BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan penegasan istilah. 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya yang majemuk atau bisa disebut negara multikultural karena terdiri dari berbagai macam budaya, ras, bahasa, dan agama yang terbentang dari Sabang sampai Marauke. Secara historis bangsa Indonesia merupakan bekas penjajahan kolonial mulai dari bangsa Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang. Bahkan kolonial Belanda menjajah sampai tiga setengah abad lamanya dan pada akhirnya bangsa Indonesia dapat merdeka dan terlepas dari penjajah pada tanggal 17 agustus 1945 yang di proklamirkan oleh Sang proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultural dan secara historis berdirinya negara Indonesia melalui proses sejarah yang sangat panjang dan penuh perjuangan sehingga pada akhirnya menjadi negara yang berdaulat atau negara yang merdeka sampai saat ini. Semua itu tidak lepas dari rasa kebersamaan, gotong royong, senasib- seperjuangan dan rasa cinta tanah air yang dikenal dengan rasa Nasionalisme. Indonesia dalam catatan sejarah pernah menjadi negara Federal/Serikat yang terbagi menjadi beberapa negara bagian yang dirumuskan pada saat Konfrensi Meja Bundar (KMB) oleh perwakilan Belanda dan Indonesia tentang 1
pengakuan kedaulatan Indonesia dari pihak Belanda. Tanggal 14 desember 1949 dirumuskannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS) di Den Haag. Namun, pada dasarnya masyarakat Indonesia masih mempunyai semangat nasionalisme terhadap bangsa dan negara yaitu menginginkan negara Indonesia sebagai negara kesatuan bukan negara federal/serikat, karena pembentukan negara federal/serikat itu tidak lepas dari kepentingan Belanda untuk memecah belah Negara Kesatuan Indonesia, dan akhirnya terjadi penolakan oleh masyarakat di berbagai macam daerah yang berlandaskan pada pasal 43 dan 44 konstitusi RIS yang berbunyi penggabungan negara dapat dilakukan jika dikehendaki oleh rakyat dan diatur undang-undang federal. Melalui dekrit Presiden 5 Juli 1959. akhirnya konstitusi Indonesia kembali ke UUD 1945. Berdasarkan perspektif sejarah tersebut masyarakat pada saat itu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme demi menjaga rasa kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Nasionalisme mempunyai peran penting dalam menjaga keutuhan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan UUD 1945 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dibangun dilakukan atas nama kesatuan, kebersamaan dan kepentingan bersama, dalam konteks berbangsa dan bernegara. Nasionalisme selain dalam konteks berbangsa dan bernegara, juga mempunyai peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Buwono (2007:85), nasionalisme sering kali dikonotasikan dengan aspek-aspek emosional, kolektif, dan idola serta sarat memori historis. Nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi atau rasa, seperti seperasaan, sepenanggungan, seperantauan, 2
kebersamaan dan senasib. Dalam hal ini sesuai dengan Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultural dari berbagai macam budaya, suku, ras, agama, dan bahasa, apabila tidak disertai rasa kebersamaan, gotong-royong dan toleransi maka akan terjadi perpecahan antar kelompok masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman nilai-nilai nasionalisme harus tertanam pada seluruh individu demi terjaganya rasa kebersamaan dan cinta tanah air dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, semangat dan nilai-nilai nasionalisme seakan-akan sudah mulai luntur karena terkikis oleh modernisasi dan globalisai, Menurut Suhanadji dan Waspodo (2004:92) Globalisasi merupakan determinasi sejarah yang tidak bisa dihindari bagi setiap bangsa atau negara, sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap sedangkan Modernisasi menurut Alatas (dalam Suhanadji dan Waspodo 2004:7) adalah proses penerapan ilmu pengetahuan yang meliputi semua segi kehidupan manusia pada tingkat yang berbeda-beda di mana masyarakat modern lebih mengedepankan hak individu daripada kepentingan bersama. Hal tersebut terbukti di wilayah perkotaan di mana tatanan masyarakat perkotaan cenderung individualistis. Selain itu dengan adanya modernisasi masyarakat dituntut untuk selalu mengejar ketinggalan dalam hal teknologi yang dampaknya masyarakat cenderung konsumtif. Globalisasi selain berdampak positif karena tidak ada lagi batasan wilayah antar negara, globalisasi yang mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, apabila tidak disertai dengan rasa nasionalisme yang kuat maka akan berdampak negatif. Contoh dari aspek ideologi, adalah: Pancasila sebagai ideologi negara sudah mulai dikikis oleh 3
