1. Pendahuluan 2. Dasar Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG BANDARA INTERNASIONAL ADI SUMARMO SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Indikator yang dihasilkan adalah 19 variabel seperti yang dapat dilihat pada tabel

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

ANALISIS KELAYAKAN TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO BOYOLALI

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKEP /40/ III / 2010

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 85 Tahun 2016 TENTANG

KRITERIA, TUGAS DAN WEWENANG INSPEKTUR PENERBANGAN

2 Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi,

Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

MODEL SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Gauthama,2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 220 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

BAB III LANDASAN TEORI Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Singapura dengan Douglas Aircraft D2/F6 perusahaan KNILM (Koninklijke

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI PENUMPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.12/BPSDMP 2016 TENTANG

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

(SAFETY (ADVISORY DEPARTEMEN

OPTIMASI KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

Advisory Circular 92-01

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

ANALISIS SFC PADA BANDAR UDARA SUPADIO PONTIANAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi. Di era teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PERKERASAN LANDAS PACU BANDARA SOEKARNO-HATTA MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FAARFIELD

ABSTRACT. Keywords: ISO 9001:2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

TUGAS AKHIR ANALISA KAPASITAS APRON DAN OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL KARGO BANDAR UDARA SOEKARNO - HATTA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 580 TAHUN 2015 TENTANG

Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 436 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

ANALISIS KESESUAIAN PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT SYSTEM PADA PT ANGKASA PURA I KANTOR CABANG BANDAR UDARA ADI SUMARMO DENGAN STANDAR PKPS 139 (DOC 9859 ICAO) (Studi Kasus: PT. Angkasa Pura I) Ridwan Raharjo *), Susatyo Nugroho WP Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275 Email : raharjoridwan@gmail.com ABSTRAK Saat ini industri penerbangan di Indonesia berkembang pesat. Menurut kementerian perindustrian menyatakan bahwa industri penerbangan nasional diperkirakan akan berkembang semakin pesat dan padat di masa depan.populasi pesawat pada tahun 2014 sebanyak 750 pesawat dan diperkirakan akan melonjak mencapai 1030 pesawat pada 2017. Hal ini mengakibatkan semakin padat jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat di bandar udara. Peningkatan jadwal penerbangan pesawat akan berbanding lurus dengan peningkatan risiko terjadinya kecelakaan penerbangan ataupun kecelakan kerja.dalam industri penerbangan terdapat standar-standar yang harus dapat dipenuhi untuk dapat melaksanakan kegiatan penerbangan. Standar-standar tersebut telah ditetapkan oleh organisasi penerbangan internasional yaitu International Civil Aviation Organization (ICAO).PT Angkasa Pura I (Persero) merupakan perusahaan yang bekerja pada bisnis penerbangan di Indonesia.. Jumlah penumpang yang menggunakan jasa penerbangan dari Bandar Udara Adi Sumarmo mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 sebanyak 634.201 penumpang, tahun 2010 meningkat menjadi 968.412 penumpang, kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 1.511.228 penumpang (sumber: laporan tahunan Angkasa Pura 2014). Namun dengan peningkatan jumlah konsumen tersebut pembentukan tim masih dapat dikatakan baru, yaitu pada tahun 2012, sehingga memerlukan tindakan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja tim tersebut sehingga dapat sesuai dengan standar yang ada. Dalam melakukan penilaian dilakukan gap analysis dengan membandingkan pada faktor penilaian yang terdapat pada dokumen 9859 ICAO (PKPS 139 tentang Safety Management System).Setelahnya. akan dicri penyebab tidak terpenuhinya standar yang ingin dicapai perusahaan untuk kemudian diberikan rekomendasi berdasarkan tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaandengan menggunakan barrier analysis. Kata kunci: Bandar Udara, Safety Management Systrem, Gap Analysis, Fault Tree Analysis, Barrier Analysis. ABSTRACT Currently the airline industry in Indonesia is thriving. According to kementerian perindustrian state that the national airline industry is expected to rapidly and solid in the future. The population of the aircraft by 2014 as much as 750 planes and is expected to reach soaring 1030 aircraft in 2017. This has resulted in increasingly dense schedule of departure and arrival of aircraft at the airport. Improved aircraft flight schedule will be directly proportional to the increase in the risk of the accident flight or work accident. In the airline industry there are standards that must be met to be able to carry out the flight. In the airline industry there are standards that must be met to be able to carry out the flight. The standards set by international aviation organizations namely the International Civil Aviation Organization (ICAO). PT Angkasa Pura I (Persero) is a company that works on the aviation business in Indonesia. The number of passengers using the Airport flight service from Adi Sumarmo has increased in 2009 as many as 634,201 passengers in 2010 increased to 968,412 passengers, then in 2013 rose to 1,511,228 passengers (source: annual report of Angkasa Pura 2014). But with an increasing number of consumers the formation of a team of safety can still be said to be new, namely in 2012, so it requires action evaluation and assessment of the performance of the team so that it can comply with the existing standards. In conducting the assessment performed gap analysis by comparing on the assessment factors contained in document 9859 ICAO (PKPS 139 about Safety Management System). Afterwards. will not cause dicri satisfy the standards to be achieved for the company then given recommendations based on actions that have been carried out by company by using barrier analysis. Keywords: airports, Safety Management Systrem, Gap Analysis, Fault Tree Analysis, Barrier Analysis.

