BAB I PENDAHULUAN. semakin dahsyat dengan datangnya kapitalis dunia. P. Berger dalam meramalkan, dalam era

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

PENYERTAAN MODAL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan LAFAI

ANALISIS YURIDIS SITA UMUM ASET BADAN USAHA MILIK NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. mulanya diawali dengan adanya perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

RERANGKA KERJA AUDIT SEKTOR PUBLIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONSEP TENTANG KEUANGAN NEGARA YANG IDEAL BERDASARKAN TINDAK PEMERINTAHAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir

Uji Materiil Undang-Undang Keuangan Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM DAGANG ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

Pengaturan dan Permasalahan Tata Kelola Badan Usaha Milik Negara Oleh: Febry Liany * Naskah diterima: 13 Oktober 2015; disetujui: 13 Oktober 2015

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN P.T. BEKASI PUTERA JAYA

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIKDAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

PROBLEMATIKA STATUS KEKAYAAN NEGARA DALAM PERMODALAN BUMN PERSERO Oleh: Amanda Savira Karin

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG. Draf Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) REBONG PERMAI

daerah, maka Pemerintah Daerah mengadakan penyertaan modal pada

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini challenge globalisasi meruntuhkan filosofi bangsa Indonesia terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini telah diramalkan oleh P. Berger bahwa badai globalisasi semakin dahsyat dengan datangnya kapitalis dunia. P. Berger dalam meramalkan, dalam era global seperti ini negara kapitalislah yang akan menguasai panggung politik dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa di dunia dan secara tidak lansung juga nasib sosial, politik dan kebudayaan. Hukum Ekonomi sebagai kebijakan dalam suatu negara harus dibuat berlaku sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini berarti kebijakan tersebut harus mengikuti arus ekonomi global. Namun, di sisi lain negara harus tetap memiliki strategi untuk mengatasi krisis ekonomi yang akan dialami suatu negara. Strategi hukum Ekonomi yang digunakan oleh negara Indonesia diharapkan tepat sasaran. Hal ini ditujukan agar dimasa kemudian, Bangsa Indonesia dapat lebih tangguh didalam mengatasi gejolak ekonomi, globalisasi terutama dengan adanya ASEAN free Trade. Sistem ekonomi Pancasila mengandung nilai-nilai keindonesiaan yaitu kekeluargaan dan kemandirian sebagai jati diri budaya bangsa. Kemandirian dibangun dengan semangat kekeluargaan itu tidak dapat dipisahkan dari akar budaya dan nilai-nilai religius yang hidup dalam masyarakat. Perusahaan negara adalah perusahaan yang didirikan oleh negara dan modalnya milik negara. Karena itu sering disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN disebutkan bahwa BUMN adalah badan negara yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan modal secara lansung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, keterlibatan negara dibidang ekonomi dengan mendirikan serta menjalankan usaha dilegalisir oleh Pasal 33 UUD 1945, yang menetapkan peran negara dalam pembangunan nasional khususnya dibidang pembangunan ekonomi, yang memberikan porsi kepada negara untuk menguasai dan mengusahai bidangbidang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak serta penetapan hak menguasai dari negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Negara mendirikan dan menjalankan perusahaan memang diberikan oleh sistem ekonomi yang dianut. Sistem mixed economy, yang merupakan sistem campuran antara system ekonomi liberalis/kapitalis dan system ekonomi komunis, disamping memberikan kebebasan kepada swasta untuk bergerak dalam bidang ekonomi, tetapi tidak semuanya dapat diserahkan kepada swasta. Melalui Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 diatas ditegaskan bahwa susunan perekonomian Indonesia itu adalah usaha bersama, yang berarti usaha antara pemerintah (negara) dengan rakyat secara bersama-bersama. Dengan demikian selain rakyat, pemerintah, melalui unit yang dimilikinya juga merupakan pelaku ekonomi. Dalam hal inilah negara atau pemerintah membentuk perusahaan negara sebagai salah satu bentuk peran serta negara atau pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Melalui Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 itu, untuk mendukung pelaksanaan tugas dan kewajiban negara atau pemerintah dibidang ekonomi, diserahkanlah potensi-potensi ekonomi tertentu kedalam penguasaan negara, yaitu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Konsekuensi dari penguasaan potensi ekonomi itu terbentuklah perusahaan oleh negara yang disebut dengan perusahaan negara itu. Selanjutnya Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ditetapkanlah bahwa bumi, air dan kekayaan

alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara. Hak menguasai negara atas sumber daya alam itu antara lain diwujudkan dengan mendirikan perusahaan oleh negara untuk mengatur dan mengelola pemanfaatan sumber daya alam. Pemerintah selaku pihak yang menguasai kekayaan alam tidak memberikan semua kepada pihak swasta, akan tetapi pengelolaannya lebih banyak diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Walaupun BUMN tujuannya mengejar keuntungan, namun BUMN juga bertujuan memberikan kemakmuran kepada masyarakat dengan menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Latar belakang negara mendirikan BUMN selebihnya adalah karena negara berkeinginan untuk meningkatkan pendapatannya. Seperti diketahui bahwa penghasilan negara berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak/pnbp. Negara mendirikan BUMN, tujuannya untuk menambah pendapatan yang berasal bukan pajak. Dengan menanamkan modalnya kedalam BUMN, yang diharapkan oleh negara akan memperoleh keuntungan dari BUMN yang berupa pembagian deviden. BUMN sebagai perusahaan mempunyai tujuan mencari keuntungan dari pengelolaan usahanya. Keuntungan yang diperoleh BUMN tidak seluruhnya diambil oleh BUMN, melainkan dilakukan pembagian antara BUMN dengan negara. BUMN terlebih dahulu melakukan penyisihan untuk dana cadangan, kemudian mengambil sebagian untuk pembayaran penghasilan semua personil BUMN, dan sisanya untuk dibagikan kepada negara sebagai pemegang modal/saham. Modal BUMN berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pemisahan kekayaan negara dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN, untuk melanjutkan pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Pengurusan BUMN dilakukan oleh direksi. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN baik

didalam maupun diluar pengadilan. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran. Direksi selaku organ BUMN yang ditugaskan melakukan pengurusan tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN dan tetap berpegang pada penerapan prinsip-prinsip good corporate governance. Pengawasan BUMN dilakukan oleh komisaris dan dewan pengawas. Komisaris dan dewan pengawas bertanggung jawab penuh atas pengawasan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN. Dalam melaksanakan tugasnya, komisaris dan dewan pengawas harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran. Para anggota direksi, komisaris dan dewan pengawas dilarang ambil keuntungan pribadi, baik secara langsung maupun tidak lansung dari kegiatan BUMN selain penghasilan yang sah. Mengambil keuntungan pribadi artinya menyalahgunakan wewenangnya sebagai anggota direksi, komisaris atau dewan pengawas BUMN untuk kepentingan sendiri, kelompok atau golongan. BUMN dibentuk oleh negara semata-mata untuk dijadikan perusahaan. Sampai kini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui secara persis dimana posisi BUMN. Mereka beranggapan BUMN merupakan lembaga pemerintah atau lembaga negara. Hal ini dikarenakan masyarakat masih terpengaruh oleh istilah milik negara pada kepanjangan BUMN-Badan Usaha Milik Negara, sehingga memiliki pandangan seperti itu. Di antara masyarakat tersebut bukan hanya orang awam melainkan diantara kalangan pengusaha, penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim dan pengacara bahkan personel BUMN sendiri memandang BUMN bukan lembaga swasta. Kebanyakan mereka beralasan

karena modalnya berasal dari negara. Ada juga yang berasalan BUMN termasuk lembaga yang berada dibawah Kementrian Negara BUMN. Pengaruh pandangan peraturan-peraturan sebelum UU BUMN berlaku masih kental dibenak mereka dimana waktu itu pejabat dan pegawai BUMN dimasukkan sebagai Pegawai negeri sipil. Pandangan-pandangan masyarakat di atas tidak tepat karena dengan status perusahaan BUMN sama sekali tidak berada di dalam struktur organisasi pemerintah maupun negara. BUMN sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang posisinya di luar pemerintahan. Hanya bedanya dengan perusahaan yang bukan BUMN hanya terletak pada modalnya saja, yaitu modal BUMN sebagian besar atau seluruhnya milik negara. Dengan mengetahui letak BUMN berada diluar pemerintahan dan dihubungkan dengan status kepemilikan harta kekayaan yang ada didalam BUMN, maka harta kekayaan tersebut bukan termasuk kekayaan negara, melainkan kekayaan BUMN sendiri. Perseroan sebagai badan hukum (rechtperson, legal person) seperti yang dikemukakan Pasal 3 ayat (1) Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, merupakan entitas atau wujud hukum (legal entity) yang terpisah dari pemiliknya, dalam hal ini dari para pemegang saham (shareholder). Permasalahan milik siapa kekayaan BUMN terjadi karena Undang-Undang BUMN tidak mengatur dengan tegas dan jelas bahwa kekayaan BUMN adalah milik BUMN. Di lain pihak sejak UU BUMN diberlakukan hingga kini tampaknya sangat jarang sekali pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah milik siapa kekayaan BUMN tampak sudah dapat dijawab sesuai dengan prinsip-prinsip korporasi. Secara teori dapat diketahui, BUMN sebagai badan hukum mempunyai harta kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pengurus dan kekayaan pendiri. Oleh karena itu di dalam UU BUMN modal BUMN dipisahkan dari APBN dan pengelolaannya berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Kemudian posisi BUMN yang berada di luar organisasi pemerintah maupun organisasi negara memperkuat dalih status kekayaan BUMN bukan milik negara. Prinsip keuangan negara yang mengatakan kekayaan BUMN termasuk kekayaan negara bertentangan dengan prinsip UU BUMN kiranya perlu disinkronisasikan dengan cara merevisi UU tersebut seperlunya dan secepatnya agar tercapai kepastian hukum. Didalam Pasal 2 huruf g dan huruf I Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, definisi keuangan negara mencakup antara lain kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah dalam hal ini BUMN dan termasuk juga kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Ketentuan ini tidak mengikat secara yuridis tatkala dikaitkan dengan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, bahwa perusahaan persero yang selanjutnya disebut persero, adalah badan usaha milik negara yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Kemudian Pasal 4 ayat (1) UU BUMN yang menegaskan modal usaha milik negara merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sementara itu, penjelasannya menentukan bahwa yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk dijadikan penyertaan modal negara pada badan usaha milik negara untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi

didasarkan pada sistim anggaran pendapatan dan belanja negara, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Dilain pihak, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Perseroan Terbatas, ditegaskan bahwa perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Kemudian, Pasal 7 ayat (4) UUPT yang menegaskan perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Berdasarkan ketentuan, baik dalam UU BUMN maupun UU PT, badan usaha milik negara merupakan badan hukum perseroan yang pengesahannya dilakukan dengan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta tunduk pada hukum privat. Disamping itu, memiliki kekayaan terpisah dengan kekayaan negara maupun pemegang saham (pemilik), direksi (pengurus) dan komisaris (pengawas). Meskipun negara memiliki saham paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) ketika terdapat piutang pada badan usaha milik negara karena akibat dari perjanjian yang dilakukan selaku entitas perusahaan tidak boleh dikelompokkan sebagai piutang negara sebagai konsekuensi pemisahan kekayaan negara. Mengingat, badan usaha milik negara tersebut telah memiliki kekayaan tersendiri bukan merupakan kekayaan negara dalam kategori sebagai keuangan negara. Hal ini dimaksudkan agar mekanisme pengelolaan, termasuk pengurusan piutang badan usaha milik negara dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat dan tidak boleh mengenyampingkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan hukum publik dan badan hukum privat memiliki perbedaan secara prinsipil dalam pengelolaan keuangannya. Badan hukum publik mengelola keuangannya tunduk pada hukum publik dan badan hukum privat mengelola keuangannya tunduk pada hukum privat.

Sebagai contoh, negara sebagai badan hukum publik dalam mengelola keuangannya tunduk pada peraturan yang terkait dengan keuangan negara. Sementara itu, badan usaha milik negara sebagai persero dalam mengelola keuangannya tunduk pada hukum privat yang terkait dengan harta kekayaan yang dimilikinya. Demikian pula pada Pasal 2 huruf i Undang-Undang Keuangan Negara yang menegaskan bahwa kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh negara. Ketentuan ini mengandung makna kekayaan pihak swasta tatkala memperoleh fasilitas dari negara merupakan pula keuangan negara. Ketika pihak swasta yang memperoleh fasilitas dari negara dalam pergaulan hukum menimbulkan kerugian dan bahkan dinyatakan pailit, berarti negara wajib bertanggung jawab atas beban yang dipikul oleh pihak swasta tersebut. Pada akhirnya, suatu saat negara mengalami kepailitan karena beban yang dipikul terlalu berat, baik terhadap keuangan negara yang dikelola oleh pemerintah sebagai badan hukum publik maupun terhadap badan hukum privat. Berdasarkan realitas yang dikemukakan tersebut maka Penulis tertarik untuk menulis tesis dengan judul Prinsip Pemisahan Harta Kekayaan Badan Hukum yang Menjadi Modal BUMN Persero di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. B. Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang relevan untuk diangkat dan dibahas di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prinsip pemisahan harta kekayaan badan hukum yang menjadi modal BUMN Persero ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas? 2. Bagaimana pelaksanaan prinsip pemisahan harta kekayaan badan hukum pada kekayaan negara yang menjadi modal di BUMN Persero?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui prinsip pemisahan harta kekayaan badan hukum yang menjadi modal BUMN Persero ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip pemisahan harta kekayaan badan hukum pada kekayaan negara yang menjadi modal di BUMN Persero Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pemisahan harta pada sebuah badan hukum dan sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis selama kuliah di Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Riau. 2. Untuk memberikan masukan bagi mahasiswa yang ingin memperdalam masalah ini. 3. Untuk memberikan gambaran atau pedoman bagi penulis lain yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam. D. Tinjauan Pustaka Dalam bidang hukum perdata, selain orang perseorangan atau manusia (natuurlijk person), juga sudah umum dipandang sebagai subyek hukum yaitu badan hukum (rechtpersoon). Contoh badan hukum yaitu Perseroan Terbatas. Tindakan-tindakan dalam rangka kegiatan usaha Perseroan Terbatas dipandang sebagai tindakan perseroan terbatas itu sendiri. Tanggung jawab berada pada Perseroan Terbatas, sampai sebatas kekayaan Perseroan Terbatas, dan tidak sampai pada kekayaan pribadi dari orang perorangan yang menjalankan Perseroan Terbatas. Dengan badan hukum sebagai kumpulan harta maka harus dipisahkan dari harta pemiliknya.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, suatu badan hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan orang-orang yang menjalankan kegiatan dari badan hukum tersebut. 2. Memiliki hak dan kewajiban orang-orang yang menjalankan kegiatan badan tersebut. 3. Memiliki tujuan tertentu. 4. Berkesinambungan (memiliki kontinuitas) dalam arti keberadaannya tidak terikat pada orang-orang tertentu, karena hak dan kewajibannya tetap ada meskipun orang-orang yang menjalankannya berganti. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan usaha yang mempunyai kekayaan, hak serta kewajiban sendiri yang terpisah dari kekayaan, hak serta kewajiban para pendiri maupun pemilik perseroan. Hal ini selaras dengan pengertian perseroan terbatas menurut Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya. Eksistensi Perseroan Terbatas pada mulanya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), dalam perkembangannya di buatlah Undang-Undang Nomor 1 Tahu 1995 yang kemudian diganti lagi dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan undang-undang paying yang mengatur badan-badan usaha negara. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang dimaksud dengan BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara lansung yang berasal dari kekayaan negara.

Ada dua bentuk BUMN yang dimungkinkan dalam UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003. Pertama-tama ada yang dinamakan Perusahaan Umum (Perum). Di samping Perum ada lagi yang dinamakan Perusahaan Perseroan atau yang disingkat Persero. Untuk Persero selain ditundukkan pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, di tundukkan pula kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Keuangan negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD, Keuangan negara pada perjan, Perum, PN-PN, dan sebagainya. Sedangkan definisi keuangan negara dalam arti sempit, hanya meliputi setiap badan hukum yang berwenang mengelola dan mempertanggungjawabkannya. Keuangan yang meliputi APBN, APBD dan BUMN serta BUMD, tidak lah tepat apabila menggunakan istilah keuangan negara, yang lebih tepat adalah menggunakan istilah keuangan publik. Persero atau Perusahaan Persero dalam badan usaha milik negara (BUMN) pada prinsipnya sama dengan Perseroan Terbatas sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perusahaan Umum (Perum) didirikan untuk menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, keuangan negara meliputi: 1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan, dan mengedarkan utang, dan

melakukan pinjaman. 2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga. 3. Penerimaan negara. 4. Pengeluaran negara. 5. Penerimaan daerah. 6. Pengeluaran daerah. 7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak. Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam huruf i meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah. 8. Lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah. 9. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum. 10. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. E. Metode Penelitian. 1. Jenis dan Sifat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif dengan spesifikasi studi dokumentasi dimana penulis memperoleh data-data berdasarkan atas studi terhadap dokumen berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur lain yang penulis dapatkan melalui studi kepustakaan. Dilihat dari sifatnya maka penelitian ini adalah bersifat Deskriptif dimana penulis

bermaksud menggambarkan secara rinci dan sistimatis tentang prinsip pemisahan harta kekayaan pada BUMN dengan keuangan negara. Adapun pendekatan didalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) yakni pendekatan terhadap legislasi dan regulasi. Salah satu alas an digunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah karena belum ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang dijadikan referensi dalam memecahkan isu hukum yang diajukan.

2. Obyek Penelitian. Adapun obyek dari penelitian ini mengenai prinsip dan pelaksanaan pemisahan harta badan hukum dengan harta kekayaan pemegang saham dalam hal ini negara di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 3. Data dan Sumber Data. Sumber data pada penelitian ini berdasarkan kepada data sekunder yang didapatkan dari buku-buku dan literatur lainnya yang dijadikan pedoman untuk mengembangkan tulisan ini untuk lebih jelasnya sumber data terdiri : a. Bahan Hukum Primer Merupakan data pokok yang menjadi dasar penulisan ini. Penulis mengambil dari ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas dan BUMN seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya. b. Bahan Hukum Sekunder Merupakan data penunjang yang diperoleh melalui kumpulan buku-buku kepustakaan sebagai pendukung bahan hukum primer, yaitu buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam penelitian ini. c. Bahan Hukum Tersier Merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan bahan-bahan hukum berupa undangundang yang berkaitan dengan permasalahan ini baik yang bersifat nasional maupun yang

bersifat internasional,disamping itu juga melalui media-media internet dan media massa lainnnya. F. Analisis Data Analisis data yang penulis gunakan pada penelitian yang bersifat normatif ini yaitu dengan cara di mana data yang penulis peroleh dari bahan hukum primer dan sekunder berupa buku-buku kepustakaan serta bahan hukum tersier. Data tersebut penulis rangkum dengan membuat pengelompokan berdasarkan jenis dari masing-masing buku agar memudahkan penulis dalam menulis secara tersusun dan sistimatis. Selanjutnya dari kalimat demi kalimat yang telah tersusun secara sistimatis tersebut, penulis menganalisis, mengolah dan membahasnya serta mencoba melakukan perbandingan antara teori-teori, pendapat-pendapat para ahli serta membandingkan dengan ketentuanketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian barulah penulis menarik kesimpulan dari yang penulis dapatkan dan kumpulkan kedalam tulisan ilmiah yang tersusun secara sistematis dari pembahasan yang berpedoman pada tujuan penelitian. Adapun hasil kesimpulan ini dilakukan secara deduktif yaitu mengambil hasil kesimpulan penelitian dari yang bersifat umum kepada hal yang bersifat khusus.