DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

Journal of Mechanical Engineering Learning

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-275

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON TINGGI

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH HEAT TREATMENT

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

Dimas Hardjo Subowo NRP

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PENGARUH ARUS DAN JARAK KAMPUH PENGELASAN TERHADAP DISTORSI SAMBUNGAN PELAT BAJA KARBON RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN SMAW

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.1 Tahun 2014: 9-16 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Analisa Pengaruh Jenis Elektroda terhadap Laju Korosi pada Pengelasan Pipa API 5L Grade X65 dengan Media Korosi FeCl 3

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No. 01 November 2016 ISSN

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

JURNAL PENGARUH VARIASI KAMPUH V TERBUKA DAN FLUIDA PENDINGIN PADA LAS MIG TERHADAP KEKUATAN TARIK MENGGUNAKAN BAJA ST 41

STUDI LAJU KOROSI WELD JOINT MATERIAL A36 PADA UNDERWATER WELDING

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 36 DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI 1 Muhammad Akhlis Rizza, 2 Agus Dani 1,2 Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang, Jl. Sukarno Hatta 9, Malang 65141 1 Muh.Akhlis@polinema.ac.id 2 agus.dani@yahoo.co.id Abstrak Pada hasil proses las, sering ditemui kasus korosi pada sambungan las. Naiknya kadar polusi lingkungan yang terjadi saat ini meningkatkan risiko korosi pada logam. Korosi dapat dihindari dengan proses tambahan berupa pengecatan atau dengan merancang proses las yang mampu mengurangi laju korosi. Tujuan penelitian untuk analisis desain proses las yang mampu mengurangi korosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tegangan sisa diupayakan untuk dihindari agar menurunkan laju korosi pada proses las. Pengelasan dengan preheating pada temperatur sekitar 500 dan 600 o C memberi pengaruh yang baik pada pengurangan kecepatan korosi dibandingkan dengan preheating pada temperatur sekitar 400 o C. Beberapa jenis kampuh las yang diteliti pada sampel bahan yang mengalami preheating pada temperatur sekitar 500 dan 600 o C terjadi kehilangan bahan 0,5-0,69% pada uji korosi selama 14 hari. Sedangkan bahan dengan preheating pada temperatur sekitar 400 o C mengalami kehilangan bahan senilai 0,57%-0,76%. Bentuk kampuh las juga mempengaruhi laju korosi. Pengelasan dengan kampuh las tipe X dan V lebih tahan korosi daripada pengelasan dengan kampuh las 1/2X dan 1/2V. Pada uji korosi selama 14 hari, sampel dengan kampuh las X dan V mengalami kehilangan berat senilai 0,5-0,59%. Sampel dengan kampuh las 1/2V dan 1/2X kehilangan 0,58-0,76% terhadap berat. Kata kunci-kata kunci: Korosi, pengelasan, tegangan sisa. 1. Pendahuluan Keselamatan pada transportasi sangat dipengaruhi oleh kekuatan bahan yang dipakai pada alat/sarana transportasi. Misal: kekuatan bahan sambungan las yang ada pada kerangka jembatan dapat menurun akibat korosi. Karena itu, korosi sedapat mungkin dikendalikan agar tidak membahayakan. Pada masa sekarang ini, perlu peningkatan perhatian terhadap korosi karena tingginya tingkat polusi pada lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat korosi (Rao dkk, 2014) Korosi adalah proses perubahan struktur logam yang menimbulkan kerapuhan yang disebabkan baik oleh reaksi elektrokimia maupun reaksi oksidasi, sebagai akibat adanya sel konsentrasi dari ion logam, atau juga akibat adanya proses galvanik. Korosi dapat menurunkan kekuatan susunan konstruksi jembatan, kendaraan, bangunan, sehingga dapat membahayakan manusia. Jutaan dollar hilang setiap tahun karena korosi. Kebanyakan kerugian terjadi pada kontruksi dengan bahan baku dalah baja dan besi (Kadry, 2008). Pengendalian laju korosi dapat dilakukan dengan cara sbb.: pengecatan, pengendalian lingkungan, serta pemilihan desain proses yang baik, termasuk desain pengelasan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses pengelasan yang dapat berpengaruh terjadinya korosi, antara lain: Desain Weldment, Teknik fabrikasi, Praktek pengelasan, Weld slag, Penetrasi las, Porositas,

