PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 100/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 139/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 98/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 97/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/M-IND/PER/8/2010

pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten Kuningan; bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2\

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2OO5-2O25 (Lembaran Negara Republik. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO7 tentang

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1982 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

GUBERNUR SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-IND/PER/2/2010 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN ATAU MESIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat :

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kewenangan. Izin. Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN TENTANG

GUBERNUR PAPUA BARAT

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur telah menyusun Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 2014; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

Peraturan Menteri RI Nomor : 99/M-IND/PER/8/2010 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 2

Peraturan Menteri RI Nomor : 99/M-IND/PER/8/2010 13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode Tahun 2009-2014; 16. Peraturan Menteri Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen ; 17. Peraturan Menteri Nomor 120/M- IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan; 18. Peraturan Menteri Nomor 137/M- IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan; 19. Peraturan Menteri Nomor 52/M- IND/PER/4/2010 tentang Kedudukan dan Tugas Pejabat Kementerian dalam Masa Peralihan Struktur Organisasi; Memperhatikan : Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan pengembangan industri Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memuat sasaran, strategi dan rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk periode 5 (lima) tahun. 3

Peraturan Menteri RI Nomor : 99/M-IND/PER/8/2010 2. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, yang selanjutnya disebut KBLI adalah pengelompokan kegiatan ekonomi ke dalam klasifikasi usaha. 3. Pemangku Kepentingan adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, swasta, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga kemasyarakatan lain. 4. Menteri adalah Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perindustrian. Pasal 2 (1) Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, terdiri atas: a. Industri Pengolahan Jagung yang meliputi : 1. Industri tepung jagung (KBLI 10633); 2. Industri pakan ternak (KBLI 10801); dan b. Industri Pengolahan yang meliputi industri tepung karagenan (chips) (KBLI 10219). (2) Peta panduan industri unggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. (3) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan: a. pedoman operasional bagi Aparatur Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam menunjang pelaksanaan program pengembangan industri unggulan provinsi secara komplementer dan sinergik; b. pedoman pengembangan industri unggulan provinsi bagi pelaku industri pengolahan jagung dan rumput laut oleh pengusaha dan atau institusi terkait; c. pedoman dalam mengkoordinasikan perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan d. acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Provinsi dalam periode 2010 2014; dan e. informasi dalam menggalang dukungan sosial-politis dan kontrol sosial atas pelaksanaan kebijakan pengembangan industri unggulan provinsi. 4

Peraturan Menteri RI Nomor : 99/M-IND/PER/8/2010 Pasal 3 (1) Rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). (2) Pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan. Pasal 4 Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur harus membuat laporan kinerja semesteran kepada Menteri atas pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan menteri terkait. Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT TEMBUSAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada : 1. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II; 2. Eselon I di lingkungan Kementerian ; 3. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur; 4. Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur; 5. Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur; 6. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian ; 7. Pertinggal. 5

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TANGGAL : 30 Agustus 2010 PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR I II PENDAHULUAN INDUSTRI PENGOLAHAN JAGUNG 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi III INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT

PETA PANDUAN PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN Provinsi Nusa Tenggara Timur menentukan produk olahan jagung dan rumput laut sebagai industri unggulannya didasarkan atas pertimbangan hasil analisa terhadap kondisi, potensi ekonomi daerah dan potensi pengembangan 5 (lima) tahun ke depan serta keterkaitannya dengan industri penunjang, industri terkait dan industri di provinsi lain. Dalam rangka mengembangkan industri unggulan tersebut, disusun Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi tahun 2010-2014, yang memaparkan sasaran pengembangan yang ingin dicapai, strategi pengembangan serta rencana aksinya. II. INDUSTRI PENGOLAHAN JAGUNG 1. Sasaran Pengembangan Sasaran Jangka Menengah (2010-2014) a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan jagung sejumlah 50 unit usaha; b. Tumbuhnya industri pakan ternak dari limbah jagung 1 unit usaha. Sasaran Jangka Panjang (2015-2025) a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan jagung sejumlah 150 unit usaha; b. Tumbuhnya industri pakan ternak dari limbah jagung 5 unit usaha. 2. Strategi Pengembangan a. Penguatan kelembagaan petani jagung dan peningkatan kemampuan SDM petani jagung; b. Menumbuhkan industri berbasis jagung baik skala kecil maupun menengah; c. Peningkatan kerja sama dengan litbang dan perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi budidaya dan pengolahan jagung.