1. Pendahuluan Dalam industri penerbangan terdapat standar-standar yang harus dapat dipenuhi untuk dapat melaksanakan kegiatan penerbangan. Standar-standar tersebut telah ditetapkan oleh organisasi penerbangan internasional yaitu International Civil Aviation Organization (ICAO). Salah satu standar yang harus dipenuhi adalah adanya sebuah sistem manajemen (Safety Management System (SMS)) yaitu dibentuknya suatu unit yang dipimpin oleh seorang Manajer Safety beserta jajarannya yang terkonsentrasi untuk melakukan penerapan sistem manajemen yang berpedoman pada identifikasi hazards dalam pengelolaan Bandar udara. Dasar-dasar hukum Safety Management System adalah Annex 14 Aerodromes, ICAO Document 9774, Manual on Certification of Aerodromes; ICAO Document 9859, Safety Management Manual; UU No.1 tahun 2009 tentang penerbangan; SKEP 76/VI/2005 tentang petunjuk pelaksanaan; dan KM No. 47 tahun 2002 tentang sertifikasi Operasi Bandar Udara. PT Angkasa Pura I (Persero) merupakan perusahaan yang bekerja pada bisnis penerbangan di Indonesia. Perusahaan ini memiliki cabang hampir diseluruh wilayah Indonesia. Dengan keadaan wilayah Bandar udara yang memiliki karakteristik tersendiri tentunya membutuhkan penanganan manajemen yang berbeda antara Bandar udara satu dengan yang lain. Sedangkan sebagai penyelenggara Bandar udara PT. Angkasa Pura I (Persero) sesuai dengan UU No.1 tahun 2009 diwajibkan membuat, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakan secara berkelanjutan sistem manajemen dengan berpedoman pada program penerbangan yang ada. PT. Angkasa Pura I (persero) kantor cabang Bandar udara Adi Soemarmo Surakarta merupakan salah satu bandara yang melayani jasa penerbangan nasional dan internasional. Pada tahun 2013 tercatat jumlah kedatangan dan keberangkatan penerbangan yang terjadi di Bandar Udara Adi Soemarmo sebanyak 11.200 (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014). Jumlah penumpang yang menggunakan jasa penerbangan dari Bandar Udara Adi Soemarmo mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 sebanyak 634.201 penumpang, tahun 2010 meningkat menjadi 968.412 penumpang, kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 1.511.228 penumpang (sumber: laporan tahunan Angkasa Pura 2014). Namun dengan peningkatan jumlah konsumen tersebut pembentukan tim masih dapat dikatakan baru, yaitu pada tahun 2012, sehingga memerlukan tindakan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja tim tersebut sehingga dapat sesuai dengan standar yang ada. Tujuannya adalah untuk meningkatkan dan menyempurnakan penerapan sistem yang ada saat ini. Selain itu, masih terdapat incident dan accident yang terjadi pada dunia penerbangan di Indonesia selama 10 tahun terakhir. Evaluasi kinerja SMS (Safety Management System) perlu dilakukan untuk mengetahui apakah SMS (Safety Management System) yang telah diteapkan oleh PT Angkasa Pura telah sesuai dengan standar yang telah diberikan oleh ICAO. Penilaian kinerja tersebut didasarkan pada 4 kriteria yaitu: Kebijakan dan tujuan, identifikasi bahaya dan manajemen risiko, jaminan, dan promosi.. Indikator tersebut didasarkan pada ICAO Document 9859, Safety Management Manual (setara dengan PKPS 139 tentang Safety Management System). Pada laporan tugas ini akan dilakukan penilaian kinerja SMS (Safety Management System) yang terdapat pada PT Angkasa Pura I (persero) kantor cabang Bandar udara Adi Soemarmo Surakarta. Penilaian dilakukan dengan melakukan gap analysis yaitu melakukan pembandingan terhadap indikator penerapan SMS dengan standar yang harus terpenuhi. Setelah itu, akan diberikan rekomendasi terhadap kriteria yang belum terpenuhi oleh perusahaan. 2. Dasar Teori ICAO (International Civil Aviation Organization) merupakan salah satu badan PBB yang terbentuk pada konvensi Chicago pada tahun 1944 dan mengkhususkan kegiatannya pada bidang penerbangan. ICAO bekerja sama dengan industri penerbangan global dan organisasi-organisasi penerbangan untuk mengembangkan Standards and Recommended Practices (SARPs). SARPs merupakan standar dan rekomendasi umum untuk pelaksanaan penerbangan yang diterapkan didunia penerbangan. Di Indonesia, standar dan rekomenasi dari ICAO dituliskan dibawah Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) atau dalam versi bahasa Inggris disebut CASR (Civil Aviation Savety Regulation). Pemenuhan standar ini merupakan hal yang penting bagi penyedia jasa penerbangan karena dengan terpenuhinya standar maka suatu Bandar udara memiliki lisensi untuk melakukan kegiatan penerbangan. (Ilmuterbang.com, 2016) Framework dari Safety Management System berdasarkan ICAO meliputi empat komponen dan dua belas elemen yang merupakan kebutuhan minimum dalam menerapkan SMS. Empat komponen beserta elemen penyusunnya diantaranya tersebut diantara lain: a. Kebijakan dan tujuan 1. Tanggung jawab dan komitmen manajemen 2. Akuntabilitas

