Penelitian tentang audit judgment pernah dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan gender antara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five

BAB II. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. atas kewajarannya sering dibutuhkan judgment (Zulaikha, 2006). Dalam pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini audit telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini. Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi jasa audit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh manajemen ini diharapkan dapat memberikan gambaran. mengenai kinerja manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Grand Theory Utility ( teori dasar atas nilai guna)

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi informasi laporan keuangan yang diperoleh, ditambah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori berisikan pengertian mengenai masing-masing variabel

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan yang lain tidak. Dalam praktiknya, manajer yang tidak berpengalaman sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB I PENDAHULUAN. pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan didukung oleh sektor perbankan yang mengharuskan calon debiturnya

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap opini Badan. Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperoleh suatu entitas atas transaksi-transaksi yang telah dilakukan selama

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Charles D, Spielberger (2005:63) menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal.

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Ada

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. usahanya di tengah ketatnya persaingan di dunia usaha. Laba yang besar yang

ABSTRAK. Kata kunci: obedience pressure, kompleksitas tugas, senioritas auditor, audit judgment

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau entitas terutama yang telah go public diharuskan untuk

PENGARUH TEKANAN KERJA, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disusun berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kerja, yaitu teori-teori; kebutuhan, harapan, dan keadilan (Wijono, 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan suatu keputusan. Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, hal ini disebabkan karena laporan keuangan dijadikan sebagai. indikator pengukuran kinerja perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, seperti bagi perusahaan yang mengadakan emisi (go public)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntansi dalam mengaudit laporan keuangan. (Daljono dan Fitriani,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan

perusahaan didenda oleh BAPEPAM (Winarno dalam Christiawan, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. yang benar dan bisa dihandalkan oleh pihak internal maupun eksternal. mengalami kebangkrutan setelah opini terebut dikeluarkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT JUDGMENT

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN KETAATAN, PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGEMENT

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memastikan kelayakan informasi akuntansi perusahaan, pengelola perusahaan

BAB II TELAAH PUSTAKA. dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang audit judgment pernah dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan gender antara auditor laki-laki dan auditor perempuan dalam hal penetapan judgment. Auditor dalam situasi adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun klien akan cenderung membuat judgment yang kurang tepat. Pada situasi tugas yang kompleks tidak mempengaruhi auditor dalam pengambilan judgment untuk menentukan pendapat terhadap laporan hasil auditnya. Kemudian peelitian yang dilakukan oleh Praditaningrum (2012) menemukan bahwa gender, pengalaman dan keahlian auditor memiliki pengarih positif terhadap audit judgment. Sedangkan tekanan ketaatan memiliki pengaruh negative terhadap audit judgment. Pada penelitian tersebut tugas yang kompleks tidak mempengaruhi auditor dalam pengambilan judgment. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Yustrianthe (2012) menemukan bahwa tekanan ketaatan dan kerumitan tugas sangat berpengaruh terhadap audit judgment, sedangkan gender dan pengalaman audit tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Penelitian tentang audit judgment yang dilakukan oleh Pasanda dan Paranonan (2013) mengemukakan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap audit judgment sedangkan pengalaman mempengaruhi audit judgment. Penelitian oleh Ariyantini dkk. (2014) menunjukan bahwa (1) pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment, (2) tekanan ketaatan 6

7 berpengaruh terhadap audit judgment, (3) kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment, dan (4) pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Hasil penelitian tentang audit judgment yang dilakukan Sofiani dan Tjondro (2014) menunjukkan adanya korelasi positif antara pengalaman auditor dan Audit Tenure terhadap Audit Judgment. Semakin meningkatnya pengalaman audit dan audit tenure, maka akan meningkatkan kualitas Audit Judgment. Tetapi, tekanan ketaatan menunjukkan adanya korelasi negatif terhadap Audit Judgment. Semakin meningkatnya Tekanan Ketaatan, maka akan menurunkan kualitas Audit Judgment. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Yendrawati dan Mukti (2015) yang menyatakan bahwa gender tidak berpengaruh secara spesifik terhadap audit judgment, sedangkan pengalaman auditor, kompleksitas tugas, kemampuan kerja dan pengetahuan auditor berpengaruh positif terhadap audit judgment, dan tekanan ketaatan berpengaruh negative terhadap audit judgment. B. Tinjauan Teori a. Teori Audit Teori audit tidak lepas dari teori akuntansi yang dikembangkan oleh Paton dan Littleton (1940) menyatakan inti dari akuntansi mencakup konsep kesatuan usaha (going concern), biaya yang melekat, upaya dan hasil, bukti terverifikasi, dan pemakaian asumsi (Tandiotong, 2016: 34-35). Hal senada juga dinyatakan oleh Anthony dkk. (2003) bahwa konsep dasar akuntansi mencakup beberapa

