KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

NASKAH PUBLIKASI KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU DAN KONSUMEN: Studi Tentang Perlindungan Hukum dalam Perjanjian Penitipan Barang

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI. (Studi Terhadap Profil Perjanjian Jasa Laundry Di Surakarta)

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

BAB I PENDAHULUAN. berkembanganya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

TINJAUAN HUKUM KONTRAK BAKU JUAL-BELI PERUMAHAN YANG MEMUAT KLAUSULA EKSONERASI WIDHARTO ISHAK / D

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

SKRIPSI. iyah Surakarta. Oleh : NIM

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA BAKU DALAM KARCIS PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus Dinas Perhubungan Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

Oleh George Edward Pangkey ABSTRAK

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB II RUANG LINGKUP LARANGAN PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN YANG DIATUR DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

1KLAUSULA EKSONERASI DAN KONSUMEN Studi Tentang Kekuatan Mengikat Klausula Baku dalam Perjanjian Pengangkutan Barang di Wilayah Surakarta

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARTHA JAYA MAKMUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PANDANGAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN BAKU

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian dana yang

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

JOSHUA ( ) Kata kunci : perjanjian jasa layanan pendidikan, perlindungan konsumen. Universitas Kristen Maranatha

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PDAM ATAS PENETAPAN TARIF DALAM KONTRAK BAKU

PERJANJIAN BAKU DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin pesatnya perkembangan dunia bisnis. Tentunya proses yang berjalan

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

ANALISA YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA-MENYEWA SAFE DEPOSIT BOX BANK INTERNASIONAL INDONESIA

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

PENGATURAN KLAUSULA BAKU DALAM HUKUM PERJANJIAN UNTUK MENCAPAI KEADILAN BERKONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan transportasi. Setelah sampai pada tujuan, kendaraan harus diparkir.

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. meluas dipergunakannya perjanjian baku/perjanjian standar (standard

loket). Biaya tersebut dialihkan secara sepihak kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 28 huruf H ayat (1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Islamic Banking standard law

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar berlakunya perjanjian sewa beli adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

BAB II TINJAUAN TENTANG KLAUSULA EKSONERASI SERTA HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Klausula baku yang dipergunakan dalam praktek bisnis di masyarakat,

ABSTRAK. Kata kunci : OJK, klasula baku, perjanjian kredit, perlindungan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis media di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini karena

Transkripsi:

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Hukum Fakultas Hukum Oleh : HERDIYAN NURAHMA PURNAMAWATI C100.140.316 PROGRAM STUDI HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : STUDY TENTANG PERJANJIAN APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE ABSTRAK Di era modern ini, berkembangnya internet membawa banyak perubahan. Tak hanya dari segi teknologi saja, dari segi hukum pun juga. Perjanjian dikatakan sah jika telah memenuhi unsur 1320 KUHPerdata. Dalam prakteknya, perjanjian yang tercantum dalam kebijakan layanan sebuah aplikasi tentunya menggunakan klausul baku dalam perjanjiannya, yakni terlihat bahwa isi dalam perjanjian tersebut telah dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha dan tentunya konsumen ditempatkan pada posisi yang relatif lebih rendah. Tak sekedar klausul baku bahkan ada pula klausul eksonerasi yang juga tercantum di dalamnya. Kali ini penulis menggunakan data yaitu kebijakan layanan dari Aplikasi Traveloka, Pegi- Pegi dan Tiket.com. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal yang dianalisa secara kualitatif dengan penalaran deduktif, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan perjanjian yang tercantum dalam aplikasi penyedia layanan berbasis online. Kata kunci : Klausul Baku, Klausul Eksonerasi, Perjanjian Online ABSTRACT In this modern era, the internet development brings many changes. Not only in technology terms but also a legal point.the Covenant is said to be valid if it has fulfilled the 1320 Civil Code element. In the fact, the agreement that contained in an application's service policy have to use a standard clause in the agreement, it seems that the contents of the agreement have been made unilaterally by the business actor and of course the consumer is placed in a relatively in lower position. Not just a raw clause there are even exoneration clauses are also listed in it. The author uses data from the service policy of Traveloka, Pegi-Pegi and Tiket.com online application. This research is a legal research conducted with a doctrinal approach that is analyzed qualitatively with deductive reasoning, it aims to analyze and describe the agreement contained in the online application service providers. Keywords: Standard Clause, Exponential Clause, Online Agreement 1. PENDAHULUAN Di era globalisasi yang modern ini sekarang manusia dapat dengan mudah mendapatkan informasi. Perkembangan teknologi telah menunjukkan kemajuan yang pesat. Kemajuan teknologi telah memungkinkan untuk dilakukannya hubungan bisnis melalui internet. Pelaku usaha tidak lagi harus melakukan usaha dengan face to face namun juga dapat melakukan hanya dengan melakukan permintaan ataupun penawaran melalui perangkat lunak 1

untuk melakukan kegiatan usaha di cyberworld tersebut (Mariam Darus Badrulzaman, dalam Jurnal Hukum Bisnis, Volume 11/2001) 1. Kesepakatan yang diperlukan bagi adanya suatu perjanjian umumnya berlandaskan asas kebebasan berkontrak, akan terjadi suatu proses tawar menawar yang menunjukkan adanya kedudukan yang seimbang antara kedua belah pihak yang terlibat didalamnya. Namun, seiring berjalannya waktu banyak perjanjian yang terjadi tanpa melalui proses negosiasi dan tawar menawar yang seimbang, kebanyakan salah satu pihak telah menyiapkan terlebih dahulu syarat-syarat yang akan diberlakukan dan pihak lainnya tinggal menyetujui syarat tersebut sehingga, tidak memberi kesempatan dan kebebasan kepada pihak lainnya untuk melakukan negosiasi atas syarat-syarat yang disodorkan. Umumnya salah satu pihak yang telah menyiapkan terlebih dahulu syarat-syaratnya mempunyai kedudukan relatif lebih kuat dari pada pihak lainnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebut perjanjian tersebut dengan Perjanjian Baku, dimana Menurut Pasal 1 angka (10) Perjanjian Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. 2. METODE Metode pendekatan yuridis-normatif menjadi acuan dalam penulisan penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undangundang dan doktrin. Kemudian dianalisa dengan menggunakan logika deduktif untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi hal yang bersifat khusus. Proses analisis data yang diperoleh dari studi kepustakaan selanjutnya dianalisis secara deskriptif, kemudian disusun 1 Hasanuddin Rahman, Contract Drafting, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.314 2

sebagai kesimpulan dalam menjawab permasalahan terkait profil perjanjian aplikasi penyedia layanan berbasis online. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Klausul Baku Klausul Baku Menurut pasal 1 angka 10 Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan kosumen, Klausula baku adalah aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha atau penyalur produk yang dituangkan dalam suatu dana tau perjanjian yang mengikat dan wajib harus dipenuhi oleh konsumen. Badrulzaman (1981:49), mendefinisikan perjanjian baku sebagai perjanjian yang isinya dibakukan (ditentukan standartnya, sehingga memiliki arti yang tetap, yang dapat menjadi pegangan umum dan dituangkan dalam bentuk formulir. 2 Perjanjian baku (standar contract) adalah perjanjian yang ketentuan dan syarat syarat telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pemakainya dan mengikat pihak lain. Pihak lain tersebut tidak dapat mengubah atau melakukan tawar menawar untuk mengubahnya. Atau dengan kata lain yang dibakukan disini adalah klausul klausulnya yang merupakan ketentuan dan syarat-syarat perjanjian. Halhal yang menyangkut jenis, harga, jumlah, warna, tempat, waktu dan beberapa lainnya yang berkaitan dengan obyek yang diperjanjikan umumnya belum dibakukan. 3 Sehubungan dengan klausul baku yang disertai eksonerasi menurut R.J.H. Engels, syarat-syarat untuk pembatasan atau penghapusan tanggung jawab (syarat-syarat eksonerasi) tersebut, pada umumnya dituangkan dalam tiga bentuk yuridis yaitu : 2 Kelik Wardiono, Perjanjian Baku, Klausul Eksonerasi dan Konsumen ( Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2014), hlm 11 3 Djoni dan Rachmadi, 2010, Hukum Perbankan, Jakarta : Sinar Grafika, Hlm 322 3

Bentuk dimana tanggung jawab untuk akibat-akibat hukum, karena tidak atau kurang baik memenuhi kewajiban-kewajiban, dikurangi atau dihapuskan (misalnya : ganti kerugian dalam hal ingkar kewajiban/wanprestasi); Bentuk dimana kewajiban-kewajiban sendiri yang relatif dibebankan kepada pihak untuk mana syarat dibuat, dibatasi atau dihapuskan (misalnya perluasan pengertian keadaan darurat); Bentuk dimana kewajiban-kewajiban dicipta, slah satu pihak dibebankan dengan kewajiban untuk memikul tanggung jawab pihak yang lain yang mungkin ada kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. 4 Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka terdapat pembatasan yang relatif lebih tegas terhadap pencantuman klausul (perjanjian) baku dan klausul eksonerasi. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan di dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-Undang ini Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999, yang menetapkan : Pelaku Usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila : Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang di beli konsumen; Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen; Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang 4 Ibid, hlm 13 4

atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, atau lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang telah dibeli oleh konsumen secara angsuran; Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Sebagai akibat hukumnya bila pelaku usaha tetap mencantumkan klausul dabu dan klausul eksonerasi maka pasal 18 ayat (3) menetapkan, setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjuan yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum 3.2 Klausul Eksonerasi Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, atau lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Dari 3 (tiga) aplikasi penyedia layanan, ketiga-tiganya mencantumkan perihal tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, atau lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Klausul-klausul tersebut ditetapkan oleh pelaku usaha, Jika dilihat dari kalimat-kalimat perjanjian yang dibuat menunjukkan bahwa perjanjian tersebut dibuat secara sepihak oleh perusahaan aplikasi penyedia layanan tersebut, dimana secara posisi jelas relatif lebih kuat dibandingkan dengan konsumennya; dalam hal ini konsumen si pengguna aplikasi penyedia 5

layanan tersebut jelas tidak dilibatkan dalam pembuatan isi perjanjian, Dalam hal menerima perjanjian tentu saja konsumen yang membutuhkan layanan tersebut tentunya akan terpaksa menerima isi perjanjian tersebut karena faktor kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pasal 1 angka 10 UUPK. Dan dengan masuknya terdapatnya klausula yang sesuai pada indikator pasal 18 ayat (1) huruf (g) tentang tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, atau lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya dengan demikian penulis menyatakan bahwa dalam profil aplikasi penyedia layanan terdapat klausul yang termasuk sebagai klausul eksonerasi. Terdapat klausul-klausul yang menunjukkan bahwa perjanjian tersebut dibuat secara sepihak oleh perusahaan aplikasi penyedia layanan selaku pelaku usaha, dimana secara jelas mempunyai posisi lebih kuat dari konsumen, dalam hal ini jelas konsumen tidak ikut menentukan isi perjanjian. Konsumen mau tidak mau harus menyetujui isi dari perjanjian tersebut. Dalam hal menerima perjanjian tentu saja konsumen yang membutuhkan layanan tersebut tentunya akan terpaksa menerima isi perjanjian tersebut karena faktor kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Namun, klausul-klausul yang dicantumkan di atas tidak termasuk dalam klausul eksonerasi karena tidak memenuhi indikator pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Doktrin Engels.. Jika disesuaikan dengan pengertian klausul baku yang tercantum dalam pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yakni setiap aturan atau ketentuan dan syaratsyarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha dan dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Maka, dalam penelitian kali ini penulis tidak menemukan adanya klausul yang tidak merupakan klausul baku mengingingat bahwa semua data yang 6

diperoleh oleh penulis terdapat dalam bentuk baku yang dibuat oleh pihak penyedia layanan. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis mengenai 3 (tiga) aplikasi penyedia layanan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan, dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Terdapat klausul yang memenuhi indikator tersebut diatas dalam semua data yang digunakan oleh penulis yakni Traveloka, Pegi-Pegi dan Tiket.com. Hal ini memenuhi indikator pasal 18 ayat (1) huruf (g) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Terdapat klausul bukan klausul eksonerasi dalam ke 3 (tiga) data yang dimiliki oleh penulis yakni Traveloka, Pegi-Pegi dan Tiket.com. Mengingat semua data perjanjian aplikasi penyedia layanan memenuhi indikator pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengenai Pengertian Perjanjian Baku. Tidak terdapat klausul ini dalam ke 3 (tiga) aplikasi yang diteliti oleh penulis yakni Traveloka, Pegi-Pegi dan Tiket.com. Mengingat tidak ada satupun klausula yang tidak memenuhi indikator pada pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengenai Pengertian Perjanjian Baku. DAFTAR PUSTAKA Buku : Djoni & Rachmadi, 2010, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika Rahman, Hasanudin, 2003, Contract Drafting, Bandung : PT Citra Aditya Bakti Wardiono, Kelik, 2014, Perjanjian Baku, Klausul Eksonerasi dan Konsumen, Yogyakarta: Ombak 7

Perundang-Undangan : Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 8