PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

Pengantar. Kalender Tanam Terpadu: Generasi Baru Perencanaan Tanam Menghadapi Perubahan Iklim

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Arti Penting Kalender Tanam (Katam) Padi

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. terhadap iklim secara langsung maupun tidak langsung akibat aktivitas manusia

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. diantara dua benua, dan dua samudra serta berada di sekitar garis equator yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Validasi Sistem Informasi Kalender Tanam Dinamis Terpadu Padi Sawah di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

SOSIALISASI REKOMENDASI TEKNOLOGI PTT BERDASARKAN KALENDER TANAM TERPADU MT II TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) KALENDER TANAM TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

1. BAB I PENDAHULUAN

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PENYESUAIAN SISTEM PENATAAN RUANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA KE-36 TAHUN 2016, DI KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH TANGGAL 29 OKTOBER 2016

Lampiran 1 Lokasi penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN RENCANA TANAM

PEMERINTAH KABUPATEN

VII. PEMBAHASAN UMUM PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM PADA SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI : Potensi dan Tantangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2012

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB VI PETANI PADI DI ANTARA CEKAMAN IKLIM DAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

KALENDER TANAM TERPADU MUSIM TANAM : MT III 2014 KECAMATAN : LONG HUBUNG KAB/KOTA : MAHAKAM HULU, PROVINSI : KALIMANTAN TIMUR

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto. Disamping Pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang menyediakan lapangan kerja yang tinggi, namun paling rawan terhadap dampak negatif perubahan perilaku iklim (McCarl et al. 2001; Yohe and Tol, 2002; Stern, 2006). Djunedi (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa menurut Jaffee et al (2008) dalam FAO (2011:16), ada delapan jenis risiko yang melekat pada rantai pasok sektor pertanian yaitu risiko cuaca/iklim, bencana alam, risiko lingkungan, risiko pasar, risiko logistik, risiko operasional, risiko kebijakan dan risiko politik. Masih terkait risiko, Lee et al. (1980) dalam Sumaryanto dan Nurmanaf, 2007; Pasaribu et al. (2010) menyebutkan terdapat enam penyebab ketidakpastian yang berpengaruh pada sektor pertanian yaitu 1) berhubungan dengan faktor alam (kekeringan, serbuan hama dan penyakit), 2) bencana (banjir, kebakaran, longsor, dan letusan gunung berapi), 3) fluktuasi harga (input dan output), 4) teknologi yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan produksi, 5) aksi pihak lain (sabotase, perampasan, dan perubahan peraturan), serta 6) kondisi petani/keluarga (meninggal, sakit parah). Perubahan iklim merupakan gejala alam yang telah terjadi pada semua level pada kawasan tertentu baik benua atau negara, maupun spesifik lokasi pada level kecamatan dengan area yang tidak begitu luas. Salah satu dampaknya adalah perubahan awal dan akhir musim tanam yang sangat berpengaruh terhadap pola tanam, luas tanam, produktivitas, dan produksi tanaman. Akibat perubahan iklim, hampir setiap tahun terjadi pergeseran musim terkait dengan 1

2 perubahan pola curah hujan. Petani juga berhadapan dengan kondisi iklim yang ekstrim, baik kering (El-Nino) maupun basah (La-Nina). Variabilitas iklim Indonesia sangat berkaitan erat dengan ENSO (El Niño Southern Oscillation) di Samudera Pasifik (Kirono & Khakim 1999; Naylor et al. 2002) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di Samudera Hindia (Saji et al. 1999; Webster et al. 1999; Ashok et al. 2001; Mulyana 2001). Pada suatu saat terjadi penurunan curah hujan yang mengakibatkan terjadinya kekeringan dan pada saat yang lain mengakibatkan tingginya curah hujan sehingga dapat menimbulkan banjir (Allan, 2000). Munculnya fenomena El Niño kuat sebanyak tujuh kali sepanjang dua puluh tahun terakhir disertai dengan terjadinya fenomena IOD positif yang hampir terjadi bersamaan mengakibatkan deraan kekeringan yang cukup serius. Berdasarkan peristiwa kekeringan yang terjadi sebanyak 43 kali sejak tahun 1844 1998, hanya enam peristiwa kekeringan yang tidak berkaitan dengan fenomena El-Nino (Boer and Subbiah 2005). Seperti halnya kekeringan yang terjadi antara tahun 1990 1997, dalam kurun waktu tersebut terjadi tiga kali kekeringan yang hebat yaitu tahun 1991, 1994 dan 1997. Demikian pula secara hampir bersamaan Saji et al. (1999) dan Webster et al. (1999) menyatakanbahwa pada tahun 1997 ketika terjadi El-Nino kuat, secara bersamaan terjadi pula IOD positif kuat di Samudera Hindia Kondisi iklim tersebut, memicu ancaman banjir, kekeringan dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berakibat langsung pada produktivitas dan produksi tanaman pangan, bahkan mungkin menjadi penyebab utama terjadi gagal panen. Perubahan pola curah hujan menjadi perhatian utama dalam menentukan waktu tanam yang tepat dan luas tanam, agar kesinambungan produktivitas dan produksi tanaman pangan nasional tidak terancam. Untuk itu, sangat diperlukan suatu pedoman, yang bisa membantu, aplikatif dan mudah dipergunakan. Sejak zaman dahulu petani sudah menggunakan kalender mangsa (kalender pertanian). Bulan/mangsa bervariasi antara 23-43 hari, dikarenakan posisi jawa yang sekitar 7 derajat di selatan khatulistiwa. Siklus tahun terbagi menjadi empat mangsa utama (ketiga, labuh, rendheng, & mareng) yang

3 panjangnya berbeda-beda. Awal Mangsa 1, biasanya dekat dengan Solstice (titik balik matahari) bulan Juni, ditandai dengan pleiades/wuluh/kartika dan orion/waluku di heliacal rising (Munculnya bintang-bintang terang tepat sebelum matahari terbit). Tengah tahun mangsa 6 dekat dengan solstice di bulan desember. Sistem kalender pranata mangsa dalam prakteknya cukuplah rumit, karena tidak hanya mempergunakan panduan benda langit, akan tetapi juga dengan fenomena alam yang menyertainya, meteorologi, ekologi, serta ungkapan sastra yang memperkayanya. Namun demikian kearifan lokal tersebut tidak dapat sepenuhnya dijadikan acuan dalam menetapkan awal musim tanam karena perubahan iklim dan semakin sulitnya menemukan indikator penanda musim. Fluktuasi curah hujan yang sangat dinamis akibat munculnya anomali iklim menyebabkan terjadinya pergeseran awal musim hujan dan musim kemarau. Dampak perubahan pola hujan dan pergeseran awal musim mengakibatkan perubahan waktu tanam yang dapat mempengaruhi maju mundurnya waktu tanam sehingga sangat menyulitkan petani yang telah terbiasa dengan kalender tanam yang dilakukan. Kehadiran teknologi inovasi sistem informasi Katam Terpadu (Katam Terpadu) memuat informasi penting seputar musim tanam padi, jagung dan kedelai. Katam Terpadu diharapkan dapat memberikan keyakinan dan kepastian kepada pengambil kebijakan, penyuluh, serta petani di daerah untuk menyusun kebutuhan definitif benih, jenis varietas, pupuk, dan mekanisasi pertanian. Hal tersebut berbeda untuk tanam padi pada lahan sawah tadah hujan, irigasi maupun pada lahan rawa. Banyak harapan yang tertumpu pada teknologi ini agar terjamin keberhasilan produksi padi pada tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional. Dengan adanya Katam Terpadu baik versi sms, website, buku dan android akan mampu memberikan penguatan dan pemahaman yang lebih komprehensif kepada para penyuluh dan pengambil kebijakan untuk keberhasilan pencapaian target produksi padi. Sosialisasi kalender tanam musim tanam II (MT II) tahun 2014 telah dilaksanakan oleh BPTP Yogyakarta pada tanggal 27 Februari 2014. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan bersama-sama dalam rangkaian kegiatan Workshop