8 konsep, yaitu konsep pengukuran dengan unit uang, konsep entitas konsep keberlangsungan usaha, konsep cost, periode akuntansi, konservatisme, realisasi, penandingan, kosistensi, dan materialitas (Tandiotong, 2016: 34-35). Teori audit berkaitan dengan audit laporan keuangan. Hal ini menjadikan harus ada perbedaan jenis jasa audit yang dapat dilaksanakan oleh auditor independen. Teori audit yang berkaitan dengan laporan keuangan, menurut R.K. Mautz and Hussein A. Sharaf menggunakan beberapa konsep penting, yaitu Evidence, Due Audit Care, Fair Presentation, Indpendence, dan Ethical Conduct. Menurut Konrath (2002), Hayes, dkk. (2005), Arens dkk. (2014) dalam Tandiotong (2016: 35), auditing adalah suatu proses yang sistimatis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti dari suatu informasi atau asersi manajemen tertentu, yang akan digunakan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dan antara informasi atau asersi manajemen tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan. Sama hal nya dengan mereka, Menurut Mulyadi (2002) dalam Tielman (2011) Auditing merupakan suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. b. Teori X dan Teori Y McGregor Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, yaitu yang memiliki dasar negatif atau Teori X dan yang kedua yang memiliki dasar positif atau Teori Y. Individu bertipe X memiliki locus

9 of control dimana mereka tidak menyukai kerja bahkan mencoba menghindarinya, menghindari tanggung jawab, sehingga mereka lebih suka dipaksa, diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. Berbeda dengan Individu tipe X, individu dengan tipe Y memiliki locus of control yang kuat dimana mereka menyukai pekerjaan, bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri, dan mampu membuat keputusan inovatif. Auditor yang termasuk dalam tipe X jika mendapat tekanan ketaatan dan tugas audit yang kompleks akan cenderung membuat judgment yang kurang baik dan tidak tepat. Auditor dengan tipe ini tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai auditor yang mengakibatkan tujuan audit tidak dapat tercapai dengan baik. Auditor juga lebih suka menaruh keamanan diatas semua faktor yang dikaitkan dengan kerja, sehingga ketika mendapat tekanan ketaatan maupun menghadapi tugas yang kompleks maka ia akan cenderung mencari jalan yang aman dan bahkan berperilaku disfungsional dalam membuat judgment. Sedangkan auditor yang termasuk dalam tipe Y dapat bertanggung jawab atas tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Auditor dengan tipe ini tidak akan terpengaruh meskipun ia mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks, sehingga dapat membuat judgment yang lebih baik dan tepat. Seorang auditor pada dasarnya termasuk dalam tipe Y dimana auditor dapat bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai auditor. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan seorang auditor harus mematuhi standar auditing, dimana dalam standar tersebut disebutkan bahwa auditor harus mempertahankan

10 independensi dan tanggung jawabnya dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan. Auditor tidak boleh terpengaruh oleh gangguan yang dapat merusak tanggung jawabnya, baik gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi. c. Audit Judgment Hogarth (1992) dalam Andita (2012) mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya (Jamilah dkk., 2007). Menurut Idris (2012), dalam setiap proses audit digunakan judgment. Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi, (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya) pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, dan penerimaan informasi lebih lanjut (Jamilah et. all, 2007). Cara pandang auditor dalam menanggapi informasi tersebut berhubungan dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan judgment yang dibuatnya (Djaddang dan Parmono, 2002 dalam Tielman, 2011). Menurut Tielman (2011), pertimbangan yang mempengaruhi keputusan yang diambil auditor merupakan audit judgment. Dalam pembuatan judgment ini auditor mempunyai kesadaran bahwa suatu pertanggungjawaban merupakan faktor yang cukup penting karena penilaiannya akan ditinjau dan dimintai keterangan (Ariyantini dkk., 2014).

11 d. Tekanan Ketaatan Tekanan ketaatan adalah jenis tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan ketika individu dengan perintah langsung dari perilaku individu lain (Yendrawati dan Mukti, 2015). Seorang auditor seringkali dihadapkan dengan dilema penerapan standar profesi auditor dalam pengambilan keputusannya (Jamilah dkk, 2007). Tekanan ketaatan adalah tekanan yang diterima oleh auditor dalam menghadapi atasan dan klien untuk melakukan tindakan menyimpang dari standar etika (Jamilah dkk., 2007). Tekanan ketaatan muncul karena adanya perintah dari pihak yang berotoritas. Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya (Nadirsyah dan Malahayati, 2007). Paradigma ketaatan pada kekuasaan ini dikembangkan oleh Milgram (1974) dalam Tielman (2011), dalam teorinya dikatakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku autonomis menjadi perilaku agen. Apabila terjadi hal demikian, maka auditor akan merasa tertekan sehingga sikap independen tidak lagi dimiliki oleh auditor dan berpotensi melakukan penyimpangan. Tidak hanya dari seorang atasan, tekanan ketaatan juga yang dihadapi auditor datang dari klien. Keinginan klien akan mempengaruhi keputusan audit yang akan dihasilkannya. Dalam suatu audit umum (general audit atau opiniom audit), auditor dituntut untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan

12 keuangan entitas untuk menghindari adanya pergantian auditor (Idris, 2012). Pemenuhan tuntutan klien tanpa bukti yang memadai merupakan tindakan menyalahi standar. Sebaliknya, apabila auditor tidak memenuhi tuntutan klien, maka ada kemungkinan klien akan melakukan pergantian auditor. e. Pengalaman Auditor Pengalaman merupakan proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi (Sofiani dan Tjondro, 2014). Pembelajaran tidak hanya didapatkan seorang auditor secara formal tetapi juga secara non-formal. Pengalaman dapat dilihat dari berbagai sisi. Pengalaman seorang auditor dapat dilihat dari lamanya seorang auditor bekerja dan banyaknya tugas yang dikerjakan. Menurut Sofiani dan Tjondro (2014) pengalaman audit adalah pengalaman yang dimiliki seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan dari banyaknya penugasan berbeda yang pernah dilakukan dan juga lamanya auditor menjalankan profesinya serta dapat menambah pengetahuannya mengenai pendeteksian kekeliruan. Semakin berpengalaman seorang auditor, maka semakin judgment yang diberikannya semakin tepat. Semakin banyak variasi jenis pekerjaan ataupun jenis perusahaan yang diperiksanya, maka auditor tersebut dinilai semakin berpengalaman. Semakin berpengalaman seorang auditor dalam bidangnya, maka auditor dinilai mempunyai pengetahuan lebih dalam mengidentifikasi bukti atau informasi yang relevan dan tidak relevan untuk mendukung penugasan auditnya termasuk dalam pembuatan audit judgment nya.

13 Abdolmohammadi dan Wright (1987) mengatakan bahwa adanya perbedaan judgment antara auditor yang berpengalaman dan yang tidak berpengalaman. Ashton (1991) dalam Margaret (2014) juga menjelaskan bahwa pengalaman auditor merupakan kemampuan yang dimiliki auditor atau akuntan pemeriksa untuk belajar dari kejadian-kejadian masa lalu yang berkaitan dengan seluk-beluk audit atau pemeriksaan. Menurut penelitian Zulaikha (2006) bahwa pengalaman auditor memiliki main effect terhadap pertimbangan audit, dimana dalam penugasan audit utamanya perlu memperhatikan pengalamannya sebagai auditor. Pengalaman menumbuhkan kemampuan auditor untuk mengolah informasi, membuat perbandingan-perbandingan mental berbagai solusi alternatif dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan (Margaret, 2014). Selain itu, Pengalaman menjadi salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik. f. Kompleksitas Tugas Auditor tidak hanya menghadapi satu kasus yang sama secara terusmenerus. Adakalanya kasus yang dihadapi auditor merupakan kasus yang bervariasi dan rumit. Menurut Jamilah dkk., (2007) kompleksitas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan. Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas (Yendrawati dan Mukti, 2015). Idris (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat sulitnya tugas selalu

