66 6,07 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 3.3. Ruang Fiskal Daerah Tahun 2009-2015 (%) Sumber : Data Diolah dari Buku APBD Tahun 2010-2015 RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 8

3.1.2. Neraca Daerah Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas (perusahaan, pemerintah atau lembaga) yang meliputi Asset, kewajiban dan equitas dana pada saat tertentu. Neraca daerah akan memberikan informasi kepada share holder (legislatif, eksekutif, masyarakat) terkait kekayaan dan kuwajiban Pemerintah Daerah, serta asset-asset yang potensial dikembangkan. Secara umum neraca daerah akan memberikan gambaran kemampuan keuangan daerah melalui perhitungan likuiditas, solvabilitas serta rasio efektivitas. a. Asset Asset merupakan sumberdaya ekonomi yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang memberi manfaat ekonomi maupun sosial kepada pemerintah dan masyarakat sebagai akibat dari masa lalu serta dapat diukur dalam satuan moneter.asset terdiri dari Asset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Asset Tetap dan Asset Lainnya. Asset Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam periode 2011-2014 menunjukan kecenderungan meningkat dari sebesar Rp.2.763.947.669.134 menjadi Rp. 3.289.682.423.460 atau meningkat ratarata 7.5% per tahun. Komponen Asset Pemerintah Kabupaten Wonogiri terbesar adalah Asset tetap yang meningkat dari Rp. 2.486.611.571.140 tahun 2011 menjadi Rp.2.870.175.214.903 tahun 2014. Komposisi Asset tetap terhadap total Asset dalam periode 2011-2014 sebesar 89,6%. Asset Lancar berupa Kas, Piutang dan Persediaan. Kontribusi asset lancar terhadap total asset dalam periode 2011-2015 sebesar 6,2%. Asset lancer meningkat dari Rp. 164.565.204.962 tahun 2011 menjadi Rp 253.122.855.274 pada tahun 2014, Komponen terbesar dari asset lancar adalah Uang Kas, yang mencapai rata-rata 88,8% terhadap asset lancar.investasi jangka panjang merupakan asset produktiv, yang diharapkan mampu memberikan hasil/income di masa-masa yang akan datang. Investasi Jangka Panjang meningkat dari Rp. 96.593.031.875 pada tahun 2011 menjadi Rp. 125.400.509.403 pada tahun 2014.Asset tetap adalah asset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun anggaran yang digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau digunakan oleh masyarakat umum. Asset tetap meningkat dari Rp 2.486.611.571.140 tahun 2011 menjadi Rp. 2.870.175.214.903 tahun 2014. Asset tetap ini terutama berupa jalan, irigasi dan jaringannya, tanah, gedung dan bangunan, mesin dan aset tetap lainya. b. Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari perisitiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran sumberdaya ekonomi pemerintah. Kewajiban memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Kewajiban RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 9

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Kewajiban Pemerintah Kabupaten Wonogiri meningkat dari Rp. 430.113.668 menjadi Rp. 2.618.032.732 pada tahun 2014, dengan proporsi terbesar berupa utang jangka pendek yang meningkat dari Rp. 215.056.834 pada tahun 2011 menjadi 2.618.032.732 tahun 2014. Sementara utang perhitungan pihak ke III menurun dari Rp. 18.881.834 pada tahun 2011 menjadi Rp. 7.676.865 tahun 2014. c. Equitas Equitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah, yang merupakan selisih antara Asset dan Kuwajiban Pemerintah Daerah. Equitas dana meliputi Equitas dana lancar dan equitas dana investasi. Equitas dana lancar merupakan selisih antara Asset Lancar dan Kuwajiban Jangka Pendek. Equitas dana investasi merupakan selisih antara jumlah investasi permanent, asset tetap dan asset lainnya (tidak termasuk dana cadangan) dengan nilai utang jangka panjang. Nilai dana equitas Pemerintah Kabupaten Wonogiri meningkat dari Rp.2.763.732.612.301 tahun 2011 menjadi Rp. 3.287.064.390.728 tahun 2014., terbesar berupa equitas dana investasi yang meningkat dari Rp.2.599.382.464.173 pada tahun 2011 menjadi Rp.3.036.559.568.186 tahun 2014. Neraca secara lengkap sebagaimana Tabel 3.7.di bawah ini. Tabel 3.7. Perkembangan Neraca Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014 NO. URAIAN 2014 2013 2012 2011 1 ASET 3.289.682.423.460 3.815.167.723.144 2.937.724.847.074 2.763.947.669.134 1.1. Aset Lancar 253.122.855.274 203.929.168.978 168.934.022.366 164.565.204.962 1.1.1. Kas 225.473.873.312 177.321.994.034 149.493.505.168 149.393.657.798 1.1.2. Piutang 16.738.139.803 13.221.307.712 5.100.146.042 3.756.845.146 1.1.3 Persediaan 10.910.842.159 13.385.867.232 14.340.371.156 11.414.702.018 1.2 Investasi Jangka Panjang 125.400.509.403 116.043.605.288 101.648.098.249 96.593.031.875 1..2.1 Investasi Non Permanen 14.013.950.000 15.690.321.000 15.727.785.750 33.329.630.325 1.2.1.1. Investasi Dana Bergulir 14.013.950.000 15.690.321.000 15.727.785.750 33.329.630.325 1.2.2. Investasi Permanen 111.386.559.403 100.353.284.288 85.920.312.499 63.263.401.550 1.2.2.1 Penyertaan modal Perusahaan Daerah 111.386.559.403 100.353.284.288 85.920.312.499 63.263.401.550 1.3. Aset Tetap 2.870.175.214.903 3.473.361.036.202 2.650.134.236.329 2.486.611.571.140 1.3.1 Tanah 933.365.407.402 896.521.154.184 249.875.157.134 232.482.182.044 1.3.2. Peralatan dan Mesin 352.064.902.943 298.492.037.257 263.106.574.759 224.121.118.413 1.3.2. Gedung dan Bangunan 814.536.729.041 742.885.075.520 683.089.833.935 625.625.042.312 1.3.3. Jalan, Irigasi dan Jaringan 697.150.688.101 1.458.422.697.052 1.394.651.410.385 1.360.621.283.980 1.3.4. Aset Tetap Lainnya 72.847.254.233 67.040.007.233 55.499.766.066 40.846.382.341 RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 10

NO. URAIAN 2014 2013 2012 2011 1.3.5 Konstruksi Dalam Pengerjaan 210.233.183 10.000.064.956 3.911.494.050 2.915.562.050 1.4. Aset Lainnya 40.983.843.880 21.833.912.677 17.008.490.130 16.177.861.157 1.4.1. Tagihan Penjualan Angsuran - - 1.4.2. Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Kerugian Daerah 1.4.3 Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah Lainnya 199.035.880 207.435.880 215.835.880 224.235.880 1.078.383.044 1.078.383.044 1.078.383.044 1.094.270.494 1.4.4. Kemitraan Dengan Pihak Ketiga - - - 1.4.5. Aset Tak Berwujud 4.668.092.369 4.182.481.740 3.026.056.147 2.629.238.997 1.4.6. Aset Lain-lain 35.038.332.587 16.365.612.013 12.688.215.059 12.230.115.786 2 KEWAJIBAN 2.618.032.732 4.444.018.196 4.411.112.905 430.113.668 2.1 Kewajiban Jangka Pendek 2.618.032.732 4.444.018.196 4.411.112.905 215.056.834 2.1.1. Utang Perhitungan Pihak Ketiga 7.676.865 4.677.899 19.964.260 18.881.834 2.1.2. Utang Pajak - - 2.1.3. Utang Bunga - - 2.1.4 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang DN - - 2.1.5. Pendapatan diterima muka - - 2.1.6. Utang Jangka Pendek Lainnya 2.610.355.867 4.439.340.297 4.391.148.645 196.175.000 3 EKUITAS DANA 3.287.064.390.728 3.810.723.704.948 2.933.313.734.169 2.763.732.612.301 3.1. Ekuitas Dana Lancar 250.504.822.542 199.485.150.782 164.522.909.461 164.350.148.128 3.1.1. SILPA 224.956.707.456 176.551.799.935 149.018.004.213 149.374.775.964 3.1.2. Pendapatan Yang Ditangguhkan 509.488.991 765.516.200 455.536.695-3.1.3 Cadangan Piutang 16.738.139.803 13.221.307.712 5.100.146.042 3.756.845.146 3.1.4. Cadangan Persediaan 10.910.842.159 13.385.867.232 14.340.371.156 11.414.702.018 3.1.5 Utang Jengka Pendek (2.610.355.867) (4.439.340.297) (4.391.148.645) (196.175.000) 3.2. Ekuitas Dana Investasi 3.036.559.568.186 3.611.238.554.167 2.768.790.824.708 2.599.382.464.173 3.2.1 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 3.2.2 Diinvestasikan Dalam Asset tetap 125.400.509.403 116.043.605.288 101.648.098.249 96.593.031.876 2.870.175.214.903 3.473.361.036.202 2.650.134.236.329 2.486.611.571.140 3.2.3. Diinvestasikan Dalam Asset Lainnya 4 JUMLAH KUWAJIBAN DAN EKUITAS 40.983.843.880 21.833.912.677 17.008.490.130 16.177.861.157 3.289.682.423.460 3.815.167.723.144 2.937.724.847.074 2.764.162.725.969 Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2014, Untuk mengetahui kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Wonogiri dilakukan melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana embangunan daerah. Analisis data neraca daerah sekurang-kurangnya dilakukan untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas, digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jenis rasio likuiditas yang digunakan untuk Pemerintah Daerah antara lain: a. Rasio lancar = aktiva lancar : kewajiban jangka pendek b. Rasio quick = (aktiva lancar persediaan ) : kewajiban jangka pendek Rasio Lancar digunakan kemampuan Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam membayar kuwajiban jangka pendeknya. Berdasarkan perhitungan nilai rasio lancar sebesar 765 pada tahun 2011, menurun menjadi 38,29 tahun 2012, RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 11