4 rekomendasi teknologi PTT dan kalender tanam padi, jagung dan kedelai di d.i. Yogyakarta. peserta sosialisasi Katam Terpadu MT II ini berasal dari dinas pertanian Provinsi dan Kabupaten, BMKG DIY, badan ketahanan pangan dan penyuluhan (BKPP) D.I. Yogyakarta, badan ketahanan pangan dan pelaksana penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bantul, KP4K Kab. Kulon Progo, badan pelaksana penyuluhan dan ketahanan pangan (BP2KP) Kab. Gunung Kidul, penyuluh dari 64 BPP tingkat Kecamatan di seluruh DIY, dan perwakilan petani di DIY. Berdasarkan data diatas Kabupaten Gunung Kidul memiliki nilai validasi penggunaan kalender tanam, namun masih banyak petani yang belum bisa merasakan manfaatnya berdasarkan wawancara dengan Dinas Pertanian. Mayoritas petani memiliki permasalahan bagaimana menghadapi perubahan iklim ekstrim dan perubahan musim dalam budidaya tanaman dan usaha tani. Sementara itu, berbagai layanan informasi cuaca dan iklim yang diberikan oleh lembaga pemerintah, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi masih jauh dari jangkauan petani untuk dapat memanfaatkan informasi tersebut. Meskipun sebenarnya kalender tanam bukan hal baru karena sudah diterapkan oleh petani pendahulu dengan kalender mangsa, namun inovasi tersebut merupakan jalan baru menghadapi perubahan musim yang tidak menentu. berbeda dengan kalender mangsa yang masih berkiblat bahwa musim akan terus sama tanpa perubahan. Petani menjadi bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi, hal ini dikarenakan petani adalah pihak yang mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang ada. Proses pengambilan keputusan tentunya tidak hanya ditentukan oleh petani. Proses ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari petani dan sifat dari inovasi itu sendiri. Hal itulah yang coba dikaji dalam penelitian ini. Termasuk seberapa besar pengaruh faktor-faktor mempengaruhi pengambilan keputusan petani terhadap suatu inovasi, yaitu Katam Terpadu. Untuk itu maka dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani terhadap adopsi inovasi Katam Terpadu di Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul.

5 B. Perumusan Masalah Mayoritas petani memiliki permasalahan bagaimana menghadapi perubahan iklim ekstrim dan perubahan musim dalam budidaya tanaman dan usaha tani. Sementara itu, berbagai layanan informasi cuaca dan iklim yang diberikan oleh lembaga pemerintah, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi masih jauh dari jangkauan petani untuk dapat memanfaatkan informasi tersebut. Kabupaten Gunung kidul sejak tahun 2014 sudah melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan mengenai Katam Terpadu namun masih banyak petani yang belum bisa merasakan manfaatnya berdasarkan wawancara dengan dinas pertanian. Sistem informasi Katam Terpadu merupakan salah satu inovasi teknologi yang dipergunakan dalam rangka menunjang peningkatan produksi pertanian khususnya padi dan palawija di kabupaten Gunung Kidul. Upaya pemerintah untuk meningkatkan keberhasilan panen petani salah satunya melalui program Katam Terpadu ini, pemerintah berharap petani dapat mengakses dan memperoleh informasi mengenai musim tanam yang tepat sehingga mengarah pada peningkatan taraf ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani terhadap adopsi inovasi Katam Terpadu di Kabupaten Gunung Kidul dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sosial ekonomi, sikap petani terhadap inovasi, akses media komunikasi, kebutuhan dan faktor karakteristik/sifat inovasi. Oleh karena itu perlu dikaji lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani terhadap adopsi inovasi Katam Terpadu di kecamatan gedangsari kabupaten gunung kidul. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh sosial ekonomi, sikap petani terhadap inovasi, akses media komunikasi, kebutuhan dan faktor karakteristik inovasi secara parsial terhadap pengambilan keputusan petani pada inovasi Katam Terpadu? 2. Bagaimana pengaruh sosial ekonomi, sikap petani terhadap inovasi, akses media komunikasi, kebutuhan dan faktor karakteristik inovasi secara

6 simultan terhadap pengambilan keputusan petani pada inovasi Katam Terpadu? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah-masalah yang dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji pengaruh faktor sosial ekonomi, faktor sikap, faktor media komunikasi, faktor kebutuhan dan faktor karakteristik inovasi secara parsial terhadap pengambilan keputusan petani pada inovasi Katam Terpadu? 2. Mengkaji pengaruh faktor sosial ekonomi, faktor sikap, faktor media komunikasi, faktor kebutuhan dan faktor karakteristik inovasi secara simultan terhadap pengambilan keputusan petani pada inovasi Katam Terpadu?

7 D. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan yang diraih dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang harus kita pilih sebagi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 2. Bagi pengambil kebijakan dan lembaga terkait seperti BPTP dan Pemerintah dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi informasi untuk meneliti lebih lanjut dalam kajian yang sama.