BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pantang Makanan Selama Masa Nifas di Bpm Sri Lumintu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. 1. dibagi menjadi periode pasca persalinan (immediate postpartum), periode

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan di rumah sakit,

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan,

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat berkembang menjadi kanker. pembedahan ( operasi). Pembedahan memberikan konsekuesi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pengobatan melalui diet dan nutrisi paska operasi sangat penting dalam kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan, nutrisi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Status nutrisi pada seseorang adalah faktor utama yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat. Keadaan ini apabila tidak diperhatikan justru akan menjadi kekurangan gizi dan menghambat penyembuhan luka (Naesee, 2015). Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang asupan gizi pada pasien post operasi yang lebih baik. Dan pada akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap prilaku individu dan kelompok. Dimana tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah agar masyarakat, kelompok atau individu dapat berprilaku sesuai dengan pengetahuan terhadap asupan gizi pada pasien post operasi (Notoatmodjo, 2007 dalam Novian 2013). Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya melalui metode pendidikan individu yaitu dengan cara bimbingan dan konseling serta wawancara pada masing-masing 1

2 pasien. Metode tersebut memungkinkan kontak antara pasien dan petugas kesehatan secara langsung dan pendidikan kesehatan individu dan pasien akan merasa lebih diperhatikan serta tercipta hubungan saling percaya diantara keduanya (Maulana, 2009). Menurut Notoatmodjo (2003) agar mencapai hasil yang optimal, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan untuk sasaran kelompok maka metodenya harus disamakan dengan sasaran individu. Menurut Hasri (2012) hasil survei data WHO pada tahun 2009, yang melakukan tindakan bedah berjumlah 320 juta jiwa. Pasien RSU Tabanan Bali yang mengalami nutrisi kurang sebanyak 10 orang (52,6%) (Kusumayanti dkk, 2015). Pasien yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gombong yang mengkonsumsi makanan kurang nutrisi berpotensi menimbulkan infeksi, pada luka post operasi yaitu 3 orang (7,89%) Puspitasari dkk (2011). Di Jawa Timur yang mengalami nutrisi kurang sebanyak 10 pasien (83,3%) tempatnya di RS Bedah Mitra Sehat Lamongan (Nugroho, 2012). Menurut Data Poli Bedah RSUD Dr. Harjono Ponorogo, pasien yang menjalani operasi pada tahun 2015 sejumlah 502 orang, pada bulan Januari sampai September 2016 adalah 488 orang. Gizi merupakan faktor penting dalam penyembuhan luka, kondisi malnutrisi atau kekurangan gizi tersebut memiliki dampak yang mendalam pada penyembuhan luka setelah trauma operasi (Arnold dan Bahrul, 2006). Penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat, karena proses fisiologi penyembuhan luka tergantung pada tersedianya protein,

3 vitamin (terutama vitamin A dan C) dan serta mineral yang berperan dalam pembentukan jaringan baru pada proses penyembuhan luka (Potter, 2005). Nutrisi yang mengandung tinggi kalori tinggi protein penting bagi pasien paska trauma, tetapi tidak semua pasien mengonsumsi nutrisi yang disarankan oleh tim kesehatan lainya. Proses kesehatan individu dan kelompok sangat berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan asupan gizi dan proses penyembuhan luka pada pasien post operasi. Banyak individu ataupun kelompok masyarakat dari berbagai budaya percaya adanya hubungan antara makanan dengan kesehatan post operasi. Adat dan tradisi merupakan dasar prilaku tersebut disebabkan karena adanya kepercayaan terhadap larangan-larangan pada zaman orang tua dahulu. Orang tua dahulu mengatakan bahwa makan telur dapat mengakibatkan gatal disekitar luka dan luka sulit sembuh, padahal kepercayaan itu salah dan mengakibatkan luka post operasi lama sembuh dan terinfeksi (Sulistiana, 2014). Dengan diberikan pendidikan kesehatan pasien mendapatkan sumber informasi lebih banyak sehingga mendapatkan pengetahuan yang jelas sehingga dampak terhadap resiko ketidak patuhan semakin kecil (Notoatmodjo, 2003). Dampak dari nutrisi kurang (malnutrisi) gizi buruk menyebabkan gangguan proses penyembuhan luka melalui proses inflamasi yang berkepanjangan dan menyebabkan penyembuhan luka yang lama, serta lama rawat yang berkepanjangan. Penyembuhan luka sangat buruk dan beresiko luka terbuka kembali. Luka menetap, dan penyembuhan menjadi lebih lama serta risiko infeksi mengingkat (Nugroho, 2012).

4 Sebagaimana sudah dijelaskan diatas, kebutuhan gizi luka yang komplek menunjukkan bahwa dukungan nutrisi yang adekuat sangat menguntungkan dalam penyembuhan luka akut dan kronis. Salah satu hasil yang dapat dilakukan untuk meningkatkan asupan gizi pada pasien post operasi adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan individu menggunakan metode pendekatan secara perorangan. Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina orang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatan yaitu dengan bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling), dan wawancara (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan kelompok untuk meningkatkan pengetahuan pasien akan pentingnya gizi pada pasien post operasi, komunikasi, pemahaman tentang intruksi yang diberikan oleh perawat, dukungan keluarga, dukungan sosial, kontrol perilaku, sehingga keluarga pasien mendapatkan pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan individu dan kelompok oleh perawat, akan pentingnya asupan gizi pada pasien post operasi (Carpenito, 2000). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Efektifitas Pendidikan Kesehatan Individu dan Kelompok Dengan Tingkat Kepatuhan Asupan Gizi Pada Pasien Post Operasidi Poli Bedah RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

5 1.2 Rumusan masalah Bagaimana efektivitas pendidikan kesehatan individu dan kelompok dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi, yang melakukan rawat jalan di ruang poli bedah RSUD Dr. Harjono Ponorogo? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan individu dan kelompok dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien pos operasi, yang melakukan rawat jalan di ruang poli bedah RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sebelum diberikan pendidikan secara individu. 2. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sesudah diberikan pendidikan secara individu. 3. Perbedaan kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan secara individu. 4. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sebelum diberikan pendidikan secara kelompok. 5. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sesudah diberikan pendidikan secara kelompok. 6. Perbedaan kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan secara kelompok.

6 7. Menganalisis perbedaan efektivitas pendidikan kesehatan individu dan kelompok dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan pemberian informasi tentang peran perawat dalam pemberian pendidikan kesehatan individu dan kelompok dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi responden Menambah wawasan pada pasien dan keluarga pasien post operasi terhadap pentingnya pendidikan kesehatan individu dan kelompok dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi selama menjalani rawat jalan. 2. Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien post operasi. 3. Bagi Rumah Sakit penelitian dapat digunakan sebagai acuan sebagai dasar untuk meningkatkan efektivitas pendidikan kesehatan dengan metode yang

7 paling efektif dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk acuan pembelajaran dalam meningkatkan efektivitas pendidikan kesehatan dengan metode yang paling efektif dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi. 1.5 Keaslian penelitian 1. Rismawati dan Yulizawati (2011) dengan judul hubungan antara sikap ibu nifas terhadap makanan gizi seimbang dengan penyembuhan luka perineum di Klinik Bersalin Kharunisa tahun 2012. Dari hasil penelitian didapatkan sikap ibu nifas terhadap makanan gizi seimbang mayoritas positif yaitu sebanyak 37 orang (53,62%). Penyembuhan luka perineum ibu nifas mayoritas baik yaitu 41 orang (59,42%). Persamaan peneliti berupa gizi seimbang dalam penyembuhan luka. Perbedaan peneliti ini dan peneliti yang akan dilakukan adalah peneliti ini menggunakan metode kuantitatif bersifat analitik, desain yang dipakai menggunakan cross sectional yaitu penelitian dengan menggunakan variabel-variabel yang termasuk efek observasional pada waktu yang sama. 2. Sri Hananto Ponco Nugroho (2012) dengan judul Hubungan asupan nutrisi dengan lama penyembuhan luka post operasi hernia inguinalis di Rumah Sakit Bedah Mitra Sehat Lamongan dari hasil penelitian diatas di dapatkan hampir setengah pasien post operasi hernia inguinalis pasien

8 kontrol hari ke-7 di Rumah Sakit Bedah Mitra Lamongan asupan nutrisi kurang.sebagian besar pasien post operasi hernia inguinalis pasien kontrol hari ke-7 di Rumah Sakit Bedah Mitra Sehat Lamongan penyembuhan luka abnormal. Ada hubungan antara asupan nutrisi dengan lama penyembuhan luka post operasi hernia inguinalis di Rumah Sakit Bedah Mitra Sehat Lamongan. Persamaan peneliti berupa asupan gizi pasien post operasi. Perbedaan peneliti ini dan peneliti yang akan dilakukan adalah desain peneliti ini menggunakan Cross-sectional, dengan jumlah populasi sebanyak 29 responden. 3. Susetyowati, Maya Ija, Akhmad Makhmudi (2010) yang berjudul Status gizi pasien bedah mayor pre operasi berpengaruh terhadap penyembuhan luka dan lamarawat inap pasca operasi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta" menemukan bahwa ada hubungan antara status gizi signifikan dan penyembuhan luka. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel bebasnya dan tinggi kalori, dan tinggi protein yang akan dibahas. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang status gizi pada pasien yang melakukan post operasi terkait dengan penyembuhan luka.