meningkat menjadi 45,88 tahun 2013 dan 96,68 tahun 2014. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Wonogiri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan utang jangka pendeknya. Nilai rasio lancar yang semakin besar menunjukkan semakin besarnya kemampuan untuk membayar kuwajibannya. Rasio Quick lebih akurat dibandingkan dengan rasio lancar karena telah mempertimbangkan persediaan dalam perhitungannya. Sebaiknya rasio ini tidak kurang dari 1. Berdasarkan perhitungan nilai Rasio Quick sebesar 712 pada tahun 2011, 35 pada tahun 2012, meningkat menjadi 43 tahun 2013 dan 93 pada tahun 2014. Berdasarkan perhitungan tersebut, setelah dikurangi dengan persediaan Pemerintah Kabupaten Wonogiri memiliki kemampuan yang baik untuk melunasi kuwajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Solvabilitas, digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Jenis rasio solvabilitas yang digunakan untuk Pemerintah Daerah antara lain: a. Rasio total hutang terhadap total aset = total hutang : total aset b. Rasio hutang terhadap modal = total hutang : total ekuitas. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar kuwajiban jangka panjangnya. Berdasarkan perhitungan, nilai rasio hutang terhadap asset sebesar 0,000156 pada tahun 2011, 0,00050 pada tahun 2012, 0,0011 pada tahun 2013 dan 0,000795 pada tahun 2014. Semakin kecil rasio ini menunjukkan kemampuan yang lebih baik bagi pemerintah daerah untuk menyelesaikan hutang jangka panjangnya. Berdasarkan data tersebut bisa dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Wonogiri memiliki kemampuan membayar hutang jangka panjang apabila akan melakukan pinjaman. Rasio kuwajiban terhadap equitas membandingkan secara langsung kuwajiban terhadap equitas. Berdasarkan perhitungan nilai rasio hutang terhadap modal adalah 0,000155 tahun 2011, 0,000150 tahun 2012, 0,00116 tahun 2013 dan 0,000796 tahun 2014. Semakin kecil rasio ini semakin baik, yang menunjukkan kemampuan yang semakin baik bagi Pemerintah Daerah untuk membayar hutang jangka panjangnya. 3. Rasio Aktivitas, digunakan untuk melihat tingkat aktivitas tertentu pada kegiatan pelayanan Pemerintah Daerah. Jenis rasio aktivitas yang digunakan untuk Pemerintah Daerah antara lain: a. Rata-rata umur piutang, yaitu rasio untuk melihat berapa lama, hari yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas), dihitung dengan formula sebagai berikut. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 12