masuknya ideologi kapitalisme dan liberalisme yang berdampak terhadap aspek politik dan ekonomi, dari aspek sosial-budaya dengan adanya globalisasi yang tidak lagi mengenal batas wilayah maka budaya-budaya luar dapat masuk ke Indonesia sehingga muncul yang namanya Westernisasi. Hal ini berdampak terhadap kearifan lokal yang saat ini sebagian masyarakat sudah menganggap sesuatu yang ketinggalan jaman, padahal kearifan lokal itu mencerminkan karakter dan identitas bangsa. Berdasarkan pendekatan empiris lunturnya nilai-nilai nasionalisme selain dari adanya modernisasi dan globalisasi, juga disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai nasionalisme itu sendiri. Hal itu di buktikan dengan terjadinya beberapa kasus dalam negeri misalnya tindak pidana korupsi, anarkisme mengatasnamakan agama dan golongan, perang antar suku, bahkan aksi terorisme. Hal tersebut adalah representasi dari lunturnya nilai-nilai nasionalisme di lingkungan masyarakat. Bangsa dan negara yang besar dapat dilihat dari semangat nasionalisme masyarakatnya. Oleh karena itu, dengan lunturnya nilai-nilai nasionalisme baik dari faktor eksternal yakni dengan adanya modernisasi dan globalisasi maupun faktor internal yakni, kurangnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai nasionalisme, maka akan berdampak dengan hilangnya karakter dan identitas bangsa. Oleh karena itu, untuk mencegah lunturnya nilai-nilai nasionalisme, perlu adanya penyegaran kembali tentang spirit nasionalisme kepada kader-kader bangsa, terutama generasi muda yang akan menjadi penerus estafet kepemimpinan bangsa ke depan dan berharap kepemimpinan pemuda ini bisa membawa masa depan bangsa ke arah yang lebih baik. 4
Peran pemuda terutama Mahasiswa Menurut Ilahi (2012:44), dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, peran pemuda sangat signifikan dalam mengawal peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Dilihat dari perspektif sejarah selalu menjadi pelopor terdepan dalam menentukan masa depan bangsa dengan aksi gerakan pemuda (Youth movement). Dengan kata lain, gerakan pemuda menjadi kekuatan utama yang melahirkan revolusi bersar-besaran bagi perjalanan penting sebuah bangsa. Demikian pula dengan sejarah pemuda di Indonesia yang meghadirkan idealisme revolusioner dengan tercetusnya Sumpah Pemuda 1928 yang melahirkan konsep nasionalisme baru bagi bangsa Indonesia. Mahasiswa mempunyai kedudukan penting dalam tatanan masyarakat yaitu sebagai kaum intelektual dengan slogan sebagai agen of change dan agen of future. Dalam hal ini dapat dilihat dari semangat nasionalisme yang tertuang ke dalam aksi gerakan mahasiswa Indonesia secara nasional pada tahun 1998 yang menjadi pelopor terdepan Reformasi dengan meruntuhkan rezim orde baru. Dengan kata lain, bangsa dan negara Indonesia ke depan dapat dilihat dari kiprah mahasiswa saat ini. Pasca reformasi yang telah berselang 16 tahun, peran mahasiswa sebagai kaum intelektual dengan slogan agen of change dan agen of future. telah mengalami penurunan begitu juga dengan spirit nasionalismenya. Menurut Ilahi (2012: 46), peran penting pemuda bagi perjalanan bangsa secara faktual memang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Pemuda dalam kesempatan mendatang merupakan generasi penerus yang diharapkan mampu memberikan konstribusi signifikan bagi perbaikan dan kemajuan bangsa yang mengalami berbagai macam krisis kepemimpinan. Dalam konteks ini dapat dilihat dari fenomena yang terjadi 5
di kalangan mahasiswa saat ini yang tidak lepas dari segala bentuk hedonisme, konsumerisme, krisis kepemimpian, materialisme, dan apatisme. Pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme di Kota Malang pada umumnya bisa di bilang rendah. Hal itu dibuktikan dengan beberapa fenomena yang terjadi di lingkungan mahasiswa, misalnya: kejadian beberapa waktu lalu yang terjadi di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang yang salah satu mahasiswa baru pada saat mengikuti OSPEK meninggal dunia. Ironisnya kejadian tersebut dilakukan oleh mahasiswa seniornya sendiri. Mahasiswa di Kota Malang berkecendrungan bergaya hidup hedonis dan matrealis. Bahkan tindakan kriminal seperti pencurian, penipuan, narkoba, dan tindakan asusila kerap kali di lakukan oleh para mahasiswa. Hal inilah yang menjadi bukti rendahnya pemahaman mahasiswa di Kota Malang terhadap nilainilai nasionalisme. Berdasarkan uraian di atas, maka perlulah dilakukan penelitian tentang pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme yang berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi dan juga untuk merestorasi spirit nasionalisme agar tidak terkikis oleh modernisasi dan globalisasi. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini tertarik untuk mengungkap permasalahan dan mencari jawabannya dengan judul : Analisis Pemahaman Mahasiswa terhadap Nilainilai Nasionalisme di Perguruan Tinggi Kota Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang terdapat pada latar belakang di atas, maka selanjutnya peneliti merinci pokok permasalahan lebih lanjut dalam beberapa indikator permasalahan sebagai berikut: 6
1.2.1 Bagaimana pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme? 1.2.2 Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme? 1.2.3 Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan merupakan target yang hendak dicapai dalam melakukan suatu kegiatan. Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan peneliti di atas, maka dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mendiskripsikan pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme. 1.3.2 Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme. 1.3.3 Untuk menjelaskan solusi dalam mengatasi permasalahan pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan terhadap banyak pihak antara lain: 1.4.1 Manfaat Teoritis: a. Memberikan manfaat dan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan khususnya tentang nasionalisme. b. Memberikan wawasan tentang fenomena yang terjadi dewasa ini tentang lunturnya nilai-nilai nasionalisme. 7
c. Menjadi pedoman atau referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan nasionalisme. 1.4.2 Manfaat Praktis: a. Bagi Peneliti: 1. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai nasionalisme. 2. Sebagai refleksi pentingnya memahami dan mengamalkan nilai-nilai nasionalisme dalam hidup berbangsa dan bernegara. b. Bagi Mahasiswa: 1. Memberikan pemahaman bahwa pentingnya memahami nilai-nilai nasionalisme dalam hidup berbangsa dan bernegara. 2. Memberikan kesadaran untuk mengamalkan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memberikan pengetahuan akademik seputar nilai-nilai nasionalisme. c. Bagi Lembaga terkait: 1. Sebagai dokumentasi pelengkap referensi karya ilmiah yang berhubungan dengan nasionalisme dan juga sebagai analisa dan evaluasi tentang pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme. 2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengatasi krisis nasionalisme. 3. Memberikan gagasan tentang fenomena yang terjadi berkaitan dengan nilai-nilai nasionalisme. 8
1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang nilai-nilai nasionalisme, penelitian ini menitik beratkan pada pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme. Sehingga dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan mendeskripsikan tentang pemahaman mahasiswa terhadap nilainilai nasionalisme di perguruan tinggi Kota Malang. 1.6 Penegasan Istilah 1.5.1 Analisis Analisis menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi:2007:20) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan atau perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab dan duduk perkaranya). Analisis digunakan untuk menyelidiki suatu permasalahan tentang pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme dan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai nasionalisme di Perguruan Tinggi Kota Malang. 1.5.2 Pemahaman Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, dan mengambil keputusan, Purwanto (dalam Jainuddin 2012:11). 9
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari beberapa segi, (Mulyadi dalam Jainuddin, 2012:14). Pemahaman dalam penelitian ini di fokuskan pada seseorang yang mampu memahami arti atau konsep serta fakta dan memberikan contoh yang diketahui seputar nilai-nilai nasionalisme. 1.5.3 Nilai-Nilai Nasionalisme Menurut, Kohn (1984:11), Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya. Menurut Ilahi (2012:5) nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran dari elemen anak bangsa yang benar-benar independen. Menurut Buwono (2007:85) Nasionalisme sering kali dikonotasikan dengan aspek-aspek emosional, kolektif, dan idola serta sarat memori historis. Nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi atau rasa, seperti seperasaan, sepenanggungan, seperantauan, dan senasib. Nilai-nilai nasionalisme berdasarkan penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam nasionalisme 10
diantaranya adalah cinta tanah air, mengembangkan rasa kebangsaan, membangun rasa kebersamaan gotong royong dengan semangat kesatuan, tolong menolong, mencintai produk dalam negeri dan mematuhi peraturan negara. 11