BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS II MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT Jl. Raya Pontianak-Mempawah Km 20.5 Sei Nipah Kec. Siantan, Kab. Mempawah Kalimantan Barat 78351 Telp. 0561-747141 Fax. 0561-747845, email : staklim.siantan@bmkg.go.id http://iklim.kalbar.bmkg.go.id ANALISIS ANOMALI CURAH HUJAN FEBRUARI 2018 DALAM KAITAN TERJADINYA KARHUTLA DI KALBAR Fanni Aditya, Firsta Zukhrufiana Setiawati, Ismaharto Adi fanni.aditya@bmkg.go.id, firstabmkg@gmail.com, ismahartoadi@gmail.com Prakirawan Stasiun Klimatologi Mempawah Kalimantan Barat A. PENDAHULUAN Sebanyak 9 (Sembilan) kabupaten di wilayah Kalimantan Barat terdapat titik panas yang signifikan pada dasarian ke-2 Februari 2018. Kejadian tersebut diikuti munculnya asap di Kabupaten Mempawah, Kubu Raya, Ketapang dan Kota Pontianak. Para Bupati telah menetapkan status siaga darurat asap untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang telah terjadi. Salah satunya adalah Bupati Mempawah melalui SK Bupati No. 85/2018 pada 13 Februari 2018. Sebagaimana diberitakan bahwa sejak Selasa (18/2) status siaga darurat bencana asap akibat Karhutla berlaku sejak 13 Februari 2018 lalu hingga 30 Juni 2018 mendatang. Menurut pelaksana tugas (Plt) Bupati Mempawah, kondisi cuaca kemarau yang terjadi di Kabupaten Mempawah relatif belum lama. Namun, telah menimbulkan efek yang besar, sehingga sejumlah titik api mulai terpantau di beberapa wilayah. Gambar 1. Dokumentasi berita pemadaman kebakaran di mempawah Sumber : republika.co.id 1
B. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER 1. IOD dan ENSO Gambar 2. Indeks ENSO dan IOD Sumber : Bureau of Meteorology (BoM) Pantauan indeks IOD (Indian Ocean Dipole) adalah -0.15 yang menandakan pergerakan massa udara dari wilayah perairan pantai timur Afrika menuju ke Indonesia bagian barat, pengaruh IOD terhadap fluktuasi curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat adalah berupa penurunan curah hujan. Namun, kondisi ini tidak mempengaruhi wilayah Kalimantan Barat. Sedangkan, pantauan ENSO (El Nino South Oscillation) adalah -1.2 yang menandakan La Nina dalam intensitas lemah, sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat tendensi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. Hal terebut juga tidak mempengaruhi intensitas curah hujan pada pada bulan februari 2018 untuk wilayah Kalimantan Barat 2. Analisis Suhu Permukaan laut (SPL) di Perairan Sekitar Kalimantan Barat Gambar 3. Suhu Permukaan Laut dasarian ke-1 Februari 2018 (sumber : NCEP/NCAR) 2
Gambar 4. Suhu Permukaan Laut dasarian ke-2 Februari 2018 (sumber : NCEP/NCAR) Gambar 5. Suhu Permukaan Laut dasarian ke-3 Februari 2018 (sumber : NCEP/NCAR) Analisis suhu permukaan laut (SPL) perairan sekitar Kalbar pada dasarian pertama menunjukkan nilai anomali negatif sebesar -0.2 o C hingga 0 o C, nilai ini menunjukkan SPL pada dasarian pertama lebih rendah bila dibandingkan normalnya, hal ini menyebabkan adanya pengurangan suplai uap air pada dasarian pertama namun secara umum tidak signifikan. Curah Hujan masih terjadi merata di wilayah Kalbar. Pada dasarian kedua, SPL di perairan sekitar Kalbar lebih rendah dibandingkan dasarian pertama dengan anomali sebesar -0.8 o C hingga -0.3 o C. Hal tersebut berakibat pada pengurangan suplai uap air yang cukup signifikan pada dasarian kedua, dan menyebabkan berkurangnya curah hujan di Kalbar. Pada dasarian ketiga, kondisinya mirip dengan dasarian pertama dengan anomali curah hujan berkisar antara -0.4 o C hingga -0.2 o C dan pengurangan suplai uap air pada dasarian pertama namun secara umum tidak signifikan. 3
3. Analisis Streamline( garis angin) Gambar 6. Streamline dasarian ke-1 Februari 2018 (sumber : NCEP/NCAR) Gambar 7. Streamline dasarian ke-1 Februari 2018 (sumber : NCEP/NCAR) Gambar 8. Streamline dasarian ke-1 Februari 2018 (sumber : NCEP/NCAR) Analisis Streamline (garis angin) menunjukkan pada dasarian pertama terdapat shearline (belokan angin) di sekitar wilayah Kalimantan barat, hal ini berakibat pada berkumpulnya massa udara di atas wilayah Kalimantan Barat yang dapat menyebabkan terjadinya hujan Pada dasarian kedua terlihat terdapat shearline, namun posisinya berada di laut sehingga massa udara lebih terkumpul di perairan sekitar Kalimantan Barat. Pada dasarian ketiga, terdapat sirkulasi tertutup (Eddy) di utara wilayah kalbar, hal ini berpotensi kuat menyebabkan hujan di wilayah tersebut. 4
C. DATA Dalam analisis ini digunakan data sebagai berikut : 1. Data curah hujan dasarian dan bulanan (Februari 2018) 2. Data reanalysis dinamika atmosfer (SST, angin zonal dan meridional 850 mb) D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Gambar 9. Peta Hari Tanpa Hujan (HTH) Bulan Februari 2018 Dari gambar peta HTH di atas terlihat pada dasarian pertama secara umum hari tanpa hujan masuk pada kategori Sangat Pendek (1-5 hari), pada dasarian kedua, hari tanpa hujan di wilayah pesisir masuk pada kategori Menengah (11-20 hari), sedangkan wilayah hulu masuk pada kategori Sangat Pendek (1-5 hari). Pada dasarian ketiga secara umum hari tanpa hujan masuk pada kategori Sangat Pendek (1-5 hari). Ketiga gambar diatas Terkait dengan meningkatnya hari tanpa hujan pada dasarian kedua, analisis curah hujan dasarian juga dapat menjelaskan bahwa ada penurunan curah hujan yang cukup signifikan pada dasarian kedua, sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut : 5
Gambar 10. Peta analisis curah hujan dasarian bulan Februari 2018 Gambar 10 dapat menunjukkan secara jelas bahwa terdapat fluktuasi curah hujan yang signifikan di wilayah Kalimantan Barat. Dasarian pertama bulan Februari 2018, curah hujan di wilayah Kalimantan Barat rendah hingga tinggi, namun didominasi menengah dan pada wilayah pesisir rendah-menengah. Dasarian kedua menunjukkan penurunan curah hujan di seluruh wilayah Kalimantan Barat, curah hujan pada dasarian kedua ini adalah rendah untuk seluruh wilayah Kalimantan Barat. Dasarian ketiga memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan curah hujan terutama di wilayah hulu, namun wilayah pesisir masih terjadi curah hujan intensitas rendah- menengah walaupun telah terjadi peningkatan. E. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dari data kejadian dan fenomena dinamika atmosfer yang terjadi pada bulan Februari 2018 mengarah pada kesimpulan, bahwa : Fenomena menurunnya curah hujan di Kalbar pada bulan Februari 2018 pada umumnya dan khususnya pada dasarian 2, dipengaruhi oleh gerak massa udara (angin) dan fluktuasi suhu muka laut sekitar perairan Kalbar yang lebih dingin dibandingkan normalnya. 6
Jumlah hotspot meningkat drastis pada dasarian 2 Februari 2018. Terjadinya jeda hujan (HTH) mempengaruhi munculnya hotspot : - Dasarian 1 HTH secara umum 1-3 hari (hotspot belum signifikan) - Dasarian 2 HTH secara umum 13-16 hari hotspot signifikan terjadi di daerah yang memiliki lahan gambut - Dasarian 3 setelah terjadi hujan yang cukup merata di wilayah Kalbar hotspot berangsur-angsur berkurang Jeda hujan (hari tanpa hujan) yg terjadi di wilayah bergambut menyebabkan adanya hotspot yang lebih banyak bila dibandingkan daerah yang masih terjadi hujan Pembuat laporan 1, Pembuat laporan 2, Fanni Aditya, S.Si Firsta Z. S., S.Tr NIP. 198809292009111001 NIP. 199211022010122001 Mengetahui, Kepala Seksi Observasi dan Informasi, Ismaharto Adi, S.Kom NIP. 197811012000091001 7