Rata-rata umur piutang = 365 : Perputaran Piutang Dimana: Perputaran Piutang = pendapatan daerah / rata-rata piutang pendapatan daerah. Sedangkan, rata-rata piutang pendapatan daerah = (saldo awal piutang+ saldo akhir piutang) : 212. Berdasarkan tabel 3.6 rasio aktivitas cenderung menurun, yang berdampak pada menurunnya pendapatan daerah. b. Rata-rata umur persediaan, yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana NO. tertanam dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi pelayanan publik), dihitung dengan formula sebagai berikut.rata-rata umur persediaan = 365 : perputaran persediaan Dimana:Perputaran persediaan = nilai persediaan yang digunakan dalam satu tahun : rata-rata nilai persediaan.sedangkan, rata-rata nilai persediaan = (saldo awal persediaan + saldo). Rata-rata umur persediaan menunjukkan semakin menurun dari 406,39 pada tahun 2011 menjadi 182,5 tahun 2014, dan menunjukkan bahwa kemampuan daerah dalam mencukupi input berupa persediaan yang dimasukkan untuk menghasilkan output pelayanan publik relatif baik. Tabel 3.8. Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas Pemerintah Kabupaten Wonogiri URAIAN 1 Rasio Likuiditas Tahun 2011-2014 TAHUN 2014 2013 2012 2011 - Rasio Lancar 96,6843 45,8884 38,2973 765,2172 - Rasio Quick 93 43 35 712 2 Rasio Solvabilitas - Rasio Total Hutang terhadap total Asset - Rasio Hutang terhadap Modal 3 Rasio Aktivitas 0,0007958 0,0011648 0,0015015 0,0001556 0,00079647 0,00116619 0,00150380 0,00015563 - Rata-Rata Umur Piutang 2,7849 1,9528 1,0853 0,5117 - Rata-Rata Umur Persediaan 406,3984612 378,0134987 327,7670294 182,5 Sumber: Data Diolah 3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 3.2.1 Kebijakan Pendapatan Daerah Kebijakan pengelolaan keuangan meliputi kebijakan pengelolaan pendapatan dan kebijakan pengelolaan belanja daerah. Kebijakan pendapatan daerah yang dilaksanakan tetap dalam upaya optimalisasi seluruh potensi pendapatan dan menekan sekecil mungkin kebocoran pendapatan, sehingga kebijakan yang diarahkan dalam upaya tersebut adalah : RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 13

a. Perencanaan target PAD didasarkan pada potensi, terukur secara rasional tidak semata-mata didasarkan dari capaian tahun sebelumnya. b. Intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pendapatan Asli Daerah. c. Penerapan rewards dan punishment. d. Peningkatan sarana prasarana dan sumber daya manusia. e. Penguatan dan peningkatan kinerja BUMD. f. Peningkatan koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah pengelola pendapatan. g. Pendelegasian sebagian kewenangan kepada camat. h. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. i. Peningakatan kerjasama dengan pihak ketiga. j. Pemenuhan ketentuan-ketentuan teknis yang dipersyaratkan dalam memperolah dana dari pemerintah pusat dan pemerintah propinsi maupun sumber lainnya. Kebijakan belanja daerah tetap diarahkan dalam upaya penyelesaian permasalahan daerah, dan pemberian prioritas pada belanja-belanja pelayanan masyarakat. Kebijakan pengelolaan belanja daerah dalam periode 2011-2015 adalah sebagai berikut : a. Belanja non urusan atau program di setiap SKPD digunakan untuk mencukupi kebutuhan pelaksanaan pemerintahan untuk mendukung pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan. b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, sarana dan prasarana infrastruktur jalan dan jembatan, serta penyediaan fasilitas umum lainnya yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. c. Belanja dalam rangka peningkatan sarana prasarana infrastruktur jalan dan jembatan membutuhkan anggaran yang cukup besar. Hal ini disebabkan kondisi jalan di Kabupaten Wonogiri dalam kondisi rusak berat (darurat infrastruktur). d. Menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBD Kabupaten sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. e. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 14

daerah, termasuk investasi bidang pendidikan dan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat seperti pasar tradisional. f. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan secara terukur. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran. g. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. h. Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut : 1) Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman di perkotaan dan di perdesaan, pembangunan irigasi, jaringan jalan dan jembatan; 2) Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum, sosial,pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya standarpelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang - undangan; 3) Dana alokasi umum ditujukan untuk mendanai kebutuhan belanja pegawai negeri sipil daerah dan urusan wajib dalam rangkapeningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum beserta tunjangan-tunjangan yang mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta kinerja pegawai; 4) Dana alokasi khusus (DAK) dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatandan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan olehmenteri teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang - undangan; 5) Pemerintah daerah menyediakan dana pendamping/cost sharing pada program/kegiatan yang berasal dari pusat maupun provinsi sesuaidengan peraturan perundangan yang berlaku. i. Belanja Pegawai. 1) Besarnya penyediaan gaji pokok/tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) mempedomani ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil; RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 15

