BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

1

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIAL DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK MENIKAH MUDA DI KECAMATAN PUNUNG KABUPATEN PACITAN

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan yang sangat besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa di dahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial (Kemenkes RI, 2015). Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai, dan gaya hidup mereka. Remaja yang dulu terjaga kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nila-nilai tradisional yang ada telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup (Suryoputro dkk, 2006). Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pertama kali pada usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja 1

2 laki-laki yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun. Pada usia tersebut di khawatirkan belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga mereka berisiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat, antara lain melakukan hubungan seks pranikah (Kemenkes RI, 2015). Seks bebas (free sex) atau seks pranikah kini telah menjadi trend oleh beberapa kelompok pelajar serta merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Atas dasar fenomena tersebut, segala peraturan dan tindakan hukum telah dilakukan. Akan tetapi masih saja sulit untuk diatasi dan belum ditemukan solusi yang terbaik. Jika dicermati maraknya tindakan asusila dan pergaulan bebas di beberapa kelompok pelajar disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor penyebab utamanya yaitu minimnya pengetahuan seks yang benar dan terpadu melalui pendidikan formal (sekolah) maupun non formal (keluarga/orang tua) (Pratama, 2014). Faktor lain yang dapat memengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciriciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, Learning by doing (Pratiwi dan Basuki, 2010). Berbagai penelitian menemukan permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja adalah masalah perilaku, kurangnya akses pelayanan dan kurangnya informasi yang benar (Azwar, 2001). Masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh kelompok usia remaja saat ini,

3 salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah perilaku seksual remaja. Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosio kultura. Beberapa aktivitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual, seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual (Pangkahila, 2004). Di Nigeria, diantara remaja usia 14-19 tahun terdapat 42,5% remaja putri dan 68,3% remaja putra yang sudah bersenggama, saling meraba payudara atau alat kelamin 49,2% untuk remaja putri dan 73,3% untuk remaja putra. Di USA setiap tahunnya dilaporkan 500.000 remaja hamil dan 70% diantaranya belum menikah. Di negara yang masih berkembang seperti Afrika (misalnya di Accra), aktivitas seksual di kalangan remaja jauh lebih tinggi di pedesaan, sebab pengetahuan tentang pendidikan seks tidak ada sama sekali (Sarwono, 2010). Hasil penelitian Riskesdas (2010) di Indonesia terhadap 31.676 responden remaja laki-laki dan 31.372 remaja perempuan dengan usia 10-24 tahun di dapatkan 3,0% remaja laki-laki dan 1,1% remaja perempuan menjawab pernah melakukan hubungan seksual. 0,5% perempuan telah melakukan hubungan seksual pertama kali usia 8 tahun dan laki-laki 0,1%. Walaupun angkanya masih dibawah 5%, kejadian ini harusnya dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi sejak usia masih muda. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 menunjukkan sebesar 1% wanita menyatakan pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan pria cenderung lebih banyak (6%) yang menyatakan pernah

4 melakukan hubungan seksual. Penelitian Lestary (2011) di Indonesia menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007 menunjukkan perilaku berisiko pada remaja di Indonesia berhubungan signifikan dengan pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua, dan adanya teman yang berperilaku berisiko. Faktor yang paling dominan hubungannya adalah jenis kelamin. Remaja laki-laki berpeluang 30 kali lebih besar untuk merokok, 10 kali lebih besar untuk minum alkohol, 20 kali lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba, dan 5 kali lebih besar untuk hubungan seksual pranikah, jika dibandingkan dengan remaja perempuan. Hasil penelitian Chandra (2012) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta X2 di Kota Depok menunjukkan perilaku seksual yang pernah dan biasa dilakukan oleh informan siswa/siswi adalah berpegangan tangan, membelai rambut, berciuman bahkan ada yang pernah meraba bagian sensitif pasangannya. Penelitian yang sama dilakukan oleh Oktarina (2011) di 7 SMU dan SMK di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas dimana perilaku pacaran siswa/siswi (pegangan tangan 86,8%), berpelukan 66,2%, berciuman 64%, deep kissing, meraba (diraba/merangsang/dirangsang) 29,4% dan hubungan seksual 14,7%). Distribusi frekuensi menurut kategori perilaku seksual berdasarkan Provinsi data Riskesdas MDG S Tahun 2010 di Provinsi Banten sebanyak 132 orang (6,5%) mempunyai perilaku seks tidak aman. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara perilaku seksual tidak aman

5 terhadap kesehatan reproduksi remaja terutama yang belum pernah memperoleh penyuluhan kesehatan reproduksi (Pratiwi dan Basuki, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutiara (2008) dalam Pratama (2014) di Bandung terhadap 100 orang responden, 100% remaja telah melakukan perilaku berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% necking, 56% meraba bagian tubuh yang sensitive, 52% petting, 33% oral seks, dan 34% sexual intercourse. Di dukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Purwoko (2011) di Universitas Esa Unggul Jakarta menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah. Di dukung penelitian yang dilakukan oleh Endarto dan Purnomo (2006) di SMKN 4 Yogyakarta menunjukkan ada pengaruh antara faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual remaja. Penelitian Yunita (2007) di SMAN I Kartasura menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pra nikah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMKN 5 Kabupaten Tangerang pada tanggal 1 Agustus 2016 dengan melakukan wawancara terhadap 10 orang siswa-siswi, diperoleh data sebanyak 10 orang (100%) telah memiliki pacar. Berdasarkan perilaku seksual siswa/i, sebanyak 10 orang (100%) pernah berpegangan tangan, 6 orang (60%) pernah berpelukan, 3 orang (30%) necking, 2 orang (20%) meraba bagian tubuh yang sensitive, 2 orang (20%) petting, 2 orang (20%) oral seks, dan 2 orang (20%) sexual intercourse. Sedangkan untuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

6 diperoleh sebanyak 6 orang (60%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan seksual, 3 orang (30%) mempunyai pengetahuan yang cukup dan 1 orang (10%) mempunyai pengetahuan yang baik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMKN 5 Kabupaten Tangerang Tahun 2016. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan studi awal yang penulis lakukan di SMKN 5 Kabupaten Tangerang, penulis memperoleh permasalahan penelitian yang dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut : 1.2.1. Seks bebas (free sex) atau seks pranikah kini telah menjadi trend oleh beberapa kelompok pelajar serta merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Atas dasar fenomena tersebut, segala peraturan dan tindakan hukum telah dilakukan. Akan tetapi masih saja sulit untuk diatasi dan belum ditemukan solusi yang terbaik. Jika dicermati maraknya tindakan asusila dan pergaulan bebas di beberapa kelompok pelajar disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor penyebab utamanya yaitu minimnya pengetahuan seks yang benar dan terpadu melalui pendidikan formal (sekolah) maupun non formal (keluarga/orang tua). 1.2.2. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMKN 5 Kabupaten Tangerang pada tanggal 1 Agustus 2016 dengan melakukan wawancara terhadap 10

7 orang siswa-siswi, diperoleh data sebanyak 10 orang (100%) telah memiliki pacar. Berdasarkan perilaku seksual siswa/i, sebanyak 10 orang (100%) pernah berpegangan tangan, 6 orang (60%) pernah berpelukan, 2 orang (30%) necking, 2 orang (20%) meraba bagian tubuh yang sensitive, 2 orang (20%) petting, 2 orang (10%) oral seks, dan 2 orang (20%) sexual intercourse. Sedangkan untuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diperoleh sebanyak 6 orang (60%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan seksual, 2 orang (20%) mempunyai pengetahuan yang cukup dan 2 orang (20%) mempunyai pengetahuan yang baik. 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi variabelnya. Perilaku seksual remaja sebagai variabel dependen dan pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai variabel independen. 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis pilih maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian kuantitatif sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMKN 5 Kabupaten Tangerang Tahun 2016?.

8 1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMKN 5 Kabupaten Tangerang Tahun 2016. 1.5.2. Tujuan Khusus 1.5.2.1. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMKN 5 Kabupaten Tangerang Tahun 2016. 1.5.2.2. Mengidentifikasi gambaran perilaku seksual remaja di SMKN 5 Kabupaten Tangerang Tahun 2016. 1.5.2.3. Menganalisis hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMKN 5 Kabupaten Tangerang Tahun 2016. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan dapat memberi tambahan wawasan dalam berfikir ilmiah serta memperoleh informasi tentang perilaku seksual siswa. 1.6.2. Bagi SMKN 5 Kabupaten Tangerang Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi SMKN 5 Kabupaten Tangerang khususnya tentang angka

9 kejadian perilaku seksual pada siswa/i di SMKN 5 Kabupaten Tangerang, dan sejauh mana pengetahuan siswa terkait masalah kesehatan reproduksi khususnya tentang kesehatan seksual. 1.6.3. Bagi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi ilmiah untuk penelitian berikutnya dengan masalah dan judul yang berbeda juga bahan kepustakaan serta perbandingan terutama pada kasus kejadian perilaku seksual pada siswa SMK.