BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Kalasan, 26 februari 2012 Penulis. Muftikhul Umam

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

RANGRANG DALAM TOPLES KELOMPOK BUDIDAYA KROTO

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,


Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan

PENDAHULUAN. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. ikan. Ketika usaha pemeliharaan atau pembesaran berkembang dibutuhkan bibit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

DAFTAR GAMBAR. Gambar 3.1 Koloni Semut Rangrang Gambar 3.2 Semut Pejantan Gambar 3.3 Semut Ratu Gambar 3.4 Semut Calon Ratu...

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak mengandung senyawa organik dan bahan mineral yang cukup baik dari alam

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. glossocolecidae, dan lumbricidae (Khairulman dan Amri, 2009: 1-3).

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

ikan yang relatif lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya, maka permintaan akan komoditas ikan terus meningkat dari waktu ke waktu.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara (dalam ribuan ekor) Sumber: Burung Berkicau (2010)

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sidat dikenal sebagai ikan katadromous yaitu memijah di laut, tumbuh dan

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

MATERI DAN METODE. minum dilakukan di Laboratorium Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perunggasan saat ini sangat berkembang pesat. Tidak hanya jenis unggas konsumsi, tetapi juga unggas hias. Salah satu unggas hias yang paling diminati para pecinta satwa ini adalah burung kicauan. Burung ini dipelihara karena kicauannya yang indah, unik, dan merdu. Tren hobi memelihara burung kicauan terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai jenis burung kicauan juga telah berhasil dibudidayakan. Kualitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi performa burung kicauan. Peningkatan permintaan konsumen terhadap produk kroto tidak lepas dari kegunaanya sebagai salah satu pakan terbaik untuk burung kicauan. Permintaan pasar terhadap ketersediaan kroto terus meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaannya di pasar. Para pencari kroto di alam sudah semakin sulit menemukan sarang semut rangrang sehingga pasar sangat kekurangan, sebaliknya permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak memperdulikan kelestariannya menyebabkan punahnya habitat kroto di alam. Para pencari kroto hanya memikirkan bagaimana bisa mendapat kroto yang banyak, mereka tidak memikirkan agar sarang semut rangrang tetap terjaga setelah diambil krotonya, mereka berusaha mendapatkan kroto dari sarang tersebut sebanyak-banyaknya tidak perduli meskipun sarangnya rusak sehingga mengakibatkan semut rangrang tidak bisa berkembang biak lagi. 1

2 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di pasar burung Splindit Malang kepada salah seorang pedagang kroto yaitu bapak Sutaji mengatakan bahwa harga kroto setiap 1kg adalah Rp.100.000 (seratus ribu rupiah) jika langsung di dapat dari pengepul namun ketika sudah di tangan kedua (di jual ke pembeli) seharga Rp. 150.000 dan hal tersebut berlaku di pulau jawa sementara untuk di luar jawa mencapai Rp. 180.000-250.000 dan setiap harinya habis sekitar 5-6kg untuk hari biasa yaitu senin-jum at akan tetapi berbeda jika sudah masuk hari sabtu dan minggu bisa menghabiskan 9-10kg kroto. Pada saat musim hujan seperti ini sulit mendapatkan pasokan kroto, Pengepul yang biasa memasok kroto yang ada Malang kosong sehingga pemasok kroto berasal dari daerah Situbondo dan Probolinggo. Namun sayangnya, kroto yang di dapat bukan dari hasil budidaya akan tetapi dari tangkapan di alam. Dengan demikian tidak salah jika seringkali permintaan sangat banyak dan jumlah kroto yang ada di pasaran habis dengan waktu yang sangat cepat. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Gesta (2014) yang menjelaskan bahwa pasar kroto selama ini bergantung kepada hasil perburuan alam, namun ketersediaan kroto di alam tidak kontinyu terutama saat musim hujan. Saat musim hujan, mortalitas semut rangrang tinggi karena tidak ada ketersediaan makanan di sekitar sarang, aktivitas mencari makan rendah, dan kelembaban tinggi. Maka dari itu perlu adanya pembudidayaan kroto dikarenakan semut rangrang dapat menghasilkan kroto dalam waktu 7-15 hari, dan jika ditinjau dari kondisi perekonomian masyarakat dalam budidaya kroto tidak membutuhkan lahan yang luas dan bisa meningkatkan pendapatan (income). Sejalan dengan yang dijelaskan Prayoga (2013) bahwa penangkaran semut rangrang perlu

3 dilakukan agar peran semut rangrang di alam sebagai predator hama pengganggu tanaman seperti ulat dan serangga tetap terjaga dan permintaan kroto juga dapat terpenuhi. Budidaya kroto tidak membutuhkan modal yang besar, karena segala sesuatunya, dari media, peralatan, dan tempat dapat kita gunakan barang bekas yang di setiap rumah pasti memilikinya. Kita bisa menggunakan toples bekas tempat makanan, bahkan kita bisa gunakan bekas botol minuman air mineral yang kesemuanya bisa kita temukan di rumah kita tanpa harus membeli. Sebagai tempat, kita bisa juga gunakan lokasi yang tidak lebar, bisa di samping rumah, di belakang rumah, atau bisa kita gunakan bagian rumah yang ruangannya tidak terpakai. Menurut Prayoga (2013), pakan merupakan komponen yang sangat penting sebagai sumber nutrisi bagi ternak semut Rang-rang untuk berproduksi. Zat gizi utama yang dibutuhkan oleh semut Rang-rang, yakni protein dan karbohidrat (gula). Dalam pengelolaan yang tepat, semut rangrang akan bisa berproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan telur yang banyak. Kandungan nutrisi yang terkandung pada pakan berbanding lurus dengan produksi telur yang dihasilkan. Jika pemberian nutrisi tidak tepat, koloni tidak akan berkembang secara optimal. Membudidayakan koloni semut rangrang dengan cara modern yaitu menggunakan media rekayasa otomatis berbeda dengan koloni di alam. Koloni di media rekayasa sangat tergantung pada peternak dalam mencukupi kebutuhan nutrisinya. Pakan yang tidak sesuai akan menyebabkan koloni menjadi kurus,

4 bahkan dapat menurunkan produksi telur dan populasi koloni. Pertumbuhan koloni akan lambat, produktivitas menurun, dan volume produksi hanya 30% dari produksi normal. Maka dari itu pada penelitian ini menggunakan pakan tunggal yang berupa cacing tanah, ulat hongkong dan jangkrik dan juga pakan kombinasi dari cacing tanah+ulat hongkong, cacing tanah+jangkrik, ulat hongkong+jangkrik dan cacing tanah+jangkrik dan ulat hongkong. Dilakukan penelitian dengan menggunakan kombinasi pakan dikarenakan Pemberian pakan kombinasi diharapkan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang lebih kompleks sehingga bisa meningkatkan produktivitas kroto dan juga meminimalisir kekurangan pada jenis pakan tunggal misalnya limbah pada setiap pakan yang berbeda-beda yang akan mampu mempengaruhi tingkat stress dari semut rangrang yang nantinya akan berdampak pada proses penghasilan kroto oleh semut rangrang. Sejalan dengan yang dijelaskan Dony (2015) penggunaan bahan pakan harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi agar diperoleh produktivitas yang optimal, dan pemberian pakan dapat berpengaruh besar dalam pertumbuhan semut Rangrang. Pemilihan jenis pakan yang tepat mampu menghasilkan kroto dengan kualitas dan kuantitas yang baik untuk mengetahui produktivitas kroto. Penggunaan pakan berupa Cacing tanah, ulat hongkong dan Jangkrik beserta Kombinasinya dilakukan karena Cacing tanah adalah sumber protein sangat tinggi yaitu 76%. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau ikan (50%). Cacing tanah selain memiliki kadar protein yang tinggi juga mengandung 17 % karbohidrat, 45 % lemak dan abu 1,5% dan ulat hongkong memiliki kandungan nutrisi yang baik yaitu memiliki kandungan protein 48% dan karbohidrat 5,4% (Suwardi, 2001) dan juga pakan yang sangat potensial untuk

5 semut rang-rang adalah Jangkrik karena memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, yaitu 58,3%, karbohidrat 5,1% dan lemak 10,3%. Selain berdasarkan kandungannya, jika ditinjau dari sisi ekonomi yaitu harga cacing tanah per-onsnya adalah Rp.5.500, ulat hongkong Rp.3.500 dan jangkrik Rp.4.000. sedangkan harga telur semut rangrang (kroto) per-onsnya adalah Rp.20.000 dan jika ditinjau dari sisi lingkungan, bekas penggunaan pakan yang berupa Cacing tanah atau yang dikenal dengan istilah Kascing bisa digunakan sebagai pupuk.. Pakan yang diberikan berjumlah 1,5 gr untuk masing-masing perlakuan setiap harinya. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Dony (2015) dan juga Murtidjo (2008) menjelaskan bahwa sisa pakan sumber protein setiap harinya berkisar 0,4-1 gr dengan penggunaan pakan 2gr. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa kebutuhan pakan semut rangrang setiap harinya berkisar 1-1,5 gr. Maka dari itu dalam penelitian ini menggunakan pakan sumber protein sejumlah 1,5gr perhari. Sehingga 1 ons pakan bisa digunakan untuk 67 hari yaitu sekitar 7 kali pemanenan. Alternatif pemenuhan gula dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan air gula. Pemilihan air gula dikarenakan gula pasir yang berbahan baku dari tanaman tebu mengandung lebih banyak gula sederhana jenis sukrosa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dony (2015) yaitu semut rangrang lebih memilih mengkonsumsi jenis gula sederhana berupa sukrosa dibandingkan dengan mengkonsumsi jenis gula sederhana berupa glukosa maupun fruktosa. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti menganggap sangat penting untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh cacing tanah, ulat hongkong dan

6 jangkrik beserta kombinasinya terhadap produktivitas telur semut Rangrang (Kroto) sebagai sumber belajar biologi. Hasil penelitian dibawah ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi untuk menambah pengetahuan yang disajikan dalam bentuk jurnal untuk kelas X semester genap, sesuai dengan KD 3.10 dan 4.10 mengenai materi Perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Adakah pengaruh cacing tanah, ulat hongkong dan jangkrik beserta kombinasinya terhadap produktivitas telur semut Rang-rang (Kroto)? 2. Jenis pakan manakah antara cacing tanah, ulat hongkong dan jangkrik beserta kombinasinya yang dapat meningkatkan produktivitas telur semut Rang-rang (Kroto)? 3. Bagaimanakah pengaruh cacing tanah, ulat hongkong dan jangkrik beserta kombinasinya terhadap produktivitas telur semut Rang-rang (Kroto) sebagai sumber belajar biologi SMA kelas X pada materi Perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh cacing tanah, ulat hongkong dan jangkrik beserta kombinasinya terhadap produktivitas telur semut Rang-rang (Kroto). 2. Untuk mengetahui Jenis pakan antara cacing tanah, ulat hongkong dan jangkrik beserta kombinasinya yang dapat meningkatkan produktivitas telur semut Rang-rang (Kroto).

7 3. Untuk mengetahui pengaruh cacing tanah, ulat hongkong dan jangkrik beserta kombinasinya terhadap produktivitas telur semut Rang-rang (Kroto) sebagai sebagai sumber belajar biologi SMA kelas X pada materi Perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah. 1.4 Manfaat Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Secara teoritik Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menerapkan berbagai bidang ilmu dalam mata pelajaran biologi pada umumnya dan ekologi hewan serta pengetahuan lingkungan pada khususnya yang telah diperoleh sebelumnya sehingga dapat mengembangkan ilmu biologi cecara lebih luas lagi. Selain itu, bagi kalangan akademisi maupun masyarakat umum juga dapat digunakan sebagai informasi untuk memperkaya khasanah keilmuwan. 2. Secara praktis a. Bagi siswa Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada peserta didik tentang Perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah yang ada di sekitar lingkungan dan penerapan ilmu biologi pada kehidupan sehari-hari terutama pada materi SMA kelas X. b. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat semakin memperkaya wawasan masyarakat terkait dengan budidaya semut Rang-rang karena tidak

8 membutuhkan lahan yang luas, modal yang realtif kecil, teknis budidaya yang lebih mudah, dan bisa meningkatkan pendapatan (income). 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini agar tidak menyimpang dari fokus permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Obyek penelitian ini adalah (1) Penggunaan cacing tanah, ulat hongkong, dan jangkrik dan kombinasi dari cacing tanah+ulat hongkong, cacing tanah+jangkrik, ulat hongkong+jangkrik dan cacing tanah+jangkrik dan ulat hongkong. 2. Produktivitas telur semut rangrang (Kroto) melalui indikator: Bobot Kroto dalam satu kali pemanenan dengan 3 kali pengulangan. 3. Sampel yang digunakan yaitu dengan menggunakan sistim pemesanan kepada peternak semut rangrang yang terlebih dahulu melakukan proses budidaya. 1.6 Definisi Istilah 1. Cacing Tanah: merupakan hewan yang tidak mempunyai tulang belakang (Invertebrata), tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin (Morario, 2009). 2. Ulat Hongkong: merupakan larva dari Tenebrio molitor, yang mempunyai fase hidup sama dengan ulat lain yaitu mulai dari telur, lalu menetas menjadi larva sampai mencapai ukuran maksimal, larva akan berubah menjadi pupa atau kepompong dan fase terakhir menjadi serangga Tenebrio molitor (Hartiningsih, 2014)

9 3. Jangkrik: merupakan serangga omnivora yang hidupnya berkelompok, mudah dipelihara dalam suasana kandang dan cocok digunakan sebagai hewan laboratorium dan juga digunakan untuk pakan satwa piaraan maupun umpan pancing ikan (Widyaningrum, 2000). 4. Pakan: merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan ternak semut Rang-rang karena dalam pengelolaan yang tepat semut Rang-rang akan bisa memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan telur yang banyak (Dony, 2015). 5. Produktivitas Kroto: adalah hasil yang diperoleh dari perlakuan yang digunakan dalam eksperimen yang ditunjukkan oleh berat kroto dalam satu kali pemanenan (Dony, 2015). 6. Sumber Belajar: adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu (Nurul, 2013).