BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Yogyakarta adalah Daerah Istimewa yang terletak di tengah pulau

Abortus Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Oleh : Hj. Khusnul Hitamina

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia.

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

I. PENDAHULUAN. yang berarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Abortus Provocatus merupakan salah

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB XX KETENTUAN PIDANA

TINDAKAN ABORSI DENGAN ALASAN INDIKASI MEDIS KARENA TERJADINYA KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

BAB V PENUTUP. dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG MEMBANTU MELAKUKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pembuatan hukum baru dan penggantian hukum lama. Urgensi politik hukum

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

PAYUNG HUKUM PELAKSAAN ABORTUS PROVOKATUS PADA KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara

PERBUATAN ABORSI DALAM ASPEK HUKUM PIDANA DAN KESEHATAN

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 03Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

ABSTRAK. Oleh HERNIWATI, SH. A

BAB I PENDAHULUAN. gelombang kejahatan yang cukup terasa dan menarik perhatian, terutama bagi

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan reproduksi adalah keadaan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TURUT SERTA TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

TINJAUAN TERHADAP LEGALISASI ABORSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus :58:42

BAB 1 PENDAHULUAN. minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

TINDAKAN ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH DOKTER DENGAN ALASAN MEDIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN Oleh : Clifford Andika Onibala 2

BAB I PENDAHULUAN. belaka (machsstaat). Hal itu berarti bahwa Republik Indonesia adalah negara

I. PENDAHULUAN. manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut oleh Pemberi

3 Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 56

PENGGUGURAN KANDUNGAN AKIBAT PEMERKOSAAN DALAM KUHP 1 Oleh : Freedom Bramky Johnatan Tarore 2

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah. Survei Lapangan: melalui organisasi dan narasumber terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan negara Indonesia seperti dirumuskan dalam Pembukaan Undang-

PETUN JUK PENGERJAAN

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perbuatan yang legal atau perbuatan ilegal. Beragam pendapat muncul

BAB II KETENTUAN TENTANG TINDAK PIDANA PENGGUGURAN KANDUNGAN. A. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. berhak atas perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan dan memberikan

ABORTUS PROVOCATUS DAN HUKUM SYAFRUDDIN, SH, MH. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III ABORSI DALAM KONTEKS KEDARURATAN MEDIS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB III LEGALISASI ABORSI KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN. A. Latar Belakang Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan lingkungan masyarakat.

RINGKASAN SKRIPSI/NASKAH PUBLIKASI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA ABORSI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi.

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM ISLAM. Yuly Sulistyorini, S.KM., M.Kes Departemen Biostatistika dan Kependudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

ASPEK HUKUM TERHADAP ABORTUS PROVOCATUS DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa yang merupakan calon generasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW

I. PENDAHULUAN. mampu melakukan penyaringan terhadap kebudayaan asing yang bersifat liberal. Para remaja

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material 1. Maka jika dua

Keywords: Abortion, Victims, Rape, Criminal Code, Law No. 36 of 2009.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB III LEGALISASI ABORSI MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN. A. Penyusunan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. Negara hukum adalah negara. yang berlandaskan hukum dan keadilan bagi warganya.

Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Pasal 31 kehamilan akibat perkosaan.

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB III. PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya Penulis akan

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. dijaga, karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, hak-hak sebagai manusia yang

Dengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup modern sekarang ini menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya, juga berpengaruh terhadap tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Salah satunya yaitu keberadaan seorang anak dalam sebuah keluarga. Pada sebagian masyarakat, kehadiran anak ternyata tidak selamanya di kehendaki, karena adanya kekhawatiran dengan adanya anak dapat mengganggu karir, usaha, pekerjaan, maupun masa depannya. Mereka menganggap bahwa dengan adanya anak dapat menghambat kelancaran aktifitas mereka. Untuk orang yang belum menikah perubahan tatanan nilai juga dapat menimbulkan dampak yang negatif. Salah satunya yaitu semakin memberikan kemudahan dan juga membuka peluang untuk melakukan sesuatu hal yang menyimpang, seperti kemudahan untuk melakukan seks bebas yang tidak menutup kemungkinan akan berakhir pada suatu kehamilan yang tidak di kehendaki dan akhirnya akan mengarah pada perbuatan aborsi. Banyaknya penemuan mayat bayi yang belum cukup bulan untuk lahir yang beritanya sering menghiasi media massa menunjukkan suatu indikasi adanya kehamilan yang tidak di kehendaki dikalangan perempuan, yang biasanya kehamilan itu terjadi pada situasi ketika perempuan tidak merencanakan untuk hamil, hal ini dapat disebut Unwanted Pregnancy. Kejadian unwanted pregnancy dapat mengarah pada dilakukannya tindakan aborsi walaupun aborsi dianggap sebagai tindakan illegal di 1

Indonesia namun angka terjadinya aborsi mencapai 750.000 sampai 1.000.000 kejadian per tahun. Angka tersebut berkisar antara 40% sampai 50% (sebagian besar adalah aborsi yang tidak aman) dilakukan oleh remaja perempuan. Berdasarkan data yang dikeluarkan BKKBN, diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa. Bahkan, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja seperti di Surabaya tercatat 54%, Bandung 47%, dan 52% di Medan. Tingginya angka aborsi di kalangan remaja ini seringkali di kaitkan dengan kebebasan seks dan kegagalan KB. 1 Aborsi merupakan tindakan yang illegal dan melanggar hukum di Indonesia jika dilakukan diluar medis. Sehingga aborsi yang dilakukan diluar alasan tersebut biasanya dilakukan secara diam-diam dengan bantuan individu yang tidak terlatih dengan pengetahuan yang minimal sehingga tidak dapat memperkirakan akibat yang akan ditimbulkan. Tindakan ini dikategorikan sebagai aborsi tidak aman ( unsafe abortion ), yaitu penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih / kompeten dan menggunakan sarana yag tidak memadai dan biasanya dilakukan oleh dukun beranak, tukang urut atau dukun pijat. Sehingga menimbulkan banyak komplikasi seperti pendarahan, infeksi, dampak psikologis, emboli, bahkan kematian. Akibat tersebut terjadi karena praktek aborsi dilakukan di tempat yang tidak higenis, peralatan medis yang tidak memenuhi standar, dan metode yang digunakan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Dalam hukum pidana mengenai aborsi secara yuridis formal telah ditetapkan pengaturannya dalam KUHP. Ketentuan mengenai abortus provocatus dapat dijumpai dalam pasal 299 Bab XIV Buku II KUHP tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan. Dan 1 Badan Kependudukan & Keluarga Berencana Nasional.Dimyati.Jumlah Aborsi di Indonesia. 2015 2

pasal 346-349 Bab XIX Buku II tentang Kejahatan Terhadap Nyawa. Pengaturan abortus provocatus dalam KUHP menyebabkan aborsi dengan alasan apapun dilarang. Namun larangan dalam KUHP tersebut oleh kalangan medis dianggap terlalu kaku apabila benar-benar diterapkan. Sebab dilihat dari sudut pandang medis ada beberapa hal yang seharusnya dijadikan dasar untuk dilegalkannya aborsi, yaitu penyakit yang diderita ibu hamil apabila kehamilannya diteruskan dapat membahayakan nyawanya. Untuk itu pemerintah sebagai pembuat kebijakan kemudian mengesahkan Undangundang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai upaya perlindungan hukum bagi wanita. Dalam Undang-undang tersebut dinyatakan dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Dengan demikian tindakan aborsi di Indonesia menjadi dibenarkan oleh hukum jika perbuatan tersebut dilakukan karena adanya indikasi medis. Pada awalnya sebagian masyarakat beranggapan dengan adanya Undang-undang Kesehatan tersebut aborsi yang dilakukan oleh tenaga medis itu semuanya legal bahkan bisa menjadi alasan pembenar untuk melakukan aborsi, padahal anggapan tersebut tidaklah benar. Harus ada indikasi tertentu agar tenaga medis diperbolehkan melakukan tindakan tersebut. Bagi sebagian kalangan yang menyebut sebagai Pro Choice Undang-undang Kesehatan yang ada masih kurang tepat. Pasalnya, ada beberapa kata yang membingungkan, yaitu aborsi dilakukan untuk keselamatan ibu dan atau janinnya, padahal aborsi sebenarnya untuk menyelamatkan jiwa ibu. Selain itu, Undang-undang tersebut masih kurang melindungi hak-hak perempuan, sebab aborsi seharusnya dilegalkan tidak hanya karena alasan medis saja tetapi ada hal-hal lain yang seharusnya menjadi pertimbangan, seperti bayi yang dikandung mengalami cacat berat atau 3

kehamilan akibat perkosaan. Kubu Pro Choice beranggapan seorang perempuan berhak menentukan pilihan atas tubuhnya. Hak menentukan pilihan adalah juga hak asasi manusia yang harus dilindungi, salah satunya ialah hak untuk aborsi 2 Saat ini sedang beredar wacana di masyarakat mengenai legalisasi aborsi melalui sebuah pengembangan yang disebut konsep aborsi aman. Dikatakan konsep ini mendapat dukungan yang datang dari pihak-pihak yang berpengaruh, seperti PKBI, Yayasan Kesejahteraan Perempuan dan sejumlah aktivis IDI ( Ikatan Dokter Indonesia ), yang sebenarnya diharapkan menjadi pelindung kehidupan. Perkembangan dunia internasional telah mendorong para pengamat dan peneliti masalah aborsi di Indonesia mengembangkan konsep aborsi aman yang mengandung beberapa aspek antara lain : dilakukan oleh tenaga medis terlatih, menggunakan alat-alat medis yang layak, dilakukan secara higienis, dilakukan dari 3 bulan ( 12 minggu ) sesudah pasien terakhir kali haid. Namun para tokoh agama umumnya menolak konsep aborsi aman dan legalisasi aborsi karena berdasarkan ajaran agama-agama yang dianut di Indonesia kehidupan telah dimulai sejak konsepsi. Kendati konsep aborsi aman ini sebenarnya secara tersurat mempunyai maksud yang baik yaitu, untuk melindungi kaum perempuan dari praktik pengguguran kandungan yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab. Namun dikhawatirkan hal ini sebagai upaya mengamankan para profesional medis dari tuntutan hukum atas tindakan aborsi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Dr.P.Y.Kusuma, DSOG, yang cukup lama berkecimpung dibagian kandungan dan kebidanan. Dengan tegas Dr. Kusuma menyatakan, legalisasi tidak mencegah aborsi, justru meningkatkan 2 www.aborsi.net.nur Syam R.Need Acurate Reference.26 April 2004 4

tindak aborsi. Sebagai contoh kasus pada tahun 1972 ketika aborsi masih illegal di Amerika Serikat, tercatat angka 100.000 aborsi illegal. Setelah aborsi dilegalkan angka tersebut menjadi 1,5 juta pada tahun 1984. Hal inilah yang sangat dicemaskan oleh Pro- Life di Indonesia. Sebab kubu Pro-Life beranggapan bahwa setiap manusia yang belum lahir mempunyai hak hidup, dan hak seseorang untuk hidup menjadi bagian dari hak asasi manusia universal. 3 Aborsi merupakan fenomena yang terus diperdebatkan dimasyarakat yang telah muncul sejak lama, disatu sisi dianggap bertentangan dengan norma hukum, agama, kesusilaan dan kesopanan, namun disisi lain yang dibutuhkan oleh perempuan dengan berbagai pertimbangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya masyarakat setuju dengan adanya aborsi jika keputusan medis dan psikologis ditentukan oleh dokter melalui proses konseling. 4 Namun aborsi bukan hanya menyangkut masalah hukum saja tetapi juga menyangkut masalah norma agama yang dalam hal ini adalah agama-agama yang di akui di Indonesia. Beberapa waktu lalu, Majelis- majelis keagamaan seluruh Indonesia berkumpul di Masjid Istiqlal guna membuat pernyataan bersama untuk menolak aborsi. Pernyataan sikap yang di tandatangani dari pemimpin kelima agama di Indonesia, 22 Januari 2003 itu, menentang segala macam upaya pelegalisasian praktik aborsi. Mereka menyatakan bahwa semua menjunjung tinggi kehidupan sejak awal pembuahan, yakni bertemunya sel telur dan sperma, hak hidup merupakan hak azasi manusia yang paling mendalam. Oleh karena itu,hidup janin dalam kandungan perlu mendapat perlindungan 3 www.aborsi.net. Nur Syam R. Need Acurate Reference.26 April 2014 4 Drs.Paulinus Soge SH.M Hum & CH.Medi Suharyono SH.M Hum.2002. Pengaruh Kontroversi Isu Aborsi antara Kubu Kontra dan Pro Aborsipada Konferensi Kairo 1994 & Beijing 1995 terhadap Pengaturan Hukum tentang Aborsi di Indonesia 5

dan membunuh manusia yang tidak bersalah secara sengaja adalah salah dan di larang oleh agama dan moral. Dengan tegas, mereka menyatakan aborsi yang disengaja adalah pembunuhan. 5 Agama menganjurkan agar lingkungan keluarga, masyarakat luas dan pemerintah saling bergandeng tangan untuk mencegah dampak negatif dari pola hidup modern dewasa ini. Upaya yang harus dilakukan oleh keluarga antara lain dengan memberikan anak-anaknya pendidikan seks dan kesehatan reproduksi secara benar. Sehingga anak-anak mereka tidak terjerumus dalam seks bebas yang berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan. Sedang langkah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah adalah bagaimana mewujudkan masyarakat dengan sistem pemerintahan yang tangguh sesuai pandangan agama, yang memiliki sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas, sekaligus memiliki pendidikan yang menghasilkan anak cedas, terampil dan landasan agama yang kuat. Adanya perbedaan kepentingan dan perbedaan sudut pandang dalam memandang masalah aborsi tersebut mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam. Untuk itu penulis memilih judul Tindak Pidana Aborsi dan Permasalahnnya Dalam Praktik ( Kajian dari Perspektif Hukum dan Agama Islam ). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 5 Wartawan Mingguan.Aborsi Toleransi dan Perempuan.20 April 2003 6

1. Bagaimana kriteria aborsi dalam KUHP, hukum Islam dan kecenderungan internasional? 2. Permasalahan apa yang timbul dalam praktik aborsi dilihat dari perspektif hukum dan agama Islam? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif Tujuan obyektif dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan target tertentu, yaitu : a. Mendapatkan gambaran selengkapnya mengenai kriteria aborsi dalam KUHP, hukum Islam dan kecenderungan internasional. b. Mendapatkan gambaran selengkapnya mengenai permasalahan yang timbul dalam praktik aborsi dilihat dari perspektif hukum dan agama Islam. 2. Tujuan Subyektif Tujuan subyektif dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan keterangan ataupun bahan-bahan guna menyusun skripsi sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh guna memperoleh gelar sarjana hukum, dengan program Hukum Pidana Universitas Wahid Hasyim Semarang. B. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 7

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan ilmu agama dan hukum pidananya. b. Menambah referensi bagi penelitian dimasa yang akan datang terutama yang relevan dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Bagi Pembaca Untuk menambah ilmu dan pengetahuan tentang hukum agama dan hukum pidana. b. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dalam penulisan ilmiah dan sebagai pengalaman yang berharga untuk lebih mawas diri dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat. D. Sistematika Penulisan Hukum BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan hukum. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan pustaka, aborsi menurut KUHP, aborsi menurut Islam, aborsi menurut ilmu kedokteran modern, macam-macam bentuk aborsi, alasan aborsi dalam KUHP, hukum Islam dan kecenderungan internasional serta perkembangan aborsi dan pengaturannya dalam praktik hukum nasional. BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode pendekatan, spesifikasi penelitian, metode pengumpulan data dan analisa data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan. Pembahasan pertama mengenai kriteria aborsi dalam KUHP, hukum Islam dan kecenderungan internasional serta permasalahan yang timbul dalam praktik aborsi dilihat dari perspektif hukum dan agama Islam. BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan mengenai simpulan penelitian mengenai kajian normatif kejahatan aborsi dan permasalahan yang ditimbulkan dalam perspektif agama dan hukum pidana. Dan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat dan para penegak hukum tentang kejahatan aborsi. 9