2) Penganggaran gaji dan tunjangan ketiga belas PNSD, tunjangan jabatan struktural/fungsional, dan Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP) berdasarklan beban kerja dan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan; 3) Untuk mengantisipasi pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD), pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD sesuai dengan jumlah CPNSD dan formasi pegawai yang direncanakan; 4) Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas PNSD, diberikan tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja dengan tetap mengacu pada ketentuan perundangan yang berlaku; 5) Dalam merencanakan belanja pegawai diperhitungkan "accres" gaji paling tinggi 2,5% yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi; 6) Pemberian honorarium bagi PNSD dibatasi dengan mempertimbangkan asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan penerimaan penghasilan, yang besarannya ditetapkan dalam keputusan kepala daerah. j. Hibah dan Bantuan Sosial 1) Penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD agar mempedomani peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Rekomendasi Kepala SKPD dan pertimbangan TAPD menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran hibah dan alokasi anggaran Bantuan Sosial dalam KUA PPAS. 2) Untuk optimalisasi fungsi APBD sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 16 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pengalokasian bantuan sosial tahun demi tahun diupayakan semakin berkurang agar APBD berfungsi sebagai instrumen pemerataan dan keadilan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengurangan jumlah bantuan sosial bertujuan agar dana APBD dapat dialokasikan mendanai program dan kegiatan pemerintahan daerah yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 16

perekonomian. Dengan demikian dapat dihindari adanya diskriminasi pengalokasian dana APBD yang hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja. k. Belanja Bantuan Keuangan 1) Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, pemerintah desa dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa atau pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan bagi daerah dan/atau desa penerima bantuan. 2) Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima bantuan, sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah/pemerintah daerah pemberi bantuan. Untuk pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dari APBD atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan. 3) Dalam rangka menghindari duplikasi penganggaran, dalam APBD kabupaten, urusan pemerintahan daerah yang bukan merupakan kewenangan kabupaten tidak dapat dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD Kabupaten, namun dapat dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Bantuan keuangan tersebut disalurkan ke kas penerima bantuan. 4) Untuk penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. l. Belanja Tidak Terduga Penganggaran Belanja Tidak Terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun-tahun sebelumnya, dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, termasuk pengembalian atas kelebihanpenerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang didukung denganbukti-bukti yang sah. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 17

Belanja Daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan, dengan menetapkan target capaian baik dalam kontek daerah, satuan kerja dan kegiatan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya. Tujuan penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan. Kebijakan Umum Anggaran Belanja Daerah, dengan mempertimbangkan antara lain : a) Mengutamakan belanja yang bersifat wajib (fix-cost) yaitu belanja pegawai. b) Menganggarkan belanja lainnya pada setiap perencanaan belanja yaitu belanja program di setiap SKPD, belanja urusan wajib dan urusan pilihan; c) Hemat, tidak mewah, efisien, sesuai kebutuhan yang disyaratkan; d) Kualitas anggaran, dalam alokasi belanja tidak hanya berorientasi pada pemenuhan ketentuan peraturan terkait jumlah alokasi untuk bidang tertentu, namun juga harus memperhatikan kualitas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. e) Terarah, terkendali sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan dana yang tersedia; f) Wajib menyediakan anggaran pendamping dan anggaran bantuan operasional bagi pelaksanaan bantuan program, baik yang berasal dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat maupun pihak lainnya sesuai ketentuan yang dipersyaratkan sepanjang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik kegiatan yang pelaksanaannya hanya 1 (satu) tahun anggaran maupun kegiatan yang pelaksanaannya lebih dari 1 (satu) tahun anggaran (multiyears); g) Selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan pengelolaan keuangan negara yang diwajibkan, yang dibatasi maupun yang dilarang; h) Kegiatan-kegiatan skala Desa maupun kegiatan skala Dusun akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa Kabupaten, Dana Desa dari APBN dan Bantuan Keuangan. i) Kegiatan-kegiatan skala Kelurahan maupun kegiatan skala Lingkungan akan dibiayai melalui Bantuan Operasional Kelurahandan program infrastruktur kelurahan; j) Pengalokasian belanja kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat serta prasarana infrastruktur jalan dan jembatan harus memperhatikan aspek pemerataan, keseimbangan antar wilayah dan keterpaduan dengan program/kegiatan dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat yang tengah dilaksanakan; RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 18

