BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi dan keotonomiannya sendiri, sedangkan kode-kode lain yang

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM SURAT KABAR BATAM POS RUBRIK OPINI EDISI 11 JANUARI-11 MARET 2013 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

Daftar Isi. Abstrak Kata Pengantar Ucapan Terima Kasih. Daftar Tabel Daftar Lampiran

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kedwibahasaan atau sering disebut sebagai bilingualisme merupakan

CAMPUR KODE SIARAN RADIO MOST FM PENYIAR ARI DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang pernah diteliti antara lain sebagai berikut ini.

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan sebagai sarana komunikasi. Adapun proses komunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM IKLAN RADIO MERAPI INDAH FM KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

CAMPUR KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS 1 SD NEGERI 3 GEROKGAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR. Oleh

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA GELAR WICARA REPUBLIK SENTILAN SENTILUN. Oleh

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS X SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

CAMPUR KODE BAHASA DAERAH DAN BAHASA ASING KE DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM PARODI INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) NI LUH GEDE SUMARIANI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN PADA KELAS VII A SMP NEGERI 1 JAWAI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 12 KERINCI

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CAMPUR KODE DALAM NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bahasa, baik yang positif atau bahkan memberi suatu

CAMPUR KODE BERBAHASA JAWA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH PERMATA HATI BERBAH SLEMAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut (Kridalaksana, 1984:106). 2.1.1 Kode Menurut Kridalaksana (1984:102) kode merupakan lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu, bahasa manusia adalah sejenis bahasa kode. Kode adalah sistem bahasa dalam suatu masyarakat. Kode juga dapat berarti variasi tertentu dalam suatu bahasa. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan kode adalah lambang ungkapan yang digunakan dalam suatu masyarakat untuk menggambarkan makna tertentu suatu bahasa. 2.1.2 Campur Kode Campur kode adalah penggunaan bahasa dengan mencampur dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi bahasa itu. Misalnya, seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia dengan menyisipkan kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa tersebut. Penggunaan bahasa seperti ini dapat dikatakan campur kode. Thelender (dalam Chaer dan Agustina, 2010:115) mencoba menjelaskan perbedaan alih kode dengan campur kode. Menurutnya, bila suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka 6

peristiwa tersebut disebut alih kode. Namun apabila suatu peristiwa tutur, klausaklausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode. 2.1.3 Sinetron Sinetron merupakan film yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik seperti televisi (KBBI, 2008:1312). Sinetron berasal dari singkatan sinema elektronik. Sinetron di Indonesia mengalami perkembangan, baik yang bertema percintaan, misteri, fantasi, supranatural, dan sebagainya. Hampir semua stasiun televisi seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, MNCTV dan sebagainya menayangkan sinetron.. Tayangan-tayangan sinetron ini dapat mempengaruhi pola tingkah laku penontonnya sehingga tayangan sinetron seharusnya berisikan motivasi yang baik dan pengetahuan. Namun seiring perkembangan zaman, sinetron di Indonesia menjadi sangat memprihatinkan karena terdapat beberapa unsur yang dikhawatirkan dapat merusak tingkah laku dan bahasa. Contohnya, sinetron Ganteng-ganteng Serigala, sinetron Diam-diam Suka, sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah menggunakan satu bahasa yang disisipi istilah dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Penggunaan bahasa seperti ini dalam sinetron biasa dilakukan untuk menaikkan minat penonton terhadap sinetron tersebut. 7

2.2 Landasan Teori Teori yang relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut. 2.2.1 Sosiolinguistik Menurut Chaer sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang erat. Sosiologi merupakan berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada, sedangkan linguistik berusaha mempelajari mengenai bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan pengguna bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2). Menurut Nancy Parrot Hickerson (dalam Chaer 2004:4) sosiolinguistik merupakan pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa. Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji hubungan bahasa dengan penutur di dalam lingkungan sosial. 2.2.2 Bilingualisme Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Bilingualisme merupakan salah satu gejala kebahasaan yang berkembang dari masa ke masa karena peristiwa kontak bahasa. 8

Secara harfiah, bilingualisme yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Menurut Chaer (2004:84), bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Prawiroadmodjo (dalam Aslinda 2010:25) mengatakan bahwa ciri yang menonjol dalam sentuhan bahasa adalah terdapatnya kedwibahasaan (bilingualisme) atau keanekaragaman bahasa (multilingualisme). Jadi peristiwa gejala bahasa itu tampak menonjol dalam wujud kedwibahasaan. Kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur. Kedwibahasaan lebih cenderung pada gejala tutur (parole) sedangkan kontak bahasa lebih cenderug terjadi pada gejala bahasa (langue). Pada prinsipnya, langue adalah sumber dari parole, maka dengan sendirinya kontak bahasa akan terjadi pada kedwibahasaan. Menurut Oscar (dalam Aslinda, 2010:25) kedwibahasaan tidak hanya dimiliki oleh perorangan, tetapi juga milik kelompok karena bahasa bukan hanya sebagai alat perhubungan di antara kelompok, melainkan sebagai alat untuk menunjukkan identitas kelompok. Suwito mengatakan masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi sebagaimana halnya dwibahasawan yang menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bilingualisme merupakan salah satu gejala bahasa yang terjadi karena penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur atau kelompok masyarakat. 9

2.2.3 Campur Kode Campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom sapaan dan sebagainya (Kridalaksana, 1984:32). Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi infomal. Dalam situasi bahasa formal jarang terjadi campur kode, kalau terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Aslinda, 2010:87). Menurut Rokhman (2013:38) ciri lain dari campur kode adalah bahwa unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Suwito yang mengatakan bahwa campur kode merupakan konvergensi yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya. Berdasarkan unsurunsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985:78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, antara lain: 1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata. Kata merupakan morferm atau kombinasi morferm yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk bebas 10

(Kridalaksana, 1984:89). Bahasa Indonesia memiliki empat kategori kata atau kelas kata, yaitu 1) kata nomina, 2) kata verba, 3) kata adjektiva dan 4) kata adverbia. 2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. Frasa dapat digolongkan menjadi empat yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisi (Ramlan, 1980:128). 3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster. Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda membentuk satu makna. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk baster atau kata campuran menjadi serpihan bahasa yang dimasukinya. 4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata. Perulangan kata merupakan kata yang terjadi sebagai akibat dari reduplikasi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata artinya pengulangan kata ke dalam bahasa inti dari suatu kalimat. 5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom. Idiom merupakan konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masingmasing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain atau dengan pengertian lain idiom merupakan konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Penyisipan unsur-unsur 11

yang berwujud ungkapan atau idiom merupakan penyisipan kiasan dari suatu bahasa menjadi dari sepihan bahasa inti yang dimasukinya. 6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa. Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari predikat yang dapat disertai dengan Subjek, Objek, Pelengkap,dan Keterangan. Subjek, Objek, Pelengkap dan Keterangan pada klausa bersifat mana suka yang dapat muncul ataupun tidak. Suwito (1985: 75) membedakan campur kode menjadi dua golongan, yaitu campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer codemixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode dengan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asli atau serumpun dan campur kode ke luar adalah campur kode yang unsurnya bersumber dari bahasa asing. Penelitian ini akan mengkaji berdasarkan bentuk dan jenis campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hal ini dilakukan karena teori tersebut cocok dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai campur kode sudah sering dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya Miyerni Sitepu (2007) dalam skripsinya yang berjudul Campur Kode dalam majalah Aneka Yess!. Teori yang digunakan peneliti tersebut sama dengan teori yang akan digunakan oleh peneliti yaitu teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Dalam hasil penelitiannya, peneliti tersebut menggolongkan datanya berdasarkan bentuk kata, frase, baster, pengulangan kata, dan ungkapan. Dalam penelitiannya, dia mengatakan bahwa campur kode 12

memiliki pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap bahasa karena dapat menambah kosakata dan merusak perkembangan bahasa yang ada. Yuningsih (2012) dalam skripsinya yang berjudul Campur Kode dalam Tabloid GAUL. Penelitiannya membahas mengenai bentuk dan pengaruh campur kode. Teori yang digunakan peneliti tersebut dalam penelitiannya adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Teori yang digunakan peneliti tersebut relevan dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Dalam hasil penelitiannya, bentuk campur kode ada yang berwujud kata, frasa, baster, dan ungkapan, sedangkan pengaruhnya yaitu berupa interfrensi dan integrasi. Penelitian mengenai tema campur kode ini juga pernah dilakukan oleh Eko Mandala Putra (2012) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Penggunaan Campur Kode dalam Ceramah Y. M. Bhiksu Uttamo. Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik sadap, teknik rekam dan teknik catat. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti tersebut akan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data karena peneliti tersebut dengan peneliti memiliki kesamaan sumber data yaitu sumber data lisan. Murliati (2013) dalam artikelnya yang berjudul Campur Kode Tuturan Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang. Menggunakan teori campur kode yang dikemukakan oleh Nursaid dan Marjusman Maksan yang mengatakan arah campur kode terbagi dua jenis yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode ke luar (outer code mixing). Dalam artikel tersebut, peneliti mengatakan bahwa campur 13

kode terbagi tiga bagian yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa bentuk satuan bahasa yang dominan mengalami campur kode adalah kata sedangkan bentuk satuan bahasa yang jarang mengalami campur kode adalah satuan bahasa berupa frasa. Rumusan masalah yang dibahas dalam artikelnya tersebut relevan dengan salah satu rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Selain itu, hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi tambahan dalam mengkaji jenis campur kode yang akan dibahas dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian tersebut mengkaji masalah yang sama dengan apa yangakan diteliti oleh peneliti. Dari beberapa penelitian yang relevan di atas, dapat digambarkan bagaimana peristiwa kebahasaan khususnya mengenai campur kode itu terjadi. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Namun dari penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti peristiwa campur kode yang terdapat pada sinetron. Jadi dapat dikatakan bahwa penelitian kali ini merupakan penelitian lanjutan atau perkembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. 14