3. Penunjukan personel kunci 4. Koordinasi untuk ERP (Emergency Response Planning) 5. Dokumentasi SMS b. Manajemen risiko 1. Identifikasi Hazard 2. Penilaian dan pemetaan risiko c. Safety Assurance 1. Pengukuran dan pengawasan performansi 2. Manajemen perubahan 3. Pengembangan lanjutan dari SMS d. Promosi Keselamatan 1. Pedidikan dan pelatihan 2. Komunikasi (ICAO,2013) Gap analysis merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, khususnya dalam upaya penyediaan pelayanan publik. Hasil analisis tersebut dapat menjadi input yang berguna bagi perencanaan dan penentuan prioritas anggaran di masa yang akan datang. Selain itu, gap analysis atau analisis kesenjangan juga merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Metode ini merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam pengelolaan manajemen internal suatu lembaga. Secara harafiah kata gap mengindikasikan adanya suatu perbedaan (disparity) antara satu hal dengan hal lainnya. Di bidang bisnis dan manajemen, gap analysis diartikan sebagai suatu metode pengukuran bisnis yang memudahkan perusahaan untuk membandingkan kinerja actual dengan kinerja potensialnya. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui sektor, bidang, atau kinerja yang sebaiknya diperbaiki atau ditingkatkan. Gap analysis bermanfaat untuk mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Dari berbagai definisi mengenai gap analysis, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, gap analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, gap analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem operational maupun strategi yang digunakan oleh suatu institute. Gap akan bernilai (+) positif bila nilai aktual lebih besar dari nilai target, sebaliknya bernilai (-) negatif apabila nilai target lebih besar dari nilai aktual. Apabila nilai target semakin besar dan nilai aktual semakin kecil maka akan diperoleh gap yang semakin melebar. (Muchlisam Yoki, 2011) Barrier Analysis adalah proses sistematik yang digunakan untuk mengidentifikasi hambatan fisik, administrasi dan prosedur atau mengontrol tindakan pencegahan masalah. Menurut Hazard and Barrier Analysis Guidance Document (1996), barrier biasanya berwujud fisik, prosedur, administrasi dan manusia. Contoh barrier fisik adalah baju dan alat pelindung dari bahaya zat kimia dan radioaktif. Contoh prosedur atau administrasi barrier yaiu prosedur peng-operasian crane atau forklift. Sedangkan contoh untuk human barrier yaitu control operator terhadap bahaya api. Barrier analysis dapat digunakan sebagai tindakan proaktif (pada penilaian resiko) atau retrospeksi (pada analisa kejadian). Barrier Analysis biasanya digunakan bersamaan dengan event and causal factor, fault tree, ataupun cause effect chart. Kedua informasi tersebut saling melengkapi sehingga investigator saling memahami secara mendalam faktor dan akibat kejadian agar proses evaluasi dan penyusunan tindakan korektif dapat efektif. Tiga elemen penting dalam Barrier Analysis: 1. Hazard, Merupakan kondisi, tenaga, atau energy yang harus dipisahkan dari target karena membahayakan target. Seperti api, listrik, zat kimia berbahaya, kerusakan komponen, kondisi kegagalan / kelalaian. 2. Target, adalah sesuatu yang berharga yang dapat terkena dampak dari hazard. Dapat berupa sesuatu yang nyata seperti manusia, komponen, kondisi, atau sesuatu yang tidak nyata seperti kemauan dan motivasi pekerja. 3. Barrires, merupakan penghalang fisik dan administrasi antara target dan hazard. Dalam barriers analysis mungkin sudah terdapat barriers namun tidak sempurna atu tidak digunakan. 3. Hasil dan Pembahasan Perhitungan Gap Pada hasil penilaian ditemukan kegagalan pada masing masing komponen SMS yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Perbandingan penilaian tersebut dapat terlihat pada gambar 1.

