PENGEMBANGAN KARAKTER UNTUK ANAK ZAMAN SEKARANG 1

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KAITAN DENGAN WAWASAN KEBANGSAAN 1 Paul Suparno, S.J.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PEMBENTUKAN BANGSA: APLIKASINYA DALAM SEKOLAH 1 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

IMPLEMENTASI SEMANGAT TAREKAT PADA PENDIDIKAN SEKOLAH Pertemuan Koptari, Syantikara, 13 Januari 2017 Paul Suparno, S.J.

PERAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN TERHADAP PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

BE AMAZING TEACHERS. Lokakarya Yayasan Suaka Insan Suster SPC Jl. Danau Agung 13, Sunter, Jakarta, 22 Juli 2015 Paul Suparno, S.J.

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENGAJARAN FISIKA Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

MODEL PENDIDIKAN UNTUK MENCINTAI TANAH AIR Educare, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

RELASI GURU-MURID-BIDANG STUDI BAGI GURU SEJATI

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BELAJAR DAYA TAHAN SEJAK FORMASI AWAL Rohani, Maret 2013, hal Paul Suparno, S.J.

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PENGANTAR TUGAS PEMERINTAH

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

METODOLOGI PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN YANG MEMBANGKITKAN NASIONALISME KEINDONESIAAN 1

KOMPETENSI GURU 1. Kompetensi Profesional 2. Kompetensi Kepribadian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat. diambil antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

PERAN PERGURUAN TINGGI DAN ILMUWAN PADA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN INDONESIA KE DEPAN 1 Paul Suparno, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

Pedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen?

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

KODE ETIK KEHIDUPAN KAMPUS BAGI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Paul Suparno, S.J. Universitas Sanata Dharma Yogyakartsa

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

GOSIP DALAM BIARA Rohani, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

Identifikasi Masalah Siswa

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKSI (PPR) DI SEKOLAH Serviam, educating, enhacing and caring, Januari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

BAGIAN 1. PRINSIP-PRINSIP PEDAGOGI IGNATIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang pembahasan hasil penelitian

Transkripsi:

1 PENGEMBANGAN KARAKTER UNTUK ANAK ZAMAN SEKARANG 1 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Pendahuluan Belum lama kita dikagetkan peristiwa tawuran pelajar di Jakarta antara siswa SMAN 70 dengan SMAN 6 yang mengakibatkan korban siswa bernama Alawy Yusianto Putra (24/9); dua hari kemudian (26/9) Deni Januar, siswa SMA Yayasan Karya 66 Kampung Melayu tewas kena sabetan senjata tajam pelajar SMK Kartika Zeni (Kompas, 27/9/2012). Sebelumnya di SMA don Bosco, Jakarta, ada kekerasan sewaktu ada MOS yang menyebabkan beberapa siswa baru menderita sakit karena tindakan kekerasan dari kakak-kakak panitya. Sampai-sampai presiden turun tangan minta untuk menyelesaikan persoalan itu. Di banyak tempat muncul tawuran remaja dan mahasiswa. Di lingkup nasional, kita kadang melihat konflik antara anggota bangsa kita yang menimbulkan kematian banyak warga atau pengusiran warga dari tempat tinggalnya seperti terjadi di Sumatera Selatan. Selain itu masih banyak kita lihat situasi bangsa ini yang sangat jelek yaitu korupsi yang merajalela di berbagai sudut kehidupan. Dalam lingkup kita sudah biasa mendengar adanya tindakan nyontek, plagiat, dan juga rekayasa ujian. Ini terjadi di level dasar sampai dengan level doktor. Sikap tidak mentaati hukum atau aturan juga terlihat di mana-mana, mulai dari pelanggaran aturan lalu lintas sampai dengan pelanggaran aturan yang lain. Di lingkup orang tua, sering mereka mengeluh kurangya kesopanan dari orang muda, di lain pihak orang muda juga melihat, bahwa orang tua tidak dapat ditiru dan dijadikan teladan hidup yang baik. Usaha membantu persoalan itu, di banyak diadakan pendidikan karakter, termasuk pendidikan karakter bangsa. Macam-macam pendekatan dilakukan, mulai dari pemberian pelajaran karakter secara khusus sampai dengan praktek di lapangan tentang nilai karakter tersebut. Melihat situasi anak zaman sekarang, strategi macam apa yang kiranya dapat efektif membantu mereka? Persoalan inilah yang ingin dibahas dalam makalah ini. 1 Disajikan dalam Seminar Pendidikan yang diselenggarakan oleh Unit PPL FKIP, USD, tanggal 28 November 2012.

2 Situasi Anak Zaman Penting kita melihat sejenak situasi anak zaman ini, bagaimana mereka berpikir, bertingkah, dan apa saja yang sangat mempengaruhi pikiran dan tindakan mereka sehingga mempunyai karakter yang kurang tepat. Kita juga perlu mengerti situasi apa saja yang menuntut dikembangkannya karakter tertentu bagi anak zaman agar dapat menghadapi tantangan hidup ini lebih baik. Beberapa hal mempengaruhi anak zaman ini dalam berpikir dan bertindak, antara lain: Teknologi informasi, hp, bb, facebook, internet Kemajuan teknologi ini menjadikan anak zaman lebih cepat berkomunikasi dengan siapapun, bertindak cepat, dan menanggapi persoalan dengan cepat. Mereka dapat komunikasi dengan siapapun tanpa harus dengan jelas menyebutkan siapakah dirinya sebenarnya. Kadang mereka menjadi anonim. Mereka juga memperoleh banyak informasi dari manapun, entah yang baik dan tidak baik. Informasi membanjiri mereka dan dapat membuat mereka bingung harus memilih yang mana. Pengaruh pornografi dan narkoba banyak ditawarkan lewat kemajuan teknologi informasi di atas. Anak zaman Z Anak zaman ini sering disebut anak zaman Z yang dipengaruhi penggunaan teknologi informasi diatas. Anak-anak ini dapat melakukan beberapa pekerjaan dan tindakan dalam waktu yang sama. Misalnya, mendengarkan orang tuanya, sambil membuka email atau web, sambil bicara dengan HP pada temannya dll. Maka konsentrasinya bukan pada satu hal tetapi terpecah kemana-mana. Budaya instan dan konsumeristik Anak zaman ini juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dalam kehidupan, yang menyediakan segala macam barang. Semua kebutuhan mereka tersedia di pasaran. Mereka banyak dipengaruhi budaya instan dan konsumeristik. Budaya ini menjadikan mereka kurang punya daya tahan dan kadang dengan mudah menyerah pada tantangan. Mereka ingin berhasil dengan cepat tanpa usaha keras. Budaya instan ini juga mempengaruhi mereka dalam belajar, yang ingin sukses tanpa usaha mendalam, maka sering lalu nyontek dan bertindak tidak jujur.

3 Nilai kelompok lebih tinggi dari yang lain Sebagai anak remaja, mereka memang lebih setia pada kelompok dari pada keluarga atau yang lain. Maka bila mereka mendapatkan kelompok yang baik akan menjadi baik, bila tidak akan sebaliknya. Sangat penting membantu mereka untuk menemukan kelompok yang memang sungguh baik dan mengembangkan mereka menjadi pribadi yang bertanggungjawab. Budaya bersaing Zaman ini adalah jaman globalisasi, yang ditandai dengan persaingan ketat. Anak-anak ini hidup di alam persaingan yang ketat dan kadang persaingan yang jahat dengan cara menghancurkan yang lain. Di mereka sering diajarkan persaingan. Maka budaya persaudaraan, saling membantu, saling kerjasama, dan terutama membantu yang lemah sering tidak berkembang. Yang dicari adalah saya menang. Maka egoisme menjadi makin tinggi. Budaya kekerasan Mereka juga dipengaruhi oleh budaya konflik dan kekerasan yang ada di masyarakat Indonsia. Maka mereka dengan mudah juga ikut melakukan kekerasan terhadap kelompok lain. Mereka tidak dibiasakan berpikir kritis tentang persoalan yang dihadapi, tetapi menanggapi sesuatu dengan emosi sehingga mudah terjadi konflik dan kekerasan yang tidak perlu. Tidak perhatian pada nilai klasik, dirasa tidak penting lagi Pengaruh budaya lain lewat media menjadikan mereka kurang menghargai budaya sendiri sehingga sering konflik dengan generasi tua. Mereka suka meniru gaya hidup orang lain yang mereka lihat di TV atau media lain. Pengaruh masyarakat lebih kuat dari pada Pengaruh masyarakat dan apa yang terjadi diluar sangat kuat bagi mereka dari pada pengaruh yang hanya mereka alami dari jam 7 sampai jam 13. Maka kadang mengalami kesulitan dalam menanamkan nilai baik karena dengan mudah hancur di tengah masyarakat yang tidak mendukung. Isi Pendidikan Karakter yang Urgen Dari situasi yang dihadapi anak jaman itu dan juga persoalan yang ada, ada beberapa nila karakter yang menurut kami urgen untuk dikembangkan diantara orang muda. Nilai itu antara lain adalah: (1) ketuhanan, (2) semangat multikultural, (3) penghargaan kepada pribadi manusia,

4 (4) keadilan, (5) kejujuran, (6) disiplin, (7) daya tahan, (8) ketaatan kepada hukum, (9) berpikir kritis, dan (10) berani memilih secara tepat. Strategi Utama: Pendekatan Holistik dan Reflektif Nilai-nilai itu perlu ditanamkan di dengan cara yang lebih integral dan holistik, artinya: lewat seluruh kegiatan, pelajaran semua guru, aturan, suasana, dan orang tua. Terutama siswa diberi pengalaman untuk melakukan nilai itu dalam situasi yang real dan merefleksikannya. Tanpa melatih nilai itu dalam pengalaman real, siswa akan lebih sulit menginteriorisasi nilai-nilai tersebut. Tanpa refleksi maka pengalaman itu tidak akan bermakna mendalam bagi hidup siswa. Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang menyeluruh, dimana semua pihak dilibatkan dan juga cara penyajiannya menggunakan berbagai cara yang dapat saling menunjang. Secara umum itu berarti: 1. Semua orang dalam lingkup pendidikan dilibatkan. Semua ikut bertanggungjawab dalam pendidikan karakter di. a. Semua guru dan karyawan ikut dilibatkan dalam pendidikan karakter. Guru dapat ikut menanamkan nilai itu lewat pelajaran masing-masing dan lewat keteladanan hidup mereka. Karyawan ikut menyampaikan nilai lewat pelayanannya kepada siswa dan tingkah lakunya pada siswa dan pada sesama warga. Misalnya, karakter kejujuran, guru menyampaikan lewat semua bidangnya dan karyawan lewat pelayanannya. b. Yayasan dan kepala juga terlibat dalam penanaman nilai itu. Ini berarti kepala dan yayasan perlu mengembangkan nilai kejujuran dalam pengelolaan pendidikan yang ada. c. Lingkungan diatur dengan semangat kejujuran. Maka semua peraturan yang ada, ditinjau apakah sesuai dengan semangat kejujuran atau tidak; semua kegiatan dalam diatur apakah memang memuat nilai kejujuran atau tidak. d. Orang tua juga dilibatkan dalam mengembangkan nilai kejujuruan di rumah. Semua nilai yang dikembangkan di juga diberitahukan pada orang tua di rumah agar orang tua juga memantau dan ikut menekankan nilai itu.

5 e. Keteladanan dari semua pendidik dan orang tua sangat penting dalam penanaman karakter. Maka guru dan orang tua harus memperhatikan hal ini. 2. Pelatihan lewat kegiatan kokurikuler dan juga ekstrakurikuler. Nilai-nilai karakter karena menyangkut sikap kehidupan dan perilaku, akan lebih dialami dan mudah dicerna oleh siswa bila hal itu juga dilakukan lewat kegiatan non kurikuler dan ekstrakurikuler. Beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan misalnya: a. Live in. Banyak nilai seperti kerjasama, kedisiplinan, kejujuran, kepekaan pada orang lain, kebangsaan, dapat lebih dicerna dan menggerakkan siswa lewat kegiatan di luar seperti live in. Misalnya, anak akan belajar menghargai orang lain yang berbeda keyakinan, justru dari pengalaman hidup bersama dengan keluarga dan lingkungan yang bernilai lain. Pengalaman siswa yang live in di desa, di pesantren, merasakan bagaimana mereka diterima, sehingga mereka juga belajar menerima dan tidak apiori kepada orang lain. b. Pelatihan-pelatihan. Kerjasama dalam pelatihan dengan tugas tertentu menjadikan siswa lebih bersaudara dan saling membantu. c. Kegiatan seni, yang banyak memuat nilai karakter seperti tari, koor, main musik, olah raga bersama, menjadi kegiatan yang dapat menanamkan nilai. d. Outbound dapat digunakan dalam melatih sikap disiplin dan daya tahan dalam menghadapi tantangan. e. Gunakan teknologi modern juga dalam pelatihan. Mereka adalah anak jaman teknologi informasi, maka dalam pelatihan baik juga alat-alat itu digunakan. f. Beberapa alternative dalam pelatihan sangat penting karena anak zazman ini memang suka shoping, bukan satu dagangan saja. 3. Perlunya refleksi. Pengalaman dan live in yang begitu baik, agar semakin dirasakan manfaatnya dan maksudnya, diperlukan refleksi. Siswa perlu dibantu oleh guru, bagaimana memetik pengalaman yang telah dilakukan. Refleksi berarti mengajak siswa melihat nilai apa yang dapat diambil dari pengalaman itu, apa gunanya bagi hidupnya dan hidup orang lain. Di sini peran guru sangat penting, sehingga pengalaman yang baik itu tidak hilang begitu saja.

6 Mengapa Pendekatan Holistik Diperlukan Mengapa pendekatan holistik dalam pendidikan karakter diperlukan? Ada banyak alasan yang mendukungnya antara lain: 1. Menurut teori multiple intelligences setiap anak mempunyai inteligensi yang berbedabeda. Berarti setiap anak dalam belajar karakter juga mempunyai cara-cara dan daya menangkap yang berbeda, maka diperlukan pendekatan yang lebih multi cara, bukan hanya satu cara. 2. Setiap anak adalah pribadi yang punya latar belakang, kelemahan, keunggulan, dan juga cara hidup yang dapat berbeda. Hal ini menuntut bahwa dalam penanaman nilai karakter juga berbeda-beda. 3. Siapa yang dapat menyentuh anak pun berbeda-beda. Ada yang lebih mudah disentuh guru, ada yang mudah disentuh karyawan, ada yang lebih mudah disentuh orang tua, ada yang lebih mudah disentuh kepala, dll. Maka mereka ini digunakan agar setiap anak dapat tersenuh dengan nilai itu. 4. Anak adalah misteri, yang dalam perkembangan ternyata dapat berkembang dengan berbagai cara. Maka model pendekatan pun perlu menggunakan berbagai cara, yang multi aspek. Akibatnya pendekatan holistik lebih perlu demi semua anak terbantu. 5. Menurut teori pendidikan, belajar nilai lebih bergema dengan pelatihan dan pengalaman dari pada dengan omongan. Maka bila biasanya pendidikan karakter disampaikan dengan ceramah, perlu dilengkapi dengan pelatihan dan penciptaan pengalaman yang mendukung. 6. Anak akan lebih menghayati secara mendalam bila mereka sendiri mengolah atau mempelajari bahan itu sendiri. Maka model pengalaman perlu mendapatkan prioritas. Beberapa Contoh Penyajian Secara skematis penanaman nilai-nilai /karakter itu dapat dilihat pada tabel berikut ini: Nilai/ karakter Ketuhanan takwa Deskripsi Memuji Tuhan Bersyukur Latihan di Doa di kelas Bersyukur atas ciptaan Aturan & lingkungan Ada doa awal akhir kelas Guru & karyawan Teladan bersyukur dan Keluarga Ortu dapat dicontoh dalam hal rohani, iman,

7 ciptaan Tuhan Ibadah, ke rumah ibadah sesama dan lingkungan. Saling menghargai Kondusif untuk kegiatan rohani berdoa. Mencintai siswa dan lingkungan moral, dan cinta sesama dan lingkungan Multibudaya/ multikultural Menerima perbedaan teman yang beda Hidup dengan yang berbeda. Live in di lingkungan yang beda agama, budaya Kelompok kelas dicampur. Proyek bersama campuran. Melihat perspektif beda dari teman. Multibudaya Hiasan multibudaya Non diskriminasi Guru rukun, non diskriminatif, menghargai perbedaan. Ortu juga mengajarkan dan menghargai perbedaan. Penghargaan pribadi, HAM siapapun hidup orang lain Keadilan Hak asasi orang dihargai pribadi orang Adil pada orang kecil Kelompok divariasi Kebiasaan menyapa orang lain Menolong yg sakit dan yg butuh bantuan Memperhatikan hak teman. Sikap adil dengan teman Saling membantu Kunjungan orang sakit dan piatu Menilai teman scr adil HAM ditegakkan di seluruh Aturan harus adil Tidak ada diskriminasi Hukuman yg adil Guru teladan penghargaan, Menerima setiap siswa. Guru adil pada siswa Guru menilai siswa secara adil Ortu hargai setiap orang Ortu diberitahu dan melatih siswa bersikap adil. Contoh sikap adil ortu di rumah Kejujuran Jujur dalam kata dan tindakan Tidak menipu dan korupsi Tidak Larangan nyontek Berlatih berkata sebenarnya Dilatih terus terang pada pendamping Yang nyontek diberi sangsi; Budaya terus terang tanpa main topeng Guru jujur pada anak; jujur antar guru Ortu jujur pada anak dan sebaliknya

8 nyontek Bekerja sendiri dalam ujian Laporan praktikum jujur Kantin terbuka Disiplin Melakukan sesuatu tepat pada waktunya. Disiplin dalam bertindak, bekerja. Masuk klas tepat waktu Kumpulkan tugas tepat Selesaikan tugas apapun Gunakan alat menurut gunanya. Latihan menari, orkes, olah raga. Yang tidak disiplin diberi sangsi yang adil Guru dan karyawan disiplin dalam kerja, waktu dan janji Ortu melatih disiplin di rumah Daya Juang Gigih dalam berjuang Tidak mudah mengeluh Daya tahan kuat Diberi tantangan Outbound yang menantang Tugas berat Kerja di pabrik untuk cari uang Kerja yang banyak tantangan Aturan yang tegas Tugas yang menantang Guru tidak suka mengeluh; Guru tekun dan gigih Ortu memberi tugas Tidak dimanja Taat pada hukum Mentaati hukum Mentaati aturan main masyarakat Mentaati hukum lalu lintas Taat pada aturan Taat aturan lalulintas Budaya antri Yang melanggar didenda Guru & karyawan taat pada aturan. Ortu ikut menanamka n ketaatan pada hukum Ortu taat hukum Berpikir kritis/nalar Berpikir berdasarkan data, obyektif, tidak emosinal Diajak selalu melihat alasan; berdasar data; obyektivitas; rational. Usul apapun dengan alasan obyektif dan real. Aturan ada alasannya obyektif. Guru memerintah dengan alasan. Ortu mengungkap kan apapun dengan alasan

9 Memilih dan ambil keputusan Diajak analisis, memilih, memutuskan bagi hidupnya. Aktif analisis dan menentukan pilihan sendiri. Banyak latihan juga diluar. Model pengajaran dengan kebebasan memilih Ortu memberi kesempatan memilih Kesimpulan Pendidikan karakter bagi anak zaman ini perlu dilaksakan secara holistik dan integratif. Semua pihak ikut ambil bagian didalamnya baik, orang tua, masyarakat, dan juga media yang ada. Model pendekatannya juga perlu memperhatikan situasi anak muda sendiri, bagaimana gaya pikir dan tingkah laku mereka. Yang perlu tetap mendapatkan perhatian adalah bahwa orang muda perlu mengalami dalam pelatihan itu, dan dari pengalaman itu mereka diajak refleksi apa yang sungguh berguna bagi hidup mereka. Dalam pelatihan, orang muda harus aktif menemukan, bukan dijejali oleh guru. Usaha pengembangan karakter bagi orang muda ini tidak mudah, maka membutuhkan kerjasama dan saling membantu di antara seluruh civitas pendidikan. Acuan o Kompas 24/9/ 2012 o Kompas 26/9/2012 o Kompas 27/9/2012 o Suparno, Paul. 2010. Pendidikan Nilai di Sekolah dan Persoalannya. Dalam Buku Education for Change. Jakarta: PBK, Penabur, edits. Elika Dwi Murwani dkk, hal 307-323. o Suparno, Paul. 2012. Sumbangan Pendidikan Fisika Terhadap Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta: USD. o Suparno, Paul. 2012. Pentingnya pendidikan karakter secara holistik. Makalah Seminar Pendidikan, SMA Gonzaga, Jakarta, 5 Mei 2012. o Suparno, Paul. 2012. Pendidikan karakter di secara holistik. Makalah Seminar Pendidikan Nasional, USD, 29 Juni 2012.