BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dicky Fauzi Firdaus, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipermasalahkan di sini tingkat pendidikan Indonesia masih dianggap rendah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus globalisasi menuntut semua aspek kehidupan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Salah satu aspek kehidupan yang harus bisa menyesuaikan diri yaitu aspek dalam dunia pendidikan, aspek ini harus sejalan dengan perkembangan IPTEK tersebut. Karena dengan pendidikan, suatu negara akan melahirkan generasi penerusnya, yang memiliki kompetensi-kompetensi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman, bahkan diharapkan untuk mampu menciptakan sesuatu yang mampu membuat Negaranya bangga dengan prestasi anak bangsa. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar yang membina, menggali, menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada pada diri seorang manusia dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas yang akan mendorong keinginan dan semangat untuk belajar. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Keberhasilan pendidikan akan tercapai jika ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan tersebut mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan, fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU No 20 Tahun 2003 pasal 4 yang menyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada 1

2 Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab Bisa dilihat dari pengertian pendidikan yang telah dijelaskan dan tercantum pada Undang-Undang, diharapkan dengan melalui pendidikan suatu negara mampu membina, menciptakan dan menghasilkan insan-insan yang mampu berkompetisi dengan persaingan karena perkembangan jaman, yang mempunyai kemampuan bukan hanya kecerdasan intelektual tetapi juga kemampuan kecerdasan emosional dan spiritual melalui pengendalian diri, akhlak, perilaku yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. Tujuan dan harapan itu bisa terlaksana ketika pendidikan di sekolah tidak hanya diarahkan pada penguasaan dan pemahaman konsep atau materi akan tetapi pada peningkatan kemampuan dan keterampilan berpikir kritis siswa, dengan melibatkan aktivitas siswa. Kemampuan berpikir siswa diarahkan pasa keterampilan untuk mencari dan menggunakan informasi, kemampuan untuk bekerja sama, kemampuan untuk menganalisis, kemampuan melakukan tindakan, melakukan untuk mencari bukan hanya satu sumber, kemampuan untuk menggunakan keterlibatan pengalaman-pengalamannya dalam mengaitkannya dengan materi dalam menghadapi permaslahan yang sedang terjadi. Adanya tuntutan peningkatan dalam kualitas sumber daya manusia dari intelektual melalui pendidikan maka dari itu perlu peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan pada bebagai mata pelajaran disetiap jenjang pendidikan. Dalam bidang studi atau mata pelajaran ekonomi pada jenjang Sekolah Menengah Atas dituntut untuk mempunyai kemampuan berpikir siswa yang digunakan siswa untuk mengahadapi berbagai permasalahan yang sedang terjadi. Cece Wijaya (2010, h. 72) juga mengungkapkan gagasannya mengenai Kemampuan berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.

3 Hal ini sesuai dengan tujuan dari mata pelajaran ekonomi yaitu agar siswa atau peserta didik untuk memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu rumah tangga, masyarakat dan Negara. 2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlakukan untuk mendalami ekonomi. 3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, akuntansi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, rumah tangga, masyarakat dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. (Neti Budiwati dan Leni Permana, 2010, h. 18). Tujuan yang ingin dicapai pada mata pelajaran ekonomi melalui kemampuan-kemampuan itu yang membentuk siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis, dan dalam pembelajaran ekonomi merupakan pembelajaran yang syarat akan materi analisis, studi kasus-kasus yang terjadi dilapangan, dan berhubunga dengan kehidupan nyata, yang dengan mengingat atau mengumpulkan pengalaman-pengalaman pribadi yang akan didiskusikan dengan teman-teman sekelompoknya maka akan membentuk kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga siswa atau peserta didik dapat belajar menemukan dan mengembangkan ide dan potensi yang dimilikinya. Berpikir kritis yang dikemukakan oleh Edward Glaser (Fisher, 2008, h. 3), salah seorang dari penulis Waston Glaser Critical Thinking Appraisal (uji kemampuan berpikir kritis yang paling banyak dipakai diseluruh dunia ) Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai : 1. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan halhal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. 2. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran logis. 3. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya-upaya keras memeriksa setiap keyakinan atau

4 pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulankesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi menjadi tujuan penting dalam pembelajaran ekonomi, karena sekali lagi tujuan pembelajaran ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Dan untuk mencapai tujuan ini maka sekolah memfasilitasinya, melalui dengan penggunaan model, medote, media dan sebagainya yang bisa menunjang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Namun, masalahnya seringkali muncul di sekolah adalah lemahnya pembelajaran sehingga seringkali tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal dan menimbun informasi tanpa anak dilibatkan untuk memahami informasi yang bisa digunakan dalam menghubungkan ilmu pengetahuan yang ia dapat dalam kehidupan sehari-harinya. (Fitriyanti, 2013, h. 3). Walaupun model, metode, teknik dan pendekatan sudah ada panduannya untuk digunakan oleh guru untuk mengembangkan materi ajarnya dikelas. Tetapi, dari proses pembelajaran di sekolah, termasuk di SMAN 20 Bandung, khususnya kelas XI IIS, adapun metode yang digunakan yaitu metode diskusi, dan siswa yang terlibat diskusi hanya yang dikelasnya memang aktif, sehingga tidak melibatkan semua siswa. Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Kelas XI IIS 1 No Rentang Nilai Frekuensi (orang) Persentase 1 85-100 0 0% 2 75-84 4 10,53% 3 64-74 10 26,31% 4 55-64 20 52,63% 5 Kurang dari 54 4 10,53%

5 Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat data awal berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IIS 1 berada pada rentang nilai yang sangat rendah. Uji coba dilakukan kepada 38 siswa, dan hanya 4 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu sebesar 10,53% sedangkan siswa yang berada di bawah KKM sebanyak 34 siswa yaitu sebesar 89,47%. untuk rentang nilai 85-100 tidak ada atau 0%, rentang nilai 75-84 sebanyak 4 siswa atau 10,53%, rentang nilai 64-74 sebanyak 10 siswa atau 26,31%, rentang nilai 55-64 sebanyak 20 siswa atau 52,63%, dan rentang nilai kurang dari 54 sebanyak 4 siswa atau 10,53%. Tabel 1.2 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Kelas XI IIS 2 No Rentang Nilai Frekuensi (orang) Persentase 1 85-100 0 0% 2 75-84 6 15,79% 3 64-74 13 34,21% 4 55-64 14 36,84% 5 Kurang dari 54 5 13,16% Dari tabel 1.2 di atas dapat dilihat data awal berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IIS 2 berada pada rentang nilai yang sangat rendah. Uji coba dilakukan kepada 38 siswa, dan hanya 6 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu sebesar 15,79% sedangkan siswa yang berada di bawah KKM sebanyak 32 siswa yaitu sebesar 84,21%. untuk rentang nilai 85-100 tidak ada atau 0%, rentang nilai 75-84 sebanyak 6 siswa atau 15,79%, rentang nilai 64-74 sebanyak 13 siswa atau 34,21%, rentang nilai 55-64 sebanyak 14 siswa atau 36,84%, dan rentang nilai kurang dari 54 sebanyak 5 siswa atau 13,16%. Untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan diatas, penulis mencoba dengan meneliti dengan menggunakan salah satu model pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan yaitu model discovery learning. Model ini

6 diharapkan untuk melatih siswa dalam pembelajaran yang melibatkan peran para siswa, dan melatih menghadapi dan menyelesaikan masalah atau studi kasus yang diberikan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada berpikir kritis siswa. Dengan siswa mampu berpikir kritis, para siswa tidak akan lagi kesulitan belajar hanya karena hambatan guru yang tidak bisa hadir disekolah, dan juga untuk menganalisis kejadian ataupun materi ekonomi, yang bisa diaplikasikan dikehidupan siswa sehari-harinya. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa XI IIS SMAN 20 Bandung. Dari latar belakang masalah diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SMAN 20 BANDUNG TAHUN AJARAN 2016/2017 (Studi Kasus Pada Kelas XI IIS Pada Mata Pelajaran Ekonomi). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengidentifikasi penelitian yang akan diteliti sebagai berikut 1. Kurang terjadinya pembelajaran siswa yang aktif 2. Kurangnya konsentrasi siswa dalam menerima materi di dalam kelas 3. Kurangnya kekritisan siswa dalam hal menanggapi materi yang diajarkan oleh guru C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pada kelas eksperimen

7 yang menggunakan model pembelajaran discovery learning pada saat tes awal (Pretest) 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran discovey learning pada saat tes akhir (postest) 3. Apakah terdapat peningkatan terhadap kemampuan berpikir siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dan pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran discovery learning pada saat tes awal (pretest) 2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran discovery learning pada saat tes akhir (postest) 3. Untuk mengetahui peningkatan terhadap kemampuan berpikir siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran discovery learning dan pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. E. Manfaat Penelitian Secara umum manfaat penelitian adalah untuk menjawab masalah yang disajikan. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

8 1. Manfaat teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai penggunaan model yang akan mempengaruhi kekritisan siswa juga sebagai kajian lebih lanjut khususnya tentang penerapan model pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Manfaat praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi mengenai model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran serta menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya tentang penerapan model dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dari segi praktis antara lain : a. Bagi Guru Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkat kualitas proses pembelajaran dengan cara mengembangkan model dari model konvensional metode ceramah atau diskusi bisa menjadi penggunaan model pembelajaran kontekstual metode discovery dan sebagai bahan panduan bagi guru dalam penggunaan metode ini. b. Bagi Siswa 1. Penelitian ini diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi pelajaran ekonomi. 2. Penelitian ini siswa lebih senang dan bersemangat dalam belajar ekonomi. c. Bagi Peneliti Penelitian ini memberi gambaran yang lebih jelas sejauh mana efektivitas penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir siswa.

9 d. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, kondusif, dan efektif sehingga membentuk pribadi siswa yang bukan hanya kaya akan ilmu tetapi kaya perilaku yang baik, yang peka terhadap lingkungan dengan memberikan solusi pada setiap permasalahan yang ada. Baik tentang ilmu ekonominya maupun tentang di lingkungan. e. Bagi FKIP Penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah mengenai penerapan model pembelajaran di fakultas keguruan agar tercipta pembelajaran yang optimal f. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan penelitian dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan, sehingga dapat bekerja lebih terarah, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional. Istilah tersebut adalah : 1. Model pembelajaran Menurut Soekamto, dkk (Trianto, 2010, h. 22) mengemukakan maksud dari Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. 2. Pembelajaran kontestual Dalam kamus besar bahasa Inggris, kata kontekstual (contextual) berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan. Dengan demikian contextual teaching

10 and learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Susdiayanto dan Ahmad (2009, h. 27) mengatakan : Pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 3. Model pembelajaran discovery Suryosubroto (2009, h. 178) menyatakan bahwa model discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek dan percobaan lain-lain, sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan model discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenalkan siwsa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan. 4. Berpikir kritis Ngalim purwanto (2007, h. 45) berpendapat bahwa Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman/pengertian yang dikehendakinya. Seifert & Hoffnung (Desmita, 2009, h. 154) mengemukakan bahwa Pemikiran kritis merupakan suatu bagian dari kecakapan praktis, yang dapat membantu dalam memahami kerusakan, bagaimana menyusun istilah-istilah karya ilmiah, bagaimana menyelesaikan konflik pribadi dengan seorang teman atau bagaimana mengambil keputusan tentang jenis kareier apa yang akan digeluti. Orang-orang yang berpikir kritis tidak hanya mengenal sebuah jawaban. Mereka akan mencoba mengembangkan kemungkinan-kemungkinan jawaban lain berdasarkan analisis dan informasi yang telah didapat disuatu permasalahan. Berpikir kritis berarti melakukan proses penalaran terhadap suatu masalah sampai pada tahap kompleks tentang mengapa dan bagaimana proses pemecahannya.

11 G. Sistematika Skripsi BAB 1 PENDAHULUAN; bagian yang berisi tentag pendahuluan atau bagian awal dari skripsi, yang didalamnya berisi subbab seperti berikut: 1. Latar Belakang Masalah; subbab yang menggambarkan konteks penelitian yang dilakukan serta alasan peneliti tertarik mengangkat Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Berpikir Kritis Siswa di SMAN 20 Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Identifikasi Masalah; subbab yang merupakan titik tertentu yang memperlihatkan ditemukannya masalah penelitian ditinjau dari sisi keilmuan, bentuk (keterhubungan, dampak, sebab akibat, dan lainnya) serta banyaknya masalah yang dapat diidentifikasi oleh peneliti yang ada di SMAN 20 Bandung khususnya di kelas XI IIS. 3. Rumusan Masalah; subbab mengenai pertanyaan umum mengenai konsep atau fenomena spesifik yang di teliti atau diidentifikasi topik ataupun variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di SMAN 20 Bandung Tahun Ajaran 2016/2017 (Studi Kasus Pada Kelas XI IIS Pada Mata Pelajaran Ekonomi) 4. Tujuan Penelitian; subbab yamng memperlihatkan pertanyaan hasil yang ingin dicapai peneliti setelah melakukan penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di SMAN 20 Bandung Tahun Ajaran 2016/2017 (Studi Kasus Pada Kelas XI IIS Pada Mata Pelajaran Ekonomi) 5. Manfaat Penelitian; subbab yang berisi pemaparan manfaat penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di SMAN 20 Bandung Tahun Ajaran 2016/2017 (Studi Kasus Pada Kelas XI IIS Pada Mata Pelajaran Ekonomi)

12 6. Definisi Operasional; subbab mengenai pembatasan dari istilah-istilah yang diberlakukan dalam penelitian yaitu tentang penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap berpikir kritis siswa 7. Sistematika skripsi; subbab ini memuat sistematika penulisan skripsi, yang menggambarkan kandungan setiap bab dengan bab, urutan penulisan, serta hubungan antara satu bab dengan bab lainnya dalam membentuk sebuah kerangka utuh skripsi. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN; bagian yang berisi deskripsi teoritis yang memfokuskan kepada hasil atas teori, konsep, kebijakan, dan peraturan yang ditunjang oleh hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan konsep-konsep atau teori-teori mengenai model pembelajaran discovery learning terhadap berpikir kritis. Secara prinsip BAB II terdiri dari empat pokok bahasan, yaitu kajian teori, hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, serta asumsi dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN; bab ini menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan memperoleh simpulan. Bab ini berisikan hal-hal berikut: 1. Metode Penelitian; merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian yang berisikan penjabaran mengenai model pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian mengenai model pembelajaran discovery learnig terhadap berpikir kritis siswa di SMAN 20 Bandung. 2. Desain Penelitian; pada bagian ini peneliti menyampaikan secara eksplisit apakah penelitian yang dilakukan termasuk kategori seurvei, katergori eksperimental, atau Penelitian Tindakan Kelas. 3. Subjek dan Objek Penelitian; pada bagian subjek penelitian, peneliti memaparkan sesuatu yang akan diteliti, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi) yang akan dikenai simpulan hasil penelitian. Sedangkan pada bagia objek penelitian, peneliti memaparkan sifat, keadaan dari suatu benda, orang atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian.

13 4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian; subbab ini memaparkan mengenai pengumpulan data mencakup jenis data yang akan dikumpulkan, pejelasan, dan alasan pemakaian suatu teknik pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan data penelitian. 5. Teknik Analisis Data; subbab ini berisikan teknik analisis data harus disesuaikan dengan rumusan masalah dan jenis data penelitian yang diperoleh, baik data kuntitatif maupun kualitatif. 6. Prosedur Penelitian; bagian ini menjelaskan prosedur prosedur aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN; bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN; bab ini berisikan uraian yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis temuan hasil penelitian. Selain itu, bab ini juga berisikan rekomendasi peneliti yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecah masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.