PENGARUH SUPLEMEN VITAMIN D TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL JARINGAN PARU PENDERITA ALERGