GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/02/2018

dokumen-dokumen yang mirip
GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Inilah 6 Fakta Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia, No 3 Potensi Babel, No 6 Paling Ditunggu

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HHK 2.1/HM 01/08/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

Sihana

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

SOAL. Za-salsabiila Page 1

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2015

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

RI Mampu Olah Nuklir, Tapi Bukan untuk Senjata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

TEKNOLOGI DUPIC SEBAGAI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

Definisi PLTN. Komponen PLTN

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Bab 1 Reaksi Nuklir. Bab 1 : Reaksi Nuklir Page ev = 1.6 x Joule = 3.8 x kalori

FISIKA ATOM & RADIASI

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

ENERGI TERBARUKAN MASA DEPAN ENERGI KITA

PLTN BEREFISIENSI TINGGI DENGAN KOMBINASI TEKNOLOGI REAKTOR THORIUM FLUORIDA DAN SIKLUS BRAYTON TERTUTUP

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

PERCOBAAN NUKLIR RINGKASAN

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

SKRIPSI UPAYA PEMERINTAH JEPANG DALAM PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI PASCA BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI 2011

INTI DAN RADIOAKTIVITAS

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/07/2015

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM SEIFGARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER TAHUN (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Rabu, 01 Desembar 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd

Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan (Era Renaisans Energi Nuklir Dunia dan Energi Nuklir Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1980 TENTANG BADAN TENAGA ATOM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

Bab 2 Interaksi Neutron

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

ATW (ACCELERATOR DRIVEN TRANSMUTATION WASTE) SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

Transkripsi:

Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/02/2018 Hari, tanggal Kamis, 15 Februari 2018 13:37 WIB Sumber Berita https://warstek.com/2018/02/15/thorium/ Hal. - Kol. - Thorium, Bahan Bakar Nuklir Masa Depan R. Andika Putra Dwijayanto. Copy dikirim kepada Yth.: 1. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir 2. Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir 3. Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir 4. Sekretariat Utama 5. BGAC-melalui PAIR Jakarta, Februari 2018 Bagian Humas, Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama

Perkembangan teknologi reaktor nuklir maju membuka peluang bagi pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar nuklir. Bagi sebagian kalangan, seperti Thorium Energy Alliance, thorium dianggap sebagai kunci utama revolusi industri nuklir, yang saat ini bisa dikatakan salah arah. Thorium merupakan nuklida radioaktif yang pertama kali ditemukan pada tahun 1829 oleh Jons Jakob Berzelius, ilmuwan Swedia. Waktu paruhnya mencapai 14 milyar tahun, lebih tua dari umur bumi. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan agar jumlah suatu zat berkurang menjadi setengah dari nilai awalnya. Oleh karena itu, level radioaktivitas thorium sangat rendah[1]. Pemanfaatan thorium di bidang nuklir pertama dilakukan di Manhattan Project pada era Perang Dunia II. Selain digunakan di reaktor nuklir, thorium banyak digunakan di bidang optik dan instrumentasi. Sejumlah kecil thorium juga digunakan pada mantel lampu petromaks untuk menghasilkan cahaya terang ketika dipanaskan dengan api[1]. Ketertarikan terhadap teknologi molten salt reactor turut membangkitkan minat terhadap thorium sebagai bahan bakar nuklir alternatif untuk masa depan. Pada dasarnya nuklir manapun lebih baik daripada bukan nuklir dari sisi banyaknya energi yang dihasilkan. Walau demikian, dibandingkan uranium, thorium memang memiliki beberapa keunggulan yang cukup menarik. Berikut keunggulan-keunggulannya. 1. Ketersediaan melimpah Uranium bukanlah logam langka. Red Book keluaran OECD-NEA mengestimasikan cadangan uranium pada tahun 2015 sebesar 5,7 juta ton[2]. Hampir sepertiganya ditemukan di Australia dengan cadangan substansial lainnya ada di Kazakhstan, Kanada, Rusia, Namibia dan lainnya. Apalagi, konsumsi uranium di reaktor nuklir sangat sedikit. Ketersediaan thorium lebih banyak lagi dari uranium. Kandungan logam berat ini di kerak bumi kira-kira 3-4x lebih banyak dari uranium[3] (10 ppm berbanding 2,5 ppm). Pada tahun 2015, cadangan thorium teridentifikasi di seluruh dunia sebesar 6,3 juta ton[2], dan tidak seperti uranium, penyebarannya lebih merata. India, Cina, Brazil, Amerika Serikat, Australia, Mesir dan Turki memiliki cadangan thorium lebih dari 300 ribu ton. Berdasarkan estimasi BATAN, Indonesia memiliki cadangan thorium 130 ribu ton[4]. Mengingat sekarang thorium belum punya kegunaan khusus yang benar-benar berarti, eksplorasi dan penambangan tambahan belum diperlukan, sehingga cadangan aktual thorium masih belum bisa dipastikan. Pemanfaatan thorium secara komersial di reaktor nuklir akan meningkatkan angka cadangan setidaknya tiga kali angka sekarang. Cadangan yang telah teridentifikasi di atas cukup untuk membangkitkan listrik dua kali konsumsi listrik dunia saat ini selama lebih dari 1000 tahun.

