BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan kualitas hidup telah digariskan dalam tujuan Pembangunan Nasional. Untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia sebagai penjabaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya peranan berbagai pihak dan sektor sangat penting di bidang kesehatan sebagaimana telah digariskan sistem kesehatan Nasional maka upaya peningkatan kemampuan masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial sangatlah penting, salah satunya adalah penyediaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan. 1 Secara umum makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi. Agar makanan sehat bagi konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, cara pengolahan makanan, pengangkutan makanan dan penyajian makanan. 2 Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting dan seiring dengan kemajuan zaman, banyak orang yang tidak sempat menyiapkan makanan sendiri yaitu makanan yang akan dikonsumsi. Kenyataan ini juga mendorong semakin tumbuh berkembangnya institusi pelayanan jasa boga seperti : warung makan, restoran, katering, kafe bahkan warung tenda dan lesehan. Dewasa ini konsumen juga lebih selektif dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi. Salah satu pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pemilihan adalah faktor keamanan makanan. 3 Banyak kejadian wabah penyakit perut justru disebabkan oleh karena kelalaian dari pengusaha yang kurang memperhatikan kebersihan dan cara pengolahan makanan dan minuman, pengetahuan yang cukup tentang higiene sanitasi makanan bagi pengelola makanan akan dapat memproduksi makanan yang memenuhi syarat mutu dan keamanan yang diharapkan. 4
Dalam pengolahan makanan baik di rumah, rumah tangga, tempat-tempat umum maupun perusahaan dalam hal ini adalah kantin sekolah perlu diperhatikan higiene sanitasi agar tidak menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh makanan tercemar, karena makanan yang tercemar akan berakibat buruk pada kesehatan terutama gangguan pada saluran pencernaan. 5 Kejadian keracunan makanan di Propinsi Jawa Tengah dari data sekunder oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang bahwa laporan kejadian khusus 3 tahun terakhir (tahun 2000, 2001, 2002) di Kota Semarang tercatat kejadian keracunan makanan sebanyak 370 orang dan kejadian di seluruh Propinsi Jawa Tengah sebanyak 2984 orang, 14 orang meninggal dunia. 6 Survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang pada tahun 1999 di tempat pengelolaan makanan memperlihatkan tingginya tingkat kontaminasi baik bahan kimia maupun mikroba terhadap contoh-contoh makanan yang diperiksa (38,64%). Makanan-makanan yang terkontaminasi atau tercemar tersebut dapat menyebabkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya dengan gejala muntah-muntah dan diare. 7 Penelitian tentang perilaku pengelola makanan yang telah dilakukan oleh Abujono, S.P (1998) di Kabupaten Magelang Jawa Tengah yang menemukan bahwa : hasil pemeriksaan laboratorium terhadap makanan buatan kantin sekolah yang paling banyak dibeli murid dan guru ternyata 61,84 % mengandung koliform dan pemeriksaan terhadap wadah makanan kantin 35,53 % mengandung koliform. Walaupun pada hasil Uji Statistik dengan menggunakan Chi Square Test tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku pengelola makanan kantin yang dengan kualitas bakteri yang ada dalam makanan kantin dengan kualitas bakteri yang ada dalam makanan yang dikelola. 8 H.L. Bloom (1989) menyebutkan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Keempat faktor terebut saling terkait dan faktor perilaku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1994) menyebutkan bahwa hal-hal yang perlu diwaspadai terhadap faktor pengelola makanan ialah keadaan kesehatan badan dan perilakunya dalam mengelola makanan. Peringatan tersebut diperkuat oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
362/MENKES/PER/IV/1993, tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga yang diundangkan oleh Departemen Kesehatan RI di Jakarta tahun 2002. Dalam Peraturan tersebut persyaratan pembuat makanan atau pengelola makanan pada usaha jasa boga adalah meliputi kesehatan badan, kebersihan pakaian, alat-alat yang digunakan dan lingkungan. 9 Sesuai kenyataan bahwa masih banyak produsen yang memproduksi makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan sehingga dapat membahayakan kesehatan. Salah satu faktor penyebabnya yaitu masih terbatasnya produsen yang mempunyai pengetahuan yang cukup terutama mengenai pengetahuan higiene yang aman dan bermutu supaya makanan itu bersih dan sehat. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama. Harus disadari bahwa pendidikan dan latihan terhadap personel yang bekerja pada pelayanan makanan di bidang sanitasi adalah penting sekali. 4 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTN) 01 Gemuh berada di wilayah Kabupaten Kendal dengan jumlah siswa sebanyak 836 siswa. Kantin merupakan suatu tempat yang digunakan untuk makan atau minum bagi siswa, guru dan karyawan sekolah. Keberadaan kantin sekolah tersebut di samping mempunyai dampak positif yaitu memudahkan siswa, guru, dan karyawan sehingga tidak meninggalkan lokasi sekolah pada saat jam istirahat juga mempunyai dampak negatif, seperti adanya kejadian penyakit saluran pencernaan dengan gejala muntah-muntah dan diare yang diperkirakan berasal dari keracunan makanan karena mengkonsumsi makanan yng ada di kantin sekolah tersebut. Data penyakit diare dari laporan Puskesmas Gemuh tahun 2002/2003, siswa yang tercatat menderita penyakit diare sejumlah 366 siswa. Jumlah penderita penyakit diare menduduki peringkat ke 5 dari 10 besar penyakit yang dilaporkan. Pada survei awal yang dilakukan dengan mengambil data sekunder dari Puskesmas Kecamatan Gemuh selama 3 bulan, yaitu bulan Agustus, September dan Oktober pada tahun 2004, diketahui bahwa 86 siswa menderita penyakit diare setelah makan di kantin sekolah tersebut. Dari survei tersebut kemungkinan terjadinya diare pada siswa SLTP N 01 Gemuh disebabkan tercemarnya makanan karena perilaku pengelola makanan dalam mengelola makanan di kantin SLTP N 01 Gemuh.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap tentang makanan dengan praktik pengelolaan makanan di kantin di SLTP N 01 Gemuh? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan, dan sikap tentang makanan dengan praktik pengelolaan makanan di kantin di SLTP N 01 Gemuh 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan karakteristik pengelola kantin (umur, jenis kelamin dan lama bekerja). b. Mendiskripsikan pengetahuan tentang makanan. c. Mendiskripsikan sikap tentang makanan. d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan praktik pengelolaan makanan. e. Menganalisis hubungan antara sikap dan praktik dengan pengelolaan makanan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Merupakan pengalaman langsung dalam memahami proses berfikir ilmiah dan meningkatkan daya kritis terhadap permasalahan lingkungan.
2. Bagi Pengelola Makanan Sebagai bahan masukan dalam mengelola makanan dan lingkungan yang sehat. 3. Bagi Akademik Sebagai tambahan informasi tentang perilaku pengelola makanan dalam mengelola makanan di kantin sekolah. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Lingkup keilmuan penelitian ini pada bidang kesehatan masyarakat khususnya perilaku pengelola makanan dalam mengelola makanan di kantin. 2. Lingkup Materi Lingkup materi yang diambil sebagai penelitian adalah perilaku pengelola makanan yang meliputi : pengetahuan, sikap dan praktik pengelola makanan dalam mengelola makanan di kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 01 Gemuh Kendal. 3. Lingkup Lokasi Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantin sekolah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 01 Gemuh Kendal.