BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

dokumen-dokumen yang mirip
glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DALAM MENGIKUTI SENAM DI KLUB SENAM DIABETES MELLITUS RUMAH SAKIT DR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Ekskresi Manusia

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) MASSAGE PADA KAKI PASIEN DM. Disusun oleh Intan Yunitasari NPM

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

BAB 2 DATA DAN ANALISA

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja insulin. WHO 1980 menyatakan bahwa diabetes mellitus secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana ditemukan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. (Sidartawan Soegondo, 2003). 2. Patofisiologi Pankreas merupakan kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung, merupakan kumpulan pulau langerhans berisi sel beta yang menghasilkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Insulin berfungsi membantu masuknya glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila tidak terdapat insulin, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan ini yang terjadi pada diabetes tipe 1 ( Slamet Suyono, 2005). 4

5 Pada keadaan diabetes tipe 2, jumlah insulin bisa normal bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor insulin di permukaan sel kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan glukosa sebagai sumber tenaga, dalam hal lain mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Insulin yang kualitasnya kurang baik dapat mempengaruhi masuknya glukosa ke dalam sel. Selain itu, diabetes dapat terjadi akibat gangguan glukosa itu sendiri sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi ( Imam Subekti, 2005 ). Diabetes mellitus tipe 2 telah banyak dilaporkan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia, yang disebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang salah dan tidak sehat ( Mirza Maulana, 2008 ). 3. Gejala gejala diabetes a. Keluhan klasik 1. Penurunan berat badan dan rasa lemah Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Maka sumber tenaga diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot, akibatnya penderita menjadi kurus (Imam Subekti, 2005).

6 2. Poliuri Kadar gula darah jika lebih dari 160-180 mg/dl, menyebabkan glukosa sampai ke kemih, jika kadarnya lebih tinggi maka ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (Mirza Maulana,2008). 3. Polidipsi Merupakan akibat dari banyaknya tubuh menghasilkan air kemih, maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum agar tubuh tidak dehidrasi (Mirza Maulana,2008). 4. Polifagi Penderita selalu merasa lapar karena kalori dari makanan yang dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan secara semestinya (Imam Subekti, 2005). b. Keluhan lain 1. Ganguan syaraf tepi atau kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu waktu istirahat (Imam Subekti, 2005).

7 2. Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan pengelihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat lebih baik (Imam Subekti, 2005). 3. Gatal atau bisul Kelainan kulit berupa gatal biasanya terdapat di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak atau di bawah payudara. Sering juga dikeluhkan bisul dan luka yang lama sembuhnya (Imam Subekti, 2005 ). 4. Gangguan ereksi Pria penderita diabetes memiliki 2 sampai 5 kali lebih besar menderita impotensi, karena penyakit ini dapat merusak pembuluh darah perifer dan syaraf yang mengatur otot-otot ereksi ( Mirza Maulana, 2008 ). 5. Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan (Imam Subekti, 2005). 4. Komplikasi diabetes mellitus Diabetes sering disebut sebagai the great imitator yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai

8 keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga orang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Jelas bahwa diabetes bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis (Mirza Maulana, 2008). 1. Komplikasi akut Terjadi jika kadar gula darah seseorang meningkat atau menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang besar dan mendadak dapat berakibat fatal (Mirza Maulana, 2008). 2. Komplikasi kronis Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan syaraf. Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kelainan, seperti kelainan di bagian mata, mulut, jantung, urogenital, syaraf dan kulit (Mirza Maulana, 2008). a. Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk dan menyumbat arteri di jantung, otak, tungkai dan penis. Dinding pembuluh darah kecil mengalami pengrusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal dan mengalami kebocoran. Sirkulasi buruk menyebabkan penyembuhan luka yang lama dan bisa menyebabkan penyakit jantung, stoke, ganggren kaki dan tangan, impoten serta infeksi (Mirza Maulana, 2008).

9 b. Mata Terjadi kerusakan di pembuluh darah kecil retina. Gangguan pengelihatan dan akhirnya bisa terjadi kebutaan (Mirza Maulana, 2008) c. Ginjal Penebalan pembuluh darah ginjal mengakibatkan protein tidak dapat tersaring dan masuk ke dalam air kemih. Fungsi ginjal yang buruk tersebut dapat mengakibatkan gagal ginjal jika terus-menerus (Mirza Maulana, 2008). d. Saraf Gangguan pada syaraf, banyak ditimbulkan salah satunya mononeuropati yaitu salah satu syaraf yang mengalami kelainan fungsi, seperti lemah, kesemutan dan nyeri (Mirza Maulana, 2008). e. Sistem syaraf otonom Kerusakan pada syaraf yang mengendalikan tekanan darah, saluran pencernaan dan yang mengakibatkan tekanan darah tidak stabil, kesulitan menelan dan gangguan pencernaan (Mirza Maulana, 2008). f. Kulit Berkurangnya aliran darah ke kulit dan hilangnya kepekaan rasa yang menyebabkan cidera berulang berakibat infeksi dalam, dan penyembuhan luka yang lama (Mirza Maulana, 2008). g. Darah Terjadi gangguan fungsi sel darah putih, sehingga mudah terkena infeksi saluran kemih dan kulit (Mirza Maulana, 2008).

10 h. Jaringan ikat Glukosa tidak dimetabolisasi secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi (Mirza Maulana, 2008). B. Glukosuria Pengukuran kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung dengan nilai normal 180mg/dl. Pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan kadar glukosa darah sehingga tidak dapat membedakan normoglikemia atau hipoglikemia. Pemeriksaan berikut dapat dipakai untuk memantau glukosuria penderita diabetes mellitus, dengan uji reduksi urin seperti pemeriksaan benedict dan uji enzimatik berupa pemeriksaan carikcelup ( Pradana Soewondo, 2005) a. Cara Benedict Dengan membaca hasil reduksi urin, yang sebelumnya ditambahkan reagen Benedict sesuai prosedur untuk menentukan kadar glukosa dalam urin secara semi kuantitatif, berupa negatif (-), positif 1 (1+), positif 2 (2+), positif 3 (3+), positif 4 (4+), dan selanjutnya (R. Gandasoebrata, 2007). b. Cara carik-celup Carik-celup berupa strip yang dilekati kertas berisi dua macam enzim, yakni glukosa oxidasa dan peroxidasa serta semacam zat o-tolidine yang berubah warna jika teroksidasi. Jika ditemukan glukosa maka enzim tersebut menghasilkan asam glukonat dan hidrogen peroksida, karena pengaruh peroxidasa hydrogen peroxida yang menghasilkan oksigen

11 untuk otolidine sehingga berubah warna menjadi biru. Lebih banyak glukosa lebih tua warna yang terjadi, sehingga dapat dilakukan penilaian semi kuantitatif (R. Gandasoebrata, 2007). Cara dengan memakai carik-celup cukup spesifik untuk glukosa dan hanya memerlukan waktu yang singkat. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung zat-zat mereduksi lain seperti vitamin C, keton-keton dan asam homogentisat ( R. Gandasoebrata, 2007). C. Protenuria Protenuria yaitu terdapatnya protein dalam urin 300mg/jam atau >100 mg/dl. Protenuria tidak selalu menunjukkan kelainan ginjal. Ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus), kadar gula darah yang tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Akibat rusaknya penyaring ini, terjadi kebocoran lalu protein keluar bersama urin. Hal ini dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus yang menahun atau akut. Nilai diagnosis proteinuria tergantung dari derajat protenuria, menetap atau disertai kelainan urin lainnya (Letta Sari Lintang,1999). Ada beberapa pemeriksaan protenuria yang sering dipakai untuk menyatakan ada atau tidaknya protein dalam urin yaitu dengan reagen asam sulfosalicyl, pemanasan dengan asam asetat, Osgood ( untuk protein Bence Jones), dan carik-celup. Untuk penetapan jumlah protein dipakai urin 24 jam atau 12 jam, dengan metode Esbach (modifikasi Tsuchiya).

12 a. Dengan asam sulfosalisil Test dengan asam sulfosalisil tidak bersifat spesifik meskipun sangat peka, dapat menyatakan protein dalam konsentrasi 0,002%. Penilaian semi kuantitatif, dari derajat kekeruhan sebelum dilakukan pemanasan, dengan konsentrasi 20% (R.Gandasoebrata, 2007). b. Pemanasan dengan asam asetat Pemeriksaan ini cukup peka, dapat menyatakan protein sebanyak 0,004%. Konsentrasi asam asetat yang dipakai bisa sampai 6%, dengan tetap memperhatikan ph. Sumber reaksi negatif palsu pada percobaan pemanasan dengan asam asetat ialah pemberian asam asetat yang berlebihan, kekeruhan yang halus mungkin hilang (R. Gandasoebrata, 2007). Sumber positif palsu (kekeruhan yang tidak disebabkan oleh albumin atau globulin) mungkin : 1. Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada pemberian asam asetat sebelum pemanasan. 2. Mucin, kekeruhan terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum pemanasan. 3. Proteose (albumose), terjadi setelah campuran reaksi mendingin, jika dipanasi menghilang lagi. 4. Asam-asam resin, kekeruhan zat ini larut dalam alkohol. 5. Protein Bence Jones

13 c. Osgood Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui protein Bence Jones, merupakan protein patologik yang mempunyai sifat larut pada titik didih urin. Pemeriksaan pada urin berdasarkan hasil reduksi urin dengan penambahan asam asetat sesuai prosedur ( R. Gandasoebrata, 2007). d. Cara Esbach (modifikasi Tsuchiya) Merupakan salah satu pemeriksaan kualitatif untuk menentukan protein di dalam urin secara kualitatif, pemeriksaan ini dapat menemukan protein dalam urin kurang dari 0,05% atau 0,5 g/l, cara Esbach yang asli tidak diberikan batu apung pada saat pengujian, dan dibaca setelah 18-24 jam (R. Gandasoebrata, 2007). e. Cara carik celup Carik celup yang dipakai untuk pemeriksaan protenuria berdasarkan kesalahan ph oleh adanya protein, indikator tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas protein dan cairan yang berisi protein pada ph tertentu. Derajat perubahan warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan warna itu menjadi ukuran semi kuantitatif pada pemeriksaan protenuria. Indikator yang terdapat pada carik celup diantaranya tetrabrom-phenolblue yang berwarna kuning pada ph 3 dan berubah warna menjadi hijau sampai hijau-biru sesuai banyaknya protein dalam urin (R. Gandasoebrata, 2007). Pembacaan warna carik-celup harus sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh produsen carik celup, hal ini lebih penting dari menilai

14 derajat kepositifan. Pemeriksaan carik-celup merupakan salah satu cara pemeriksaan untuk menyatakan adanya proteinuria. Prosedur konvensional seperti cara dengan asam sulfosalisil perlu digunakan sebagai kontrol pemeriksaan carik celup (R. Gandasoebrata, 2007). D. Carik - Celup Carik celup merupakan pemeriksaan penyaring yang sering dilakukan (dip and - read test strip, regent strip). Pemeriksaan carik celup biasanya sangat mudah, cepat dan spesifik. Carik celup berupa secarik plastik kaku yang salah satu sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan penyerap lain yang masing-masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat yang mungkin ada dalam urin, dan banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian semi kuantitatif ( R. Gandasoebrata, 2007).