2. Menghasilkan lebih sedikit limbah umur panjang Salah satu penentangan terhadap energi nuklir umumnya menggunakan alasan limbah umur panjang, dalam hal ini elemen dengan nomor atom yang lebih tinggi dari uranium (transuranik). Kekhawatiran ini karena elemen transuranik membutuhkan waktu ribuan tahun sebelum meluruh menjadi isotop stabil. Walau begitu, secara teknis, alasan ini sebenarnya tidak masuk akal. Sebabnya, metode penanganan elemen transuranik sudah ada dan sangat minim risiko[5]. Thorium memastikan alasan limbah umur panjang tidak berlaku lagi. Ketika digunakan di reaktor nuklir, thorium menghasilkan sedikit sekali elemen transuranik. Thorium memiliki nomor massa 232. Untuk bertransmutasi menjadi elemen transuranik terdekat, neptunium-237, thorium perlu menangkap lima netron. Dengan kata lain, jalannya jauh lebih panjang dan sulit daripada uranium-238, yang hanya butuh menangkap satu netron untuk menjadi plutonium-239[6]. Sebagai perbandingan, reaktor nuklir berbahan bakar thorium menghasilkan ± 1 kg elemen transuranik per GWe-tahun. Sementara, reaktor nuklir berbahan bakar uranium menghasilkan hingga 300 kg elemen transuranik per GWe-tahun, sebagian besarnya berupa plutonium[6]. Pengelolaan limbah radioaktif umur panjang yang tidak benar-benar sulit akan jauh lebih mudah lagi dilakukan. Sisa limbah radioaktif dari pembakaran thorium akan meluruh dengan cepat dan sudah meluruh ke level aman dalam waktu 300 tahun[3]. Sebagai perbandingan, limbah beracun batubara, panel surya dan turbin angin akan tetap beracun selamanya. Perbandingan limbah transuranik reaktor nuklir uranium dan thorium (sumber: Hargraves dan Moir, 2010)

3. Optimal digunakan di reaktor termal Kecuali dua unit sodium-cooled fast reactor (SFR) di Rusia, seluruh reaktor nuklir di dunia ini merupakan reaktor termal. Reaktor ini menggunakan netron yang diperlambat kecepatannya (dimoderasi) menjadi kecepatan termal (energi 0,0025 ev). Maraknya penggunaan reaktor termal disebabkan kebutuhan bahan bakar startup yang jauh lebih sedikit daripada reaktor cepat dan pengendalian reaktor dalam kondisi transien lebih mudah dilakukan. Tangkapan netron oleh uranium-238 menghasilkan plutonium-239, bahan bakar fisil yang mirip dengan uranium-235. Namun, plutonium-239 memiliki performa kurang baik di reaktor termal, karena pada spektrum netron termal, peluang plutonium-239 untuk tidak berfisi ketika menangkap netron cukup besar. Karena itulah, reaktor termal tidak bisa memproduksi bahan bakar sendiri dalam jumlah memadai jika menggunakan uranium[3]. Thorium bertransmutasi menjadi uranium-233 ketika menangkap netron. Kebalikan dari plutonium-239, uranium-233 justru adalah bahan bakar dengan performa terbaik di reaktor termal. Peluang untuk tidak berfisi ketika menangkap netron lebih kecil ketimbang uranium-235 dan plutonium-239. Karena itu, reaktor nuklir thorium dapat memproduksi bahan bakar sendiri dalam jumlah memadai untuk bisa self-sustain, dengan kata lain tidak butuh asupan bahan bakar fisil baru[3]. Karakteristik ini menjamin thorium sangat sustainabel walau digunakan di reaktor termal. 4. Lebih resisten proliferasi Penggunaan pertama teknologi energi nuklir adalah untuk keperluan militer. Lebih tepatnya adalah sebagai senjata untuk menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II. Kandungan energi yang sangat tinggi dalam material yang sangat sedikit menjadi anugerah sekaligus potensi kekhawatiran, seandainya disalahgunakan menjadi senjata nuklir. Istilahnya adalah proliferasi. Reaktor nuklir uranium menghasilkan plutonium, yang merupakan bahan baku peledak Fat Man yang menghancurkan Nagasaki. Dari segi kemurnian, sebenarnya plutonium pada bahan bakar bekas reaktor uranium tidak cukup untuk standar senjata nuklir, IAEA tetap memberlakukannya sebagai proliferation concern. Sehingga, pengelolaannya agak problematik[7]. Thorium lebih aman dari proliferasi dibandingkan uranium. Uranium-233, hasil transmutasi thorium, adalah bahan baku senjata nuklir yang potensial. Namun, produksi uranium-233 selalu disertai dengan produksi sejumlah kecil uranium-232. Isotop ini meluruh dengan cepat menjadi thallium-208, isotop pemancar radiasi gamma berkekuatan tinggi (2,6 MeV)[3,6]. Kontaminasi 50 ppm uranium-232 cukup untuk mempersulit hidup perakit senjata nuklir, karena pancaran radiasi gamma-nya mengharuskan mereka menggunakan perisai radiasi ekstra tebal dan sistem handling yang mahal. Radiasi gamma yang dipancarkan juga dapat merusak perangkat elektronik dalam senjata nuklir, membuatnya tidak bisa digunakan[3,6].