14 dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Chung dan Monroe (2001) dalam Jamilah dkk. (2007) mengemukakan bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan b. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil) yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan. Bonner (1994) menyatakan bahwa ada 3 alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap komplesitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan mnemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. Restuningdiah dan Indriantoro (2000) dalam Margaret (2014) menyatakan bahwa peningkatan kompleksitas tugas dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas tersebut. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini dapat menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan seorang auditor menjadi tidak konsistensi dan tidak akuntanbilitas

15 (Idris, 2012). Semakin tinggi tingkat kesulitan tugas yang dihadapi auditor berkemungkinan merusak judgment yang dibuatnya. C. Pengembangan Hipotesis 1. Hubungan Pengalaman Auditor dengan Audit Judgment Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Semakin sering melakukan audit, semakin meningkat pula kemampuan seorang auditor. Pengalaman menumbuhkan kemampuan auditor untuk mengolah informasi, membuat perbandinganperbandingan mental berbagai solusi alternatif dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan (Margaret, 2014). Dalam teori motivasi McGregor, auditor yang berpengalaman dan memanfaatkan pengalamannya dengan jelas merupakan auditor bertipe Y. auditor yang memiliki motivasi dan tanggung jawab terhadap tugasnya. Sehingga judgment yag diberikan akan menjadi lebih baik dan tepat. Pasanda dan Paranonan (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh terhadap audit judgment. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyantini dkk. (2014); Sofiani dan Tjondro (2014); dan Pasanda dan Paranonan (2015). Dari penuturan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman memiliki pengaruh terhadap judgment yang akan diberikan oleh auditor H 1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap Audit Judgment.

16 2. Hubungan Tekanan Ketaatan dengan Audit Judgment Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dalam keadaan ini, klien bisa mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Klien bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Auditor secara umum dianggap termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar. Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, bisa mendapatkan sanksi oleh klien berupa kemungkinan penghentian penugasan. Menurut teori motivasi McGregor, auditor yang tidak mengikuti standar profesional auditor adalah auditor bertipe X, yaitu auditor yang tidak memiliki motivasi yang jelas sehingga cenderung memilih keputusan agar dia tidak mendapatkan masalah. Sikap seperti ini akan mempengaruhi judgment yang akan dibuatnya. Dimana judgment yang diberikan justru tidak berkualitas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) mengungkapkan bahwa tekanan ketaatan mempengaruhi audit judgment, dalam situasi adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun klien akan cenderung membuat judgment yang kurang tepat. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustrianthe (2012); Ariyantini dkk. (2014); Sofiani dan Tjondro (2014) Dari pernyataan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

17 H 2 : Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap Audit Judgment. 3. Hubungan Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgment Kompleksitas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan. Apabila tugas yang diberikan kepada auditor sulit dipahami, maka membuat auditor kebingungan sehingga bisa saja berperilaku disfungsional. Semakin tinggi tingkat kesulitan tugas yang dihadapi auditor berkemungkinan merusak judgment yang dibuatnya. Menurut teori McGregor, auditor yang memiliki tugas yang komplek dan tidak mampu mengatasinya dengan baik merupakan auditor bertipe X, yaitu auditor yang tidak akan pusing dengan masalah yang dihadapi sehingga menganggap apapun yang dilakukannya tepat meskipun telah bersikap disfungsional. Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Yustrianthe (2012); Ariyantini et. all. (2014); yang mengatakan bahwa kompleksitas tugas sangat berpengaruh terhadap audit judgment. Dari uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 3 : Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap Audit Judgment.

18 4. Rerangka Pemikiran Gambar 2.1 Pengalaman Auditor Tekanan Ketaatan Audit Judgment Kompleksitas Tugas.