Nilai SKor 350 300 250 200 150 100 50 0 Skor GAP Kesesuaian Penerapan SMS 330 310 Kebijakan Dan tujuan 130 122 Manajemen Risiko Keselamatan Komponen 180 160 Jaminan Keselamatan 70 66 Promosi Keselamatan Skor Ekspektasi Skor Keadaan Riil Pada gambar 1 ditunjukan hasil gap dari penerapan SMS yang dilakukan perusahaan dengan standar yang harus terpenuhi. Pada sumbu x merupakan komponen sedangkan pada sumbu y merupakan nilai gap klausal. Dapat terlihat gap yang terjadi pada masing masing parameter. Gap terbesar terjadi pada parameter 3 yaitu jaminan dengan besar gap 11,11%, kemudian parameter 2 manajemen risiko dengan besar gap 6,15%, setelah itu parameter 1 kebijakan dan tujuan Gambar 1 Perbandingan GAP penilaian SMS dengan besar gap 6,06% dan terakhir parameter 4 promosi dengan besar gap 5,71%. secara keseluruhan gap yang belum terpenuhi perusahaan adalah sebesar 8,45% yaitu dari 71 faktor terdapat 9 faktor yang belum dapat terpenuhi. Fault Tree Analysis Berikut ini merupakan fault tree analysis dari kegagalan parameter kebijakan dan tujuan. Kegagalan parameter Kebijakan dan tujuan Sub parameter komitmen dan tanggung jawab komitmen tidak terpenuhi Sub parameter akuntabilitas dari manajer tidak terpenuhi Kebijakan belum terkomunikasikan Kebijakan belum ditinjau ulang Bandara tidak memiliki otoritas final terhadap aktivitas penerbangan Sosialisasi hanya diakukan pada personel operasional Prosedur peninjauan belum terbentuk Otoritas final berada di Bandara Juanda Jumlah penerbangan sedikit Personel operasional dianggap lebih berperan lebih dalam hal Personel yang memahami secara keseluruhan mengenai kebijakan kurang Jumlah maskapai terbatas Akses kebandara sulit Akses tranportasi umum sulit Gambar 2 Fault Tree Analisys kegagalan parameter kebijakan dan tujuan