Jauh lebih mudah menggunakan metode produksi plutonium-239 weapon-grade untuk membuat senjata nuklir daripada menggunakan thorium. Tidak ada alasan mengapa pihak-pihak tertentu harus repot-repot menggunakan thorium untuk proliferasi nuklir. Empat poin keunggulan di atas cukup menunjukkan beberapa keunggulan thorium dibandingkan uranium. Namun, tentu saja thorium memiliki beberapa kendala tersendiri. Kendala paling utama dari thorium adalah bahan bakar ini tidak bisa langsung digunakan di dalam reaktor nuklir. Pasalnya, thorium bersifat fertil, bukan fisil, sehingga perlu ditransmutasikan terlebih dahulu. Jika dimisalkan, thorium adalah kayu basah. Tidak bisa terbakar langsung, tetapi harus dipicu dengan kayu kering. Pembakaran kayu kering akan mengeringkan kayu basah, barulah kayu basah tersebut dapat terbakar. Kayu kering untuk memicu pembakaran thorium adalah uranium. Jadi, pada kondisi awal, pemanfaatan thorium akan terikat dengan uranium. Kontaminasi uranium-232 membuat thorium resisten terhadap proliferasi. Namun, hal ini menjadi pedang bermata dua karena mempersulit reprosesing bahan bakar. Tidak hanya pembuat senjata nuklir yang dibuat kerepotan dengan kontaminasi uranium-232, tetapi juga fasilitas reprosesing bahan bakar nuklir. Sehingga, biaya reprosesing thorium kemungkinan sedikit lebih mahal daripada biaya reprosesing uranium. Kendala-kendala di atas bukan tidak bisa dihadapi, walau mungkin membutuhkan waktu. Terlepas dari itu, thorium memang menawarkan keunggulan-keunggulan menarik sebagai bahan bakar nuklir masa depan, sebagai pendamping uranium. Referensi 1. Thorium. (https://en.wikipedia.org/wiki/thorium). Diakses pada 13 Februari 2018. 2. Nuclear Energy Agency, International Atomic Energy Agency. 2016. Uranium 2016: Resources, Production and Demand. Paris-Vienna: OECD-IAEA. 3. Robert Hargraves. 2012. Thorium Energy Cheaper Than Coal. Hanover: CreateSpace Independent Publishing Platform. 4. Batan: Ada Energi Alternatif Di Indonesia, Thorium. Dipublikasikan 4 Januari 2017. (https://www.viva.co.id/digital/866769-batan-ada-energi-alternatif-lain-di-indonesia-thorium). Diakses pada 13 Februari 2018. 5. Bernard L. Cohen. 1990. The Nuclear Energy Option. Pittsburgh: Plenum Press. 6. Robert Hargraves, Ralph Moir. 2010. Liquid Fluoride Thorium Reactors, an old idea in nuclear power gets revisited. American Scientist vol. 98, pp. 304-313. Juli-Agustus 2010. 7. World Nuclear Association. Plutonium. (http://www.world-nuclear.org/informationlibrary/nuclear-fuel-cycle/fuel-recycling/plutonium.aspx). Diakses pada 13 Februari 2018.