k) Penggunaan Anggaran dari Dana Alokasi Umum, diutamakan untuk mencukupi belanja wajib daerah utamanya pembayaran Gaji Pegawai Negeri Sipil dan tunjangan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kebijakan anggaran untuk belanja daerah terbagi kedalam dua bagian belanja yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, diupayakan agar Belanja Langsung mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Tidak Langsung. Dalam Kebijakan Umum APBD Tahun 2016 kebijakannya diarahkan antara lain : 1. Kebijakan Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, kebijakan untuk belanja ini adalah : a) Mengalokasikan belanja yang wajib/mengikat meliputi belanja pegawai daerah yang telah memperhitungkan tunjangan keluarga, gaji berkala, mutasi, tambahan penghasilan PNS dan penambahan CPNSD serta acress, serta belanja bagi hasil dan belanja bunga; b) Mengalokasikan belanja subsidi kepada perusahaan/lembaga. c) Mengalokasikan Belanja Hibah untuk mendukung fungsi penyelenggaraan Daerah antara lain : 1. Belanja Hibah kepada Kelompok/Anggota Masyarakat. 2. Belanja Hibah kepada Sekolah. d) Mengalokasikan belanja bantuan sosial kepada Kelompok Masyarakat. 1. Belanja Bantuan Sosial peningkatan kualitas rumah KK miskin. 2. Belanja bantuan sosial kepada panti asuhan. e) Mengalokasikan Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa, antara lain : 1. Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa. 2. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa lainnya. 3. Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai Politik. 2. Kebijakan Belanja Langsung Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan dengan kebijakan belanja adalah : a) Mengalokasikan belanja program penunjang untuk menjalankan tugas pokok fungsi SKPD yang didasarkan pada pencapaian misi pembangunan RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 19

jangka panjang daerah tahap ketiga Kabupaten Wonogiri melalui program non urusan, urusan wajib dan urusan pilihan. b) Mengalokasikan belanja operasional, pemeliharaan kantor dan peningkatan kualitas sumberdaya aparatur melalui program di setiap SKPD. c) Mengusahakan alokasi anggaran pendidikan minimal sebesar 20%. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional setelah Keputusan Mahkamah konstitusi pada pasal 49 yang menyatakan bahwa dana pendidikan termasuk gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan 20% dari APBN dan APBD. Alokasi anggaran tersebut akan dialokasikan untuk a) peningkatan pemerataan dan perluasan akses pendidikan; b) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; c) peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. d) Mengupayakan pencapaian SPM Bidang Kesehatan dengan alokasi anggaran belanja kesehatan secara bertahap mencapai 15%, yang diutamakan untuk pelayanan kesehatan dasar, pemenuhan obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat melalui pos pelayanan terpadu (posyandu), poliklinik kesehatan desa (PKD) dan peningkatan sarana dan prasarana pelayanan dasar. e) Mengupayakan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur jalan dan jembatan menjadi prioritas, dengan tetap memperhatikan ketersediaan sumber pembiayaan yang ada. f) Belanja modal secara bertahap akan diusahakan sekurang-kurangnya mencapai 30 % dari belanja daerah. Perlunya memberikan jaminan bagi pembiayaan program kesehatan bagi rakyat miskin dalam Program Kemitraan Pelayanan Kesehatan 3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran Dalam hal belanja daerah, khususnya Belanja Langsung, dalam periode 2011-2015 sekitar 82,2% anggaran Belanja Langsung untuk membiayai Urusan Pendidikan, Urusan Kesehatan, Urusan Pekerjaan Umum dan Urusan Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, sementara sisanya digunakan untuk membiayai 30 urusan lainnya. Gambar 3.6 memberi penjelasan bahwa dalam tahun 2014-2015, secara rata-rata Urusan Pendidikan menyerap 14,52% anggaran Belanja Langsung, Urusan Kesehatan 25,1%, Urusan Pekerjaan Umum 27,9%, Urusan Pemerintahan Umum dan Otda menyerap 14,6% dan 30 Urusan Pemerintahan lainnya menyerap 17,8%. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 20

14,6 17,8 14,5 25,1 Urusan Pendidikan Urusan Kesehatan Urusan Pekerjaan Umum 27,9 Urusan Otda, Pemerintahan Umum Urusan Lainnya Gambar 3.4. Proporsi Alokasi Belanja Langsung Tahun 2006-2015. Sumber : Data Diolah Dalam tahun 2011-2015 Belanja Tidak Langsung masih mendominasi belanja daerah, dengan rata-rata sebesar 71,50% terhadap total belanja daerah, sementara dalam periode yang sama proporsi Belanja Langsung terhadap belanja daerah ratarata sebesar 28,59%. Proporsi Belanja Tidak Langsung menunjukan kecenderungan menurun dalam periode tersebut, disebabkan penurunan proporsi Belanja Pegawai, Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial, sementara untuk proporsi Belanja Bantuan keuangan Kepada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa menunjukkan peningkatan. Belanja Tidak Langsung masih dodominasi Belanja Pegawai yang mencapai rata-rata 63,18% dari total belanja daerah, sementara Belanja Langsung terbesar masih untuk Belanja Barang dan Jasa dengan rata-rata sebesar 11,82%. Proporsi Belanja Modal terhadap total belanja relatif kecil, dalam periode 2011-2015 rata-rata sebesar 13,49% dengan kecenderungan meningkat.. NO. I. Tabel 3.9. Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Tahun 2011-2014 BELANJA Belanja Tidak Langsung dan Rencana Tahun 2015 (Juta Rupiah) 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi % Realisasi % Realisasi % Realisasi % 829.951 74,7 965.323 72,8 1.027.942 70,9 1.159.533 70,2 1 Belanja Pegawai 759.117 68,3 860.211 64,9 904.174 62,4 1.034.526 62,6 Realisas i 1.292.4 66 1.082.5 74 2 Belanja Subsidi 159 0,0 87 0,0 80 0,0 83 0,0 57 0,0 3 Belanja Hibah 16.375 1,5 25.696 1,9 18.525 1,3 14.793 0,9 29.398 1,6 4 5 Belanja bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten /Kota dan Pemerintah Desa 1.805 0,2 4.340 0,3 4.278 0,3 6.763 0,4 618 0,0 18.945 1,7 23.017 1,7 24.488 1,7 34.956 2,1 - - RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 21 % 68,8 57,7

NO. 6 7 BELANJA Belanja Bantuan keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten /Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak terduga 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi % Realisasi % Realisasi % Realisasi % Realisas i 30.346 2,7 49.807 3,8 72.923 5,0 68.412 4,1 179.764 9,6 3.204 0,3 2.166 0,2 3.473 0,2 - - 56 0,0 II Belanja Langsung 280.693 25,3 359.872 27,2 421.303 29,1 493.047 29,8 585.365 31,2 1 Belanja Pegawai 35.227 3,2 39.054 2,9 38.613 2,7 47.259 2,9 81.159 4,3 2 Belanja Barang dan Jasa 134.145 12,1 135.003 10,2 190.641 13,2 221.901 13,4 192.215 10,2 3 Belanja Modal 111.320 10,0 185.814 14,0 192.049 13,3 223.888 13,5 311.991 16,6 100, III Jumlah 1.110.644 1.325.196 100,0 1.449.245 100,0 1.652.580 100,0 0 Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015. 1.877.8 30 % 100,0 Belanja untuk pemenuhan aparatur dalam APBD Kabupaten Wonogiri masih dominan. Hal ini terlihat dari data pada tabel 3.10, yang menunjukkan proporsi belanja kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran daerah yang rata-rata mencapai 64,02%, dengan kecenderungan yang menurun dalam periode 2011-2015. Tabel 3.10. Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Tahun 2011-2015 NO. TOTAL BELANJA UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR TOTAL PENGELUARAN (BELANJA +PEMBIAYAAN PENGELUARAN) PROSENTASE 2011 794.343.977.596 1.119.876.920.205 70,93 2012 899.265.752.530 1.346.084.144.924 66,81 2013 942.774.705.134 1.464.806.027.557 64,36 2014 1.081.785.058.374 1.668.140.443.799 64,85 2015 1.163.732.741.533 2.190.194.193.757 53,13 Rata-Rata 64,02 Sumber : Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2011-2015. 3.2.2. Analisis Pembiayaan Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang digunakan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah, ketika terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan berasal dari Sisa lebih Anggaran Tahun lalu, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah dan penerimaan piutang daerah.sedangkan pengeluaran pembiayaan terdiri dari penyertaan modal daerah dan pembayaran pinjaman daerah. Gambaran pembiayaan pada APBD Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel 3.9. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun 2016-2021 III. 22