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/PER/8/2010 3. Kerangka Pengembangan KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN JAGUNG Industri Inti Industri Penunjang Industri Terkait Industri Pengolahan Jagung (Tepung Jagung, Pakan Ternak) Budidaya Jagung, Ind. Mesin/Peralatan, Kemasan, Transportasi Makanan, Farmasi Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) Sasaran Jangka Panjang (2015 2025) a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan jagung (tepung jagung) sejumlah 50 unit usaha; b. Tumbuhnya industri pakan ternak dari limbah jagung 1 unit usaha. Strategi a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan jagung sejumlah 150 unit usaha; b. Tumbuhnya industri pakan ternak dari limbah jagung 5 unit usaha. a. Penguatan kelembagaan petani jagung dan peningkatan kemampuan SDM petani jagung; b. Menumbuhkan industri berbasis jagung skala kecil dan menengah; c. Peningkatan Kerja sama dengan litbang dan Perguruan untuk pengembangan teknologi budidaya dan pengolahan jagung. Pokok Pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 2014) Pokok-Pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2015 2025) a. Penguatan kelembagaan petani dan IKM; b. Mengembangkan kemitraan di tingkat petani; c. Optimalisasi pemanfaatan lahan terlantar; d. Meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman jagung; e. Pembinaan dan pengembangan industri kecil pengolahan jagung; f. Mengembangkan pilot project industri pengolahan pakan ternak dari limbah jagung. Teknologi a. Tahap Inisiasi (2010-2014), Penerapan Sistem Jaminan Mutu; b. Tahap Pengembangan Cepat (2015-2025) Modifikasi dan Pengembangan teknologi pengolahan jagung; dan c. Tahap Matang (2025-2030), industry upgrading pengolahan jagung. Pasar a. Mengembangkan merek dan meningkatkan kualitas jagung NTT; b. Meningkatkan kemampuan pemasaran dan market intelligence; c. Meningkatkan akses dan kemampuan penetrasi pasar; d. Promosi ekspor dan fasilitasi perdagangan. Unsur Penunjang SDM 2 a. Menerapkan bioteknologi dalam budidaya; b. Mengembangkan diversifikasi produk; c. Mengembangkan resi gudang institusional, sumber dana dan investasi. a. Meningkatkan kemampuan petani; b. Pelatihan Manajemen Mutu; c. Peningkatan keahlian dan kemampuan SDM di bidang pengolahan; d. Pendampingan Langsung; e. Bantuan tenaga ahli; f. Magang ke daerah yang lebih maju. Infrastruktur a. Meningkatkan peran litbang; b. Penyediaan infrastruktur (akses transportasi, irigasi, listrik, telepon). Lokasi : Kota Kupang,Kabupaten Kupang, Ngada, Sumba Barat, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Flores Timur, Nagekeo dan Sumba Timur.

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/PER/8/2010 NO 4. Rencana Aksi RENCANA AKSI 1. Penguatan Kelembagaan Petani dan IKM : a. Pendampingan Tenaga Penyuluh; b. Pembentukan Kelompok tani. 2. Mengembangkan kemitraan di tingkat petani: a. Sosialisasi Program Pengembangan Jagung; b. Temu Usaha antara, Koperasi dan Petani. 3. Optimalisasi pemanfaatan lahan tidur: a. Sosialisasi Pemanfaatan Lahan Tidur; b. Bantuan Alsintan; c. Layanan Perbaikan Alsintan. 4. Meningkatkan Kemampuan Petani: a. Bimbingan Teknis Budi daya Jagung yang baik; b. Dukungan modal kerja. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN JAGUNG 2010-2014 PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Dinas Pertanian/ Perguruan pertanian Perkebunan Dinas Koperasi dan Koperasi dan LIPI Pertanian BPPT Pertanian Koperasi dan Dinas Koperasi dan Dinas Pertanian/ Perkebunan Dinas Koperasi dan Dinas Pertanian/ Perkebunan Dinas Koperasi dan Dinas Pertanian/ Perkebunan Kelompok Tani Koperasi Unit Desa IKM Kelompok Tani Perbankan LSM Perguruan Lembaga Penelitian Perguruan 3

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/PER/8/2010 NO RENCANA AKSI 5. Mengembangkan pilot project industri pengolahan jagung terpadu. 6. Meningkatkan sarana dan prasarana: a. Peningkatan sarana jalan ke sentra produksi; b. Pemasangan sumber energi di sentra produksi. PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Perusahaan LSM, Milik Kelompok Tani Dinas Pertanian / Daerah Pengusa IKM Perkebunan Perbankan Dinas Peternakan Dinas Koperasi dan BPPT Koperasi dan Pertanian PU ESDM Dinas PU Dinas Pertambangan PLN 7. Meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman jagung: a. Bantuan bibit unggul; b. Fasilitasi Ketersediaan Pupuk. Pertanian BPPT Dinas Pertanian/ Perkebunan Distributor pupuk Perguruang 8. Mengembangkan IKM pengolahan jagung a. Bantuan Mesin Peralatan; b. Bimbingan Teknologi Proses Pengolahan; c. Layanan Pendampingan Langsung; d. Bantuan Permodalan. Koperasi dan Dinas Koperasi dan Perbankan Perguruan LSM 4

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/8/2010 III. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT 1. Sasaran Pengembangan Sasaran Jangka Menengah (2010-2014) a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan rumput laut dengan aneka pangan sebanyak 15 unit usaha; b. Berdirinya pabrik tepung karagenan (chips) skala menengah 2 perusahaan. Sasaran Jangka Panjang (2015-2025) a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan rumput laut dengan aneka pangan sebanyak 50 unit usaha; b. Adanya industri tepung karagenan (chips) skala menengah 3 perusahaan; c. Tumbuhnya industri berbahan baku tepung rumput laut 1 perusahaan. 2. Strategi Pengembangan a. Penguatan kelembagaan budidaya rumput laut dan peningkatan kemampuan SDM untuk peningkatan mutu dan jumlah produksi rumput laut; b. Menumbuhkan industri pengolahan rumput laut baik skala kecil maupun menengah; c. Peningkatan kerjasama dengan litbang dan perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi budi daya dan pengolahan rumput laut. 5

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/8/2010 3. Kerangka Pengembangan KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT Industri Inti Industri Penunjang Industri Terkait Pengolahan rumput laut Budidaya rumput laut, industri mesin peralatan, industri kemasan dan jasa transportasi Makanan dan minuman, farmasi Sasaran Jangka Menengah (2010-2014) a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan rumput laut dengan aneka pangan sebanyak 15 unit usaha; b. Berdirinya pabrik tepung karagenan (chips) skala menengah 2 perusahaan. Strategi Sasaran Jangka Panjang (2015-2025) a. Tumbuhnya industri kecil pengolahan rumput laut dengan aneka pangan sebanyak 50 unit usaha; b. Adanya industri tepung karagenan (chips) skala menengah 3 perusahaan; c. Tumbuhnya industri berbahan baku tepung rumput laut 1 perusahaan. a. Penguatan kelembagaan budidaya rumput laut dan peningkatan kemampuan SDM untuk peningkatan mutu dan jumlah produksi rumput laut; b. Menumbuhkan industri pengolahan rumput laut baik skala kecil maupun menengah; c. Peningkatan kerjasama dengan litbang dan perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi budi daya dan pengolahan rumput laut. Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010-2014) a. Meningkatkan produktivitas rumput laut b. Meningkatkan mutu rumput laut dan rumput laut olahan melalui: Penerapan SNI; Peningkatan teknologi. c. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan antara nelayan dengan pengusaha industri: d. Mendorong investasi industri pengolahan rumput laut melalui: Promosi investasi; Menumbuhkan Unit Usaha Karagenan dan Olahan; Menciptakan iklim usaha yang kondusif (insentif, perizinan dan fiskal). e. Meningkatkan kualitas SDM melalui diklat, magang dan lain-lain; f. Meningkatkan koordinasi dengan stakeholders; g. Membangun fasilitas pengering rumput laut dan keragenan di sentra-sentra produksi; h. Membangun kerjasama antar wilayah penghasil rumput laut. i. Meningkatkan kerjasama dengan balitbang dan perguruan tinggi Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2015-2025) a. Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan rumput laut; b. Mengembangkan industri berbasis rumput laut; c. Mengembangkan riset dan teknologi untuk industri rumput laut olahan. 6

Periodisasi Peningkatan Teknologi a. Tahap Inisiasi (2010-2014), Adopsi Good Agriculture Practices (GAP), pengembangan biogenetika; b. Tahap Pengembangan cepat (2015-2025) modifikasi dan pengembangan teknologi pengolahan rumput laut; c. Tahap Matang (2025-2030) Industry up grading. Pasar a. Mengembangkan merk dan meningkatkan kualitas rumput laut NTT; b. Meningkatkan kemampuan pemasaran dan market intelligence; c. Meningkatkan akses dan kemampuan penetrasi pasar ekspor; d. Promosi dan fasilitasi perdagangan. Unsur Penunjang SDM Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/8/2010 a. Pelatihan manajemen mutu, GMP dan ISO 9000; b. Peningkatan pengetahuan teknologi; c. Peningkatan keahlian dan kemampuan SDM di bidang pengolahan rumput laut; d. Pendampingan Langsung; e. Bantuan tenaga ahli; f. Magang ke daerah yang lebih maju. Infrastruktur a. Meningkatkan peran litbang dan akademisi; b. Pembangunan infrastruktur lainnya. Lokasi : Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumba Timur, Sikka, Flores Timur, Lembata, dan Kota Kupang. 7

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/PER/8/2010 4. Rencana Aksi RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT 2010-2014 NO RENCANA AKSI 1. Peningkatan Produktivitas PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Dinas Asosiasi Perguruan dan Kelautan Dinas Koperasi dan Koperasi dan LIPI 2. Peningkatan mutu rumput laut dan rumput laut olahan melalui : Penerapan SNI; Peningkatan teknologi. BSN LIPI Dinas dan Kelautan Dinas Koperasi dan Asosiasi Perguruan Lembaga Penelitian 3. Peningkatan kerjasama dan kemitraan antara nelayan dengan pengusaha industri Koperasi dan Dinas dan Kelautan Dinas Koperasi dan Asosiasi Rumput Laut Industri Rumput Laut 8

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/PER/8/2010 NO RENCANA AKSI 4. Fasilitasi Kerjasama Antar Wilayah Penghasil Rumput Laut PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Asosiasi Dinas dan Kelautan 5. Kajian Strategi pengembangan a. Kajian Strategi; b. Workshop hasil kajian. Dinas dan Kelautan Asosiasi Perguruan Lembaga Penelitian 6. Kebijakan Pajak Ekspor Perdagangan Dinas Koperindag Dinas dan Kelautan Asosiasi 7. Kerjasama dengan lembaga penelitian/perguruan tinggi Koperasi dan Dinas Koperindag Dinas dan Kelautan Balitbangda Asosiasi Lembaga Penelitian/ Perguruan 9

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/PER/8/2010 NO RENCANA AKSI 8. Pengembangan teknologi industri pengolahan rumput laut PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Asosiasi Perguruan Dinas Koperasi dan LIPI Koperasi dan Dinas dan Kelautan Balitbangda Balai Besar Industri 9. Pilot project Industri pengolahan Dinas dan Kelautan Asosiasi Perguruan 10. Bantuan mesin/peralatan Pengolahan Koperasi dan LIPI Dinas Koperasi Dinas dan Kelautan Industri Permesinan Perguruan Balai industri 10

Lampiran Peraturan Menteri RI Nomor: 99/M-IND/PER/8/2010 NO RENCANA AKSI 11. Pendirian unit pengolahan di sentra PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014 Asosiasi Perguruan Dinas dan Kelautan 12. Peningkatan akses pasar a. Pembentukan kelembagaan sentra b. Misi Dagang c. Kerjasama pemasaran antar wilayah produsen d. MoU (petani dengan pengusaha fasilitasi Pemda) Perdagangan Koperasi dan Dinas Koperasi Dinas dan Kelautan Asosiasi Rumput Laut Industri Rumput Laut Perguruan Telkom 13. Peningkatan kualitas SDM a. Pelatihan Budidaya b. Diklat Pemasaran c. Pelatihan Kewirausahaan d. Pelatihan Aneka Produk dari e. Magang Pengolahan f. Diklat pengemasan. Perdagangan PPEI Dinas Koperasi dan Dinas dan Kelautan Asosiasi Perguruan Lembaga Diklat Balai Besar 11