Pada gambar 2 menunjukan fault tree analisys kegagalan parameter kebijakan dan tujuan dengan menggunakan kegagalan pada parameter tersebut sebagai top event. Dalam fault tree ini ditemukan 8 intermediate event dan 6 basic event. Intermediate event merupakan kegagalan yang merupakan akibat dari kegagalan yang lain, pada fault tree analysis ini intermediate event berisi kegagalan sub parameter kebijakan dan tanggung jawab yang tidak terpenuhi karena 2 intermediate event yaitu belum terkomunikasikannya kebijakan dan belum ditinjau ulangnya kebijakan tersebut. Kebijakan keseamatan belum terkomunikasi kan merupakan intermediate event dari sosialisasi yang hanya dilakukan pada personel operasional sehingga didapatkan basic event personel operasional dianggap lebih berperan dalam hal dan jumlah personel yang memahami secara keseluruhan mengenai kebiijakan masih dirasa kurang. Pada intermediate event kebijakan yang belum ditinjau ulang memunculkan basic event belum terbentuknya prsedur peninjauan kebijakan. Pada intermediate event tidak terpenuhinya sub parameter akuntabilitas keselamtan dari manajer memberikan intermediate event bandara tidak Kegagalan Parameter Manajemen Risiko Kegagalan memiliki otoritas final terhadap aktivitas penerbangan. Kemudian menghasilkan basic event kepemilikan otoritas final aktivitas penerbangan berada di bandara juanda dan intermediate event jumlah penerbangan yang sedikit. Dari intermediate event jumlah jumlah penerbangan yang sedikit menghasilkan basic event maskapai penerbangan yang terbatas dan intermediate event akses bandara yang sulit. Dari intermediate event akses bandara yang terbatas dihasilkan basic event akses tranportasi umum yang sulit. Berikut ini merupakan fault tree analysis dari kegagalan parameter manajemen risiko. Pada gambar 3 menunjukan fault tree analisys kegagalan parameter manajemen risiko dengan menggunakan kegagalan pada parameter tersebut sebagai top event. Dalam fault tree ini ditemukan 5 intermediate event dan 5 basic event. Intermediate event merupakan kegagalan yang merupakan akibat dari kegagalan yang lain, pada fault tree analysis ini intermediate event berisi kegagalan sub parameter identifikasi hazard yang tidak terpenuhi karena 2 intermediate event yaitu belum terbentuknya sistem pelaporn hazard yang terimplementasi secara Kegagalan sub parameter Identifikasi hazard Sistem Pelaporan hazard belum Terimplementasi secara keseluruhan Belum ada feedback optimal terkait pelaporan sukarela Belum ada sosialisasi mengenai pelaporan hazard Formulir Pelaporan Hazard hanya tersedia disisi udara Belum ada sosialisasi mengenai pelaporan Sukarela Tidak ada reward apabila melaksanakan pelaporan sukarela Proses identifikasi hazard terfokus di sisi udara Tim perespon pelaporan hazard terbatas Gambar 3 Fault Tree Analisys kegagalan parameter manajemen risiko

keseluruhan dan belum adanya feedback yang optimal terkait pelaporan sukarela. Belum terbentuknya sistem pelaporan hazard merupakan intermediate event yang menghasilkan basic event belum adanya sosialisasi mengenail pelaporan hazard dan intermediate event formuir pelaporan hazard hanya ada disisi udara. Pada intermediate event formulir pelaporn hanya tersedia disis udara menghasilkan dua basic event yaitu proses identifikasi hazard hanya terfokus disisi udara dan tim perespon pelaporan hazard kurang. Pada intermediate event belum ada feedback optimal dari personel terkait dengan pelaporan sukarela menghasilkan dua basic event belum adanya sosialisasi mengenai pelaporan sukarela dan tidak adanya reward apabila melaksanakan pelaporan sukarela. Berikut ini merupakan fault tree analysis dari kegagalan parameter jaminan. Pada gambar 4 menunjukan fault tree analisys kegagalan parameter jaminan dengan Kegagalan parameter jaminan menggunakan kegagalan pada parameter tersebut sebagai top event. Dalam fault tree ini ditemukan 4 intermediate event dan 3 basic event. Intermediate event merupakan kegagalan yang merupakan akibat dari kegagaan yang lain, pada fault tree analysis ini intermediate event berisi kegagalan sub parameter pengembangan lanjutan SMS yang tidak terpenuhi karena 2 intermediate event yaitu tidak ada prosedur penilaian SMS dan tidak adanya rencana inisisasi untuk melaksanakan penilaian SMS. Pada intermediate event perusahaan tidak memiliki prosedur penilaian SMS menghasilkan basic event perusahaan tidak memeiliki kewenangn untuk melakukan penilaian SMS. Pada intermediate level tidak ada rencana penilaian SMS secara internal menghasilkan basic even penilaian SMS tidak dianggarkan dan intermediate event belum ada langkah ini siasi pelaksanaan penilaian yang menghasilkan basic event tidak memiliki SDM yang memadai. Kegagalan sub parameter pengembangan lanjutan SMS Tidak ada prosedur penilaian SMS Tidak ada rencana penilaian SMS secara internal Perusahaan tidak memiliki kewenangan melakukan penilaian SMS Penilaian SMS tidak dianggarkan Belum ada langkah inisiasi pelaksanaan Tidak memiliki SDM yang memadai untuk melakukan penilaian Gambar 4 Fault Tree Analisys kegagalan parameter jaminan