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 37 Retak, High residual stress, dan Pemilihan filler. Korosi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: korosi basah dan korosi kering (Fontana, 1987). Korosi basah terjadi ketika terdapat cairan elektrolit dalam lingkungan logam yang terkorosi. Hampir sebagian besar peristiwa korosi adalah termasuk tipe tersebut. Korosi kering terjadi pada kondisi ketika lingkungan berada di atas titik penguapannya, contoh: korosi akibat uap panas lanjut dan gas-gas korosif. Korosi kering seringkali berhubungan dengan temperatur tinggi. Teknik penyambungan logam dengan menggunakan las telah dipergunakan secara luas dalam bidang konstruksi, baik itu konstruksi bangunan maupun dalam bidang teknik mesin. Luasnya penggunaan tersebut adalah karena fleksibilitas dari proses las. Pada proses las konstruksi bangunan, konstruksi bidang teknik mesin atau untuk keperluan reparasi, diperlukan adanya perencanaan yang baik, meliputi: 1. Jenis dan bahan las yang akan dipergunakan, 2. Cara pengelasan, dan 3. Cara pemeriksaan hasil lasan. (Wiryosumarto dan Okumura, 2000) Selain tiga hal tersebut, penggunaan konstruksi las pada lingkungan yang korosif membutuhkan juga pertimbanganpertimbangan dari segi ketahanan korosinya. Korosi pada konstruksi las dapat menurunkan umur dari konstruksi las karena menurunkan sifat mekanik dari logam hasil lasan. Tegangan sisa (residual stress) adalah tegangan yang tetap berada pada bahan meskipun beban luar (external load) dilepas dari bahan tersebut. Tegangan sisa dapat ditimbulkan dari aktivitas termal maupun akibat deformasi, sehingga pada proses las dipastikan terjadi tegangan sisa (Wibowo, 2007). Residual stress dapat berupa tegangan tarik atau tekan. Hal tersebut menyebabkan residual stress dapat bermanfaat atau dapat merugikan. Tegangan sisa yang terjadi pada pengelasan mempengaruhi tingkat kecepatan korosi. 2. Metode Penelitian tersebut adalah penelitian eksperimental skala laboratorium untuk menganalisis pengaruh bentuk kampuh, dan pemanasan mula, terhadap ketahanan korosi sambungan las dengan bahan baku besi dengan menggunakan las listrik. Bahan pengkorosi adalah NaCl 5%. Alat dan bahan yang dipakai: a. Besi jenis SAE grade G 3500 (Komposisi persentase berat adalah 0,2% Al, 0,54% Si, 0,29% K, 0,41% Ca, 1,02% Mn, dan 97,55% Fe). b. Jenis bahan las adalah RB 26 dan B14 c. Peralatan las listrik dengan pengaturan arus sebesar 80-130A. d. Persentase pelarut NaCl adalah 5%. e. Camera dengan pembesaran mikro. Urutan proses penelitiannya ialah: a. Bahan di-machining untuk mendapatkan bentuk kampuh yang diinginkan, yaitu kampuh las dengan tipe V, X, 1/2V, 1/2X. Gambar 1: Desain kampuh las b. Proses preheating pada temperatur sekitar 400 o C, 500 o C, dan 600 o C selama 30 menit. c. Proses las oleh welder bersertfiikat

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 38 Tabel 1. Hasil uji korosi selama 14 hari dengan pelarut NaCl sebesar 5% Hasil uji korosi Preheating Tipe (% berat) 0 C Kampuh Tersisa Yg hilang 400 1/2 V 99.24% 0.76% 500 1/2 V 99.36% 0.64% 600 1/2 V 99.31% 0.69% 400 1/2 X 99.29% 0.71% 500 1/2 X 99.42% 0.58% 600 1/2 X 99.40% 0.60% 400 V 99.41% 0.59% 500 V 99.49% 0.51% 600 V 99.42% 0.58% 400 X 99.43% 0.57% 500 X 99.43% 0.57% 600 X 99.50% 0.50% Gambar 2: Proses las d. Pengambilan sampel pada daerah HAZ e. Proses uji korosi selama 14 hari 3. Hasil Dan Pembahasan Hasil uji korosi selama 14 hari dengan pelarut NaCl sebesar 5% sebagaimana Tabel 1. Cooling rate yang lambat pada proses las akan menurunkan gradien temperatur saat pembekuan logam las. Cooling rate yang lambat juga mengurangi pembentukan tegangan sisa. Pada pengelasan dan preheating dengan temperatur tinggi dapat menurunkan angka cooling rate. Maka proses solidifikasi juga melambat. Hal tersebut menyebabkan butiran logam memiliki waktu cukup untuk tumbuh, sehingga kekerasan bahan menurun, artinya pada pengelasan tanpa preheating, cooling rate sangat cepat. Selain itu, pre heating membuat temperatur menjadi seragam khususnya pada daerah HAZ. Hal tersebut menurunkan gradient temperature. Pada pengelasan dengan pre heating 400 0 C, bahan yang hilang pada uji korosi 14 hari senilai 0,57-0,76%. Sedangkan proses las dengan preheating 500 0 C, bahan yang hilang senilai 0,51-0,64%. Untuk proses preheating 600 0 C, bahan yang hilang senilai 0,50-069%.

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 39 Gambar 3: Berat spesimen vs waktu korosi untuk preheating 400 o C Gambar 4 Berat spesimen vs waktu korosi untuk preheating 500 o C

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 40 Gambar 5: Berat spesimen vs waktu korosi untuk preheating 600 o C Bentuk kampuh las juga berpengaruh pada tingkat tegangan sisa yang terjadi. Hal tersebut dapat dipahami mengingat jumlah panas yang diberikan saat proses welding untuk masing-masing bentuk kampuh akan berbeda. Bentuk kampuh las X dan V mendapatkan panas yang tinggi, sedangkan bentuk kampuh las 1/2X dan 1/2V tidak memperoleh panas yang tinggi. Pada bahan yang menggunakan kampuh las tipe X dan V, kehilangan bahan akibat uji korosi selama 14 hari senilai 0,5-0,59%. Sedangkan sampel dengan kampuh las tipe 1/2V dan 1/2X kehilangan bahan senilai 0,6-0,76%. Dengan menggunakan kamera, secara mikrostruktur diketahui bahwa korosi yang terjadi ialah korosi jenis pitting corrosion. Hal tersebut menunjukkan peran Chlorida dalam terjadinya korosi. Gambar 3: Pitting Corrosion Penelitian laboratorium mengenai besarnya tegangan sisa yang terjadi menunjukkan sampel yang paling tahan korosi pada penelitian tersebut memiliki tegangan sisa sebesar 1,7 MPa, yaitu sampel dengan bentuk kampuh las X dan mengalami preheating 600 o C. Sedangkan sampel yang paling cepat mengalami korosi memiliki tegangan sisa sebesar 5,2 Mpa, yaitu sampel dengan bentuk kampuh las 1/2V dan preheating 400 o C. 4. Simpulan Simpulan atas pembahasan: a. Proses preheating dan bentuk kampuh las mempengaruhi terjadinya tegangan sisa.

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 41 Tegangan sisa berpengaruh pada laju korosi, b. Temperatur proses preheating yang disarankan ialah di atas 400 o C, dan c. Bentuk kampuh las X dan V lebih tahan terhadap korosi daripada bahan las dengan bentuk kampuh las 1/2V dan 1/2X. Daftar Pustaka Fontana, M. G. (1987). Corrosion Engineering. New York: Mc Graw Hill Book Company. Kadry, S. (2008). Corrosion Analysis of Stainless Steel, European Journal of Scientific Research, pp. 508-516. Rao, N. V., Rajasekhar, M., dan Rao, G. C. (2014). Detrimental effect of Air pollution, Corrosion on Building Materials and Historical Structures. American Journal of Engineering Research, pp. 359-364. Wibowo, A. (2007). Pengaruh Tegangan Sisa Terhadap Frekuensi Nada Dasar Perunggu, Seminar Nasional Teknologi 2007, (pp. B1-B5). Yogyakarta. Wiryosumarto, H., dan Okumura, T. (2000). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita.