Menimbang : Mengingat :

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG KEPENGURUSAN BADAN USAHA MILIK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA MAKMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BERDIKARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KAPUAS INDAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH UPUN TAKA DI KABUPATEN TANA TIDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PARKIR KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH Nomor : 15 Tahun 2002 Seri E Nomor : 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH SAPEUE PAKAT KABUPATEN PIDIE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURANDAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH RUMAH SAKIT BENGKALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SWATANTRA KABUPATEN BULELENG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 9 Tahun : 2010 Seri : D Nomor : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 9 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH JASA TRANSPORTASI

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

BUPATI SIMEULUE PEMERINTAH ACEH QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAKA DARANANTE

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) DISEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 9 TAHUN 2012

Array - Kota Bogor Online

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SABALONG SAMAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 15

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 13 SERI E

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANYUASIN MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengembangkan perekonomian daerah dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, perlu dilakukan secara optimal dan profesional; b. bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuasin berkeinginan untuk mengelola dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam, ekonomi dan peningkatan Pendapatan asli Daerah dengan mendirikan Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri yang berbadan hukum; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 3. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4181); 4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Peraturan...

2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak ketiga. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUASIN dan BUPATI BANYUASIN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANYUASIN MANDIRI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten adalah Kabupaten Banyuasin. 2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Banyuasin. 3. Bupati adalah Bupati Banyuasin. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Kabupaten Banyuasin. 5. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 6. Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri adalah perusahaan daerah Kabupaten Banyuasin. 7. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri. 8. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri. 9. Penyertaan Modal adalah setiap usaha dalam penyertaan modal daerah pada suatu usaha bersama antar daerah, dan/atau dengan badan usaha swasta/badan lain dan/atau pemanfaatan modal daerah badan usaha/badan lain dengan suatu maksud, tujuan dan imbalan tertentu. 10. Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah dengan tujuan menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, laporan laba/rugi, arus kas, perubahan ekuitas selama 1 (satu) periode akuntasi. BAB...

3 BAB II PEMBENTUKAN DAN STATUS PERUSAHAAN DAERAH Pasal 2 Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri. Pasal 3 (1) Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri berstatus Badan Hukum, yang berhak melaksanakan usaha-usaha berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. (2) Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperoleh kedudukan sebagai Badan Hukum dengan berlakunya Peraturan Daerah ini. Pasal 4 Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Daerah ini, berlaku sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan. BAB III PENETAPAN KEDUDUKAN, TUJUAN DAN BIDANG USAHA Pasal 5 Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri berkedudukan di Pangkalan Balai dan dapat mendirikan unit usaha di wilayah Kabupaten Banyuasin dan wilayah lainnya. Pasal 6 Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri bertujuan untuk menunjang dan mengembangkan perekonomian serta menambah Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam rangka pembangunan Daerah. Pasal 7 (1) Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri bergerak dalam bidang usaha : a. pertambangan; b. perkebunan; c. jasa; d. peternakan. (2) Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengadakan kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi dan Swasta sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB IV MODAL Pasal 8 Modal Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri terdiri dari kekayaan Pemerintah Kabupaten Banyuasin yang dipisahkan dan pihak lain berupa kekayaan atau saham yang selanjutnya akan diatur dengan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal. BAB...

4 BAB V PENGURUS Pasal 9 Pengurus Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri terdiri dari : a. Direksi; b. Badan Pengawas. BAB VI DIREKSI Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 10 (1) Direksi diangkat oleh Bupati diutamakan dari swasta atas usul Badan Pengawas setelah mendengar pertimbangan DPRD. (2) Dalam hal calon Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bukan berasal dari swasta, maka yang bersangkutan harus melepaskan terlebih dahulu status kepegawaiannya. (3) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. diutamakan mempunyai pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana (S1); b. mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun di Perusahaan yang dibuktikan dengan Surat Keterangan (referensi) dari Perusahaan sebelumnya dengan penilaian baik; c. membuat dan menyuguhkan proposal tentang Visi, Misi dan strategi perusahaan; d. tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan anggota Direksi atau dengan anggota Badan Pengawas lainnya sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar. (4) Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 11 Jumlah anggota Direksi paling banyak 4 (empat) orang dan seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama. Pasal...

5 Pasal 12 (1) Seseorang dapat menduduki jabatan Direksi paling banyak 2 (dua) kali masa Jabatan dalam kedudukan yang sama di Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri yang bersangkutan. (2) Dikecualikan dari ayat (1), apabila Direktur diangkat menjadi Direktur Utama. (3) Masa Jabatan Direksi ditetapkan selama 4 (empat) tahun. (4) Pengangkatan untuk masa Jabatan yang kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri setiap tahun. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 13 Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri mempunyai tugas sebagai berikut : a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan Daerah; b. menyampaikan rencana kerja 5 (lima) tahunan dan rencana kerja anggaran Perusahaan Daerah tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan; c. melakukan perubahan terhadap program kerja setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas ; d. membina pegawai; e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan Daerah; f. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; g. mewakili Perusahaan Daerah baik di dalam dan di luar pengadilan; h. menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk laporan keuangan kepada Badan Pengawas. Pasal 14 Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri mempunyai wewenang sebagai berikut : a. mengangkat dan memberhentikan pegawai; b. mengangkat, memberhentikan dan memindahtugaskan pegawai dari Jabatan dibawah Direksi; c. menandatangani laporan keuangan; d. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. Pasal 15 Direksi memerlukan persetujuan dari Badan Pengawas, dalam halhal : a. mengadakan Perjanjian perjanjian kerjasama usaha dan atau pinjaman yang mungkin dapat berakibat terhadap berkurangnya asset dan membebani anggaran Perusahaan Daerah; b. memindahtangankan...

6 b. memindahtangankan atau menghipotekkan atau menggadaikan benda bergerak dan atau tak bergerak milik Perusahaan Daerah; c. penyertaan modal dalam Perusahaan lain. Bagian Ketiga Tahun Buku, Laporan Keuangan dan Tahunan Pasal 16 (1) Tahun Buku Perusahaan adalah Tahun Takwim. (2) Selambat-lambatnya 3 ( tiga) bulan setelah berakhirnya Tahun Buku, Direksi Menyampaikan Laporan Keuangan kepada Bupati melalui Ketua Badan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan setelah diaudit oleh Akuntan Publik. (3) Laporan keuangan tahunan yang telah mendapatkan pengesahan dari Bupati memberikan pembebasan tanggung jawab kepada Direksi dan Badan Pengawas. (4) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun buku, Direksi telah mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah. (5) Apabila Direksi terlambat menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah sampai dengan 31 Desember tahun berjalan, maka Badan Pengawas memberikan peringatan kepada Direksi. Bagian Keempat Penghasilan dan Hak-hak Direksi Pasal 17 (1) Penghasilan Direksi terdiri dari : a. gaji; b. tunjangan. (2) Jenis dan besarnya penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan oleh Direksi. Bagian Kelima Cuti Pasal 18 (1) Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut : a. cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. cuti besar/cuti panjang, selama 2 (dua) bulan untuk setiap satu kali masa jabatan; c. cuti bersalin selama 3 (tiga) bulan bagi Direktris; d. cuti alasan penting; e. cuti sakit. (2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c, dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (3) Pelaksanaan Hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan e, dilaksanakan setelah mendapat persetuuan Badan Pengawas. (4) Direksi selama melaksanakan cuti mendapatkan penghasilan penuh dari Perusahaan Daerah. Bagian...

7 Bagian Keenam Pemberhentian Pasal 19 Direksi diberhentikan dengan alasan : a. atas permintaan sendiri; b. meninggal dunia; c. karena Kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; e. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah; f. dihukum pidana berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 20 (1) Apabila Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, huruf d, dan huruf e, Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti, Badan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati. Pasal 21 Bupati paling lama 12 (dua belas) hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan Badan Pengawas, sudah mengeluarkan: a. Keputusan tentang Pemberhentian sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan dalam Pasal 19 huruf c, huruf d, dan huruf f; b. Keputusan tentang pemberhentian sementara sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan dalam Pasal 19 huruf e. Pasal 22 (1) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, huruf b dan huruf c, diberhentikan dengan hormat. (2) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, huruf e dan huruf f, diberhentikan tidak dengan hormat. (3) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b selain diberikan uang duka sebesar 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya. (4) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c selain diberikan uang pesangon sebesar 5 (lima) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya. (5) Direksi yang berhenti karena habis masa jabatannya dan tidak diangkat kembali diberikan uang penghargaan sesuai dengan kemampuan Perusahaan Daerah. Pasal...