Kegagalan pada parameter promosi Kegagalan pada sub parameter komunikasi Informasi belum tersosialisasi secara keseluruhan Kurangnya antusiasme dari perusahaan terkait Informasi kurang terbarukan Gambar 5 Fault Tree Analisys kegagalan parameter promosi Pada gambar 5 menunjukan fault tree analysis kegagalan parameter promosi dengan menggunakan kegagalan pada parameter tersebut sebagai top event. Dalam fault tree ini ditemukan 2 intermediate event dan 2 basic event. Intermediate event merupakan kegagalan yang merupakan akibat dari kegagalan yang lain, pada fault tree analysis ini intermediate event berisi kegagalan sub parameter komunikasi keselmatan yang tidak terpenuhi karena belum tersebarnya secara keseluruhan informas pada perusahaan yang terkait dengan aktivitas bisnis bandara. Pada intermediate event informasi belum tersebar didapatkan 2 basic event yaitu kurang antusiasmenya perusahaan lain dan informasi kurang terbarukan. Barrier Analysis Barrier analysis dilakukan dengan menggunakan top event sebagai target dan basic event sebagai hazard. Barrier analysis bertujuan untuk mengetahui sebab dai suatu kegagalan yang terjadi sebagai salah satu upaya retrospeksi perusahaan. Barrier dilakukan dengan menggunakan pendekatan 8p (people, process, policies, procedures, price, promotion, place/plant, product).berikut ini merupakan hasil analisa dari rekomendasi yang didapatkan dari barrier analysis. Unsur utama pada barrier analysis worksheet adalah target, hazard, barrier yang sudah dilakukan, penilaian terhadap barrier, dan rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan. Target merupakan intermediate event yang dihasilkan dari fault tree analysis yang dilakukan sebelumnya, hazard merupakan basic event yang didapatkan. Sedangkan barrier merupakan tindakan yang sudah dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi hazard yang terjadi. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap penelitian dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada Safety Management Sysytem yang diterapkan oleh PT Angkasa pura I cabang Bandar udara Adi Sumarmo Surakarta ditemukan 9 kausal yang tidak terpenuhi dari total 71 kausal yang ada. Dari 9 kausal tersebut terdapat 6 kausal dengan status pelaksanaan parsial dan terdapat 3 kausal dengan status tidak dilaksanakan. 2. Dari analisi gap yang telah dilakukan dapat terlihat bahwa PT Angkasa Pura sudah melaksanakan 92,68% dari komponen yang dipersyaratkan pada SMS gap analysis checklist. Dengan rincian 93,94% pada komponen kebijakan dan tujuan, 93,85% pada komponen manajemen risiko, 88.89% pada komponen jaminan, dan 94,29% pada komponen promosi. 3. Berdasarkan hasil SMS gap analysis yang dilakukan terhadap Bandara Adi Sumarmo Surakarta, dapat disimpulkan bahwa posisi implementasi SMS Bandara Adi Sumarmo Surakarta berdasarkan tahapan implementasi SMS pada SMS manual Doc 9859, 2009 yaitu berada pada tahap I Perencanaan implementasi Safety Management System (SMS). Dikarenakan belum dapat terpenuhinya checklist pelaksanaan Safety Management System yang berada di perusahaan. 4. Rekomendasi diprioritaskan dari perbedaan nilai skor gap relatif terbesar yang dihasilkan yaitu dari komponen jaminan, manajemen

risiko, kebijakan dan tujuan, kemudian promosi. Daftar Pustaka Annex 14- Aerodromes Volume 1, 2013, Aerodrome Design and Operations the Convention on International Civil Aviation (ICAO). Anonim 2014, Laporan Tahunan 2014 PT. Angkasa Pura I, Jakarta Cholis, Christian, Basuki, dan Adi, "Pengertian dan Istilah Penerbangan Sipil" 2010. Hazard and Barrier Analysis Guidance Document (1996) ICAO (2013), Safety Management Manual (SMM), Doc 9859, AN 460, International Civil Aviation Organization, Third Edition. Muchlisam Yoki, Falahah, irianto Galih, Saputro. 2011. Penerapan Gap Analysis Pada Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan. Seminar Nasional Yogyakarta. --------- http://www.ilmuterbang.com/