BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 lanjut usia atau lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60 tahun), baik itu pria maupun wanita (Kushariyadi, 2010). Berdasarkan sensus penduduk diperoleh data bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia menjadi 18,2 juta jiwa (8,2%) dan pada tahun 2015 menjadi 24,4 juta jiwa (10%) (Erliana, 2008). Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Hal ini akan berakibat tuntutan sumber-sumber yang harus disediakan oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga, khususnya dalam lingkup pembangunan kesejahteraan sosial semakin besar. Selain itu, lansia juga harus dapat melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraannya, yaitu dengan memenuhi kebutuhan dasarnya. Akan tetapi kebutuhan dasar yang sering kali tidak disadari peranannya adalah kebutuhan tidur dan istirahat (Kaplan dan Sadock, 1997). Salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan tidur dan istirahat adalah gangguan tidur. Padahal tidak terpenuhinya kebutuhan akan tidur dan istirahat dapat memberikan dampak negatif, termasuk pada kesehatan. Di Amerika Serikat, biaya kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan tidur mencapai sekitar seratus juta dolar per tahun. Gangguan tidur merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 1995). 1
2 Gangguan ini paling sering di alami dikarenakan oleh akibat yang timbul dari tidak adekuatnya kebutuhan tidur secara perlahan, yaitu baru akan dirasakan jika sudah terjadi pada kerusakan fungsi otak, oleh karena itu dalam penelitian ini akan lebih difokuskan pada kebutuhan tidur (Erliana, 2008). Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (AIPNI, dalam Nursing Journal, 2010). Berbagai penelitian menandakan bahwa masalah tidur sering terjadi dan penting pada lanjut usia, yang melaporkan menggunakan waktu di tempat tidur lebih lama tetapi tidak tidur, sering bangun pada malam hari, dan sulit untuk memulai tidur kembali. Untuk mengatasi gangguan tersebut, obat hipnotik yang di jual secara bebas dan alkohol sering di gunakan untuk menginduksi tidur. Suatu penelitian menyatakan bahwa orang lanjut usia, yang berjumlah kira-kira 12% dari total populasi, menerima 25% resep obat hipnotik. Survey di institusi perawatan jangka panjang menemukan bahwa terdapat jumlah yang besar sekali obat sedative dan trankuiliser yang diberikan pada pasien-pasien tersebut, padahal pemberian obat sedative ataupun hipnotik dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan komplikasi dan efek yang berbahaya (Herrera, dalam The Merck Manual of Geriatrics, 1997). Karena itulah, terapi non medis, salah satunya adalah aromaterapi diperlukan sebagai alternative mengatasi insomnia tersebut, dengan harapan insomnia teratasi tanpa adanya efek samping yang berbahaya bagi kesehatan.
3 Aromaterapi merupakan istilah yang dipakai untuk proses penyembuhan yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan tubuh, mental dan emosional. Menurut Dr. Alan Huck (Neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebihdari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks(jaelani, 2009). Selain aromaterapi, terapi relaksasi adalah salah satu contoh terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan tidur, termasuk insomnia. Menurut Hakim (2004: 41) relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun. Efek yang dihasilkan adalah perasaan senang, relaksasi mulai digunakan untuk mengurangi ketegangan psikis yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan. Tedapat banyak macam teknik relaksasi yang bisa dilakukan. Miltenberger (dalam Corey, 2005) mengemukakan ada empat macam tipe relaksasi, yaitu: 1. Relaksasi otot (progresive muscle relaxation) 2. Pernafasan (diaphragmatic breathing) 3. Meditasi (attention-focussing exercises) 4. Relaksasi perilaku (behavioral relaxation training) Namun dibandingkan dengan jenis terapi di atas, aromaterapi memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan terapi-terapi lainnya, termasuk terapi
4 relaksasi, antara lain bisa dilakukan dalam berbagai tempat dan keadaan; tidak mengganggu aktifitas yang bersangkutan; dapat menimbulkan rasa senang pada orang lain; cara pemakaiannya tergolong praktis dan efesien; serta efek zat yang ditimbulkannya tergolong cukup aman bagi tubuh. Khasiatnya terbukti cukup manjur dan tidak kalah dengan metode terapi lainnya (Jaelani, 2009). Setiap jenis aromaterapi memiliki manfaat dan pengaruh yang berbeda-beda. Salah satunya jenis cendana yang mempunyai efek stimulasi sekaligus relaksasi sehingga baik untuk terapi pada orang yang memiliki gangguan tidur; lavender juga merupakan jenis yang memiliki efek relaksasi yang sama-sama dapat digunakan pada orang yang memiliki gangguan tidur, termasuk insomnia (Anonim, 2009). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan manfaat dari aromaterapi, termasuk pengaruhnya pada orang dengan gangguan tidur, dan hasilnya adalah terdapat pengaruh aromaterapi terhadap gangguan tidur. Namun, belum ada penelitian tentang perbedaanefektifitas jenis aromaterapi tertentu, seperti cendana dan lavender yang sama-sama mempunyai efek relaksasi yang sangat baik untuk mengatasi masalah gangguan tidur, terutama insomnia. Karena itulah, penelitian ini di rasa sangat diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efektifitas jenis aromaterapi itu sendiri, sehingga dapat diketahui aromaterapi jenis mana yang sangat efektif untuk mengatasi masalah insomnia, terutama pada lansia. Panti Werdha Pangesti merupakan salah satu panti Werdha swasta yang ada di kota Malang, tepatnya di jl. Sumber Mlaten No. 13 Lawang Malang. Merupakan rumah perawatan dan pelayanan lansia. Di panti ini terdapat 82 orang lansia yang tinggal, terdiri dari 35 orang laki-laki dan 47 orang wanita. Berdasarkan survey peneliti pada studi pendahuluan di panti ini, didapat data bahwa hampir 90% lansia yang tinggal mengalami gangguan tidur, yang ditandai oleh kesulitan memulai tidur
5 dan bangun terlalu pagi, berdasarkan literatur, gangguan tidur dengan gejala tersebut digolongkan insomnia. Kepala panti mengatakan bahwa mayoritas lansia bangun antara jam 2 hingga 3 dini hari, dan sejauh ini belum ada intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlunya solusi untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di panti werdha Pangesti Lawang, dengan harapan akan didapat solusi tepat mengatasi masalah insomnia di panti tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada perbedaan efektifitas pemberian aromaterapijenis Cendana dan Lavender terhadap insomnia pada lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui adanya perbedaanefektifitas pemberian aromaterapi jenis Cendana dan Lavender terhadap Insomnia pada lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat Insomnia yang di alami lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang
6 b. Untuk mengetahui perubahan tingkat insomnia sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi jenis Cendana pada lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang c. Untuk mengetahui perubahan tingkat insomnia sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi jenis Lavender pada lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang d. Untuk mengetahui adanya perbedaan efektifitas pemberian aromaterapi jenis Cendana dan Lavender terhadap Insomnia pada lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang D. Manfaat 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan berupa jenis aromaterapi yang efektif untuk mengatasi insomnia, yang nantinya dapat diterapkan dalam profesi keperawatan. 2. Bagi Lansia Lansia dapat meningkatkan pengetahuan dalam hal mengatasi masalah insomnia. Penelitian ini dapat memberikan referensi dan masukan tentang jenis aromaterapi yang efektif untuk mengatasi insomnia. 3. Bagi Peneliti Melalui penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam praktek nyata melalui suatu penelitian.
7 4. Bagi Institusi Penelitian ini dapat menjadi referensi yang berguna bagi institusi, khususnya mahasiswa yang ingin mencari referensi tentang topik terkait ataupun ingin meneliti lebih jauh. 5. Bagi Panti Werdha Pangesti Hasil penelitian akan sangat berguna bagi panti terkait, yaitu sebagai salah satu solusi untuk mengatasi gangguan tidur-insomnia yang dialami oleh sebagian besar lansia di panti tersebut. E. Keaslian Penelitian Peneliti menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penelitian tentang Perbedaan Efektifitas Pemberian Aromaterapi Jenis Lavender dan Cendana adalah hasil pemikiran asli peneliti dan belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti lain. Sedangkan penelitian yang berhubungan dengan yang dilakukun peneliti adalah: 1. Megasari, Novy. 2010. Meneliti tentang Pengaruh Terapi Musik Jawa Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan. Hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh yang signifikan terapi music jawa terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia. 2. Erliana, E. Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif (Progresif Muscle Relaxation) di BPSTW Ciparay Bandung. Penelitian ini menggunakanmetode Quasi Eksperimen tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan One Group Pretest-Postest Design dan dengan sampel sebanyak 29 orang dan diambil 9 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini
8 menggunakan Uji Wilcoxon Match Paired TestHasil penelitian mengenai perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan terhadaptingkat insomnia lansia. 3. Gusnul. 2009. Pengaruh Aromaterapi Terhadap Insomnia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada lansia. Penelitian ini adalah penelitian experimental, menggunakan desain penelitian Quasy-experiment dengan 15 orang lansia sebagai kelompok perlakuan dan 15 orang lansia sebagai kelompok.kontrol, analisa data menggunakan uji statistik t test. Pengumpulan sampel menggunakan metode Purposive sampling diperoleh 30 sampel. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan derajat insomnia pada kelompok perlakuan. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terapi komplementer aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan tingkat insomnia pada lansia.