8 Pasal 23 Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Badan Pengawas sudah mengajukan calon Direksi kepada Bupati. Pasal 24 (1) Bupati mengangkat Pelaksana Tugas (PLT), apabila Direksi diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir; (2) Pengangkatan Pelaksana Tugas ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk masa jabatan paling lama 3 (tiga) bulan. BAB VII BADAN PENGAWAS Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 25 (1) Badan Pengawas diangkat oleh Bupati. (2) Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari orang yang profesional sesuai dengan bidang usaha Perusahaan Daerah yang bersangkutan. (3) Untuk dapat diangkat sebagai Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. menyediakan waktu yang cukup; b. tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan Badan Pengawas lainnya atau dengan Direksi sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar; c. mempunyai pengalaman dalam bidang keahliannya minimal 5 (lima) tahun. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengangkatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 26 Jumlah Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang, seorang diantaranya dipilih menjadi Ketua merangkap Anggota. Pasal 27 (1) Badan Pengawas diangkat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan. (2) Masa jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun. (3) Pengangkatan Badan Pengawas yang kedua kali dilakukan apabila : a. mampu mengawasi Perusahaan Daerah sesuai dengan program kerja; b. mampu memberikan saran kepada Direksi agar Perusahaan Daerah mampu bersaing dengan perusahaan lainnya; c.mampu...

9 c. mampu memberikan pendapat mengenai peluang usaha yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 28 Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut : a. mengawasi kegiatan operasional Perusahaan Daerah; b. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi; c. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap Program Kerja yang diajukan oleh Direksi; d. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap Laporan Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi; e. memberikan pendapat dan saran atas Laporan Kinerja Perusahaan Daerah. Pasal 29 Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut : a. memberi peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; b. memeriksa Direksi yang diduga merugikan perusahaan; c. mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah; d. menerima atau menolak pertanggung jawaban keuangan dan Program Kerja Direksi tahun berjalan. Bagian Ketiga Penghasilan Pasal 30 Badan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium. Pasal 31 (1) Ketua Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 40 % (empat puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. (2) Sekretaris Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 35 % (tiga puluh lima perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. (3) Anggota Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 30 % (tiga puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. Pasal 32 Selain honorarium, kepada Badan Pengawas setiap tahun diberikan jasa produksi bila perusahaan mendapatkan keuntungan dengan memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan. Bagian Keempat Pemberhentian Pasal 33 Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan : a. atas permintaan sendiri; b. meninggal...

10 b. meninggal dunia; c. karena kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya; e. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah; f. dihukum pidana berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 34 (1) Apabila Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c, huruf d dan huruf e, Bupati segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, Bupati paling lama 12 (dua belas) hari kerja segera mengeluarkan : a. Keputusan tentang Pemberhentian sebagai Badan Pengawas bagi Badan Pengawas yang melakukan perbuatan dalam Pasal 33 huruf c, huruf d dan huruf f; b. Keputusan tentang Pemberhentian Sementara sebagai Badan Pengawas bagi Badan Pengawas yang melakukan perbuatan dalam Pasal 33 huruf e. Pasal 35 (1) Untuk membantu tugas-tugas Badan Pengawas dibentuk Sekretariat yang terdiri dari 2 (dua) orang. (2) Honorarium Sekretariat ditetapkan oleh Badan Pengawas dan dibebankan Kepada Perusahaan yang bersangkutan. Pasal 36 (1) Besarnya jasa produksi untuk Direksi, Badan Pengawas, Pegawai dan tenaga kerja lainnya ditetapkan maksimal 20 (dua puluh) % dari laba bersih tahun bersangkutan setelah diaudit. (2) Besarnya jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk Direksi, Badan Pengawas, Pegawai dan tenaga kerja lainnya ditetapkan oleh Direksi. Pasal 37 Direksi tidak boleh memangku jabatan rangkap baik di Perusahaan Daerah atau Perusahaan lainnya. Pasal 38 Apabila dalam 2 (dua) tahun berturut-turut Direksi tidak mampu meningkatkan kinerja perusahaan, Bupati dapat mengganti Direksi, atas usul dan saran Badan Pengawas. Pasal...

11 Pasal 39 Direksi yang akan melakukan perjalanan dinas ke Luar Negeri harus mendapat izin dari Bupati. Pasal 40 Dana Representatif disediakan dari anggaran perusahaan paling tinggi 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun yang diterima pada bulan terakhir, dan penggunaannya diatur oleh Direksi secara efisien dan efektif dalam rangka pengembangan Perusahaan Daerah. BAB VIII PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG Pasal 41 (1) Pengadaan barang untuk kepentingan penyelenggaraan Perusahaan Daerah harus dilakukan sesuai dengan Anggaran Perusahaan Daerah yang telah disahkan oleh Bupati dan pengadaan tersebut harus dilaporkan kepada Bupati. (2) Setiap mutasi barang Perusahaan Daerah baik status maupun fisik baru dapat dilakukan setelah ditetapkan dengan Keputusan Bupati berdasarkan pertimbangan dari Badan Pengawas dan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IX PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA Pasal 42 Laba bersih yang telah disahkan menurut ketentuan Pasal 16, setelah terlebih dahulu dikurangi penyusutan, cadangan tujuan dan pajak ditetapkan sebagai berikut : a. untuk anggaran daerah 50 %,- b. untuk cadangan umum 30 %,- c. untuk jasa produksi.. 10 %,- d. untuk dana pensiun, sosial, dan pendidikan 10 %,- BAB X PEMBUBARAN, PERUBAHAN STATUS DAN PELEBURAN/ PENGGABUNGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH Pasal 43 (1) Pembubaran, perubahan status, peleburan/penggabungan Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Dalam hal pembubaran, penunjukan likwidatur Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri dilakukan oleh Bupati dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuasin. (3) Semua...

12 (3) Semua kekayaan Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri setelah diadakan likwidasi dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten. (4) Pertanggungjawaban likwidasi oleh likwidatur dilakukan kepada Bupati atas nama Pemerintah Kabupaten yang menyangkut tanggung jawab yang telah diselesaikan olehnya. (5) Dalam hal likwidasi, Pemerintah Daerah menanggung kerugian yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan tidak menggambarkan keadaan Perusahaan Daerah Banyuasin Mandiri yang sebenarnya. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 44 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banyuasin. Ditetapkan di Pangkalan Balai Pada tanggal 24 Oktober 2012 BUPATI BANYUASIN, H. AMIRUDDIN INOED Diundangkan di Pangkalan Balai Pada tanggal 24 Oktober 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANYUASIN, H. FIRMANSYAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012 NOMOR 59

13 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANYUASIN MANDIRI I. UMUM Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terkahir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan dalam rangka menyesuaikan perkembangan keadaan, untuk efektivitas dan efisiensi pengelolaan serta pengembangan perusahaan, perlu mendirikan perusahaan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin tentang Pembentukan Perusahaan Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19

14 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012 NOMOR 029

15 KETERANGAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwijudnya kesejahteraan masyarakat dan peran peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dissamping itu melalui otonomi luas, daerah dharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan anatrsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daera, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan bebas. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknnologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perusahaan Daerah dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang ini yang modalnyanya untuk seluruh/sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain oleh atau berdasarkan Undang-Undang. Dengan adanya ketentuan tersebut, maka semua perusahaan yang didirikan berdsarkan Undang-Undang ini baik yang modalnya berasal dari pemisahan perusahaan Negara berdsarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 dan Nomor 19 Prp. Tahun 1960 Kepala Daerah, adalah Perusahaan Daerah menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 ini. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 ini ditetapkan, bahwa perusahaan daerah adalah suatu badan Hukum berdasarkan Undang-Undang. Kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah yang mengatur pendirian perusahaan daerah tersebut. Demikian pula cara-cara menguasai dan mengurus perusahaan, pertanggungan jawab Direksi, pengawasannyadan sebagainya harus diatur dalam pendirian perusahaan tersebut dengan tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan pokok yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962. Apabila Perusahaan daerah telah didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962, maka modal perusahaan terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian atas kekayaan daerah yang dipisahkan dari Anggaran Belanja Daerah tetapi tetap masuk neraca kekayaan daerah. Dengan ketentuan ini maka ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah untuk selanjutnya berdiri sendiri tanpa memberatkan lagi Budget daerah.

B. PERMASALAHAN 16 Bahwa dengan adanya pembagian urusan pemerintahan maka di Kabupaten Banyuasin sangat membutuhkan Perusahaan Daerah dalam rangka mengembangkan potensi sumber daya alam guna dikelola secara optimal untuk penambahan pendapatan asli daerah. Menindaklanjuti hal diatas maka perlu dibentuk payung hukum yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. C. TUJUAN Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. D. MATERI Seluruh Materi yang menyangkut Perusahaan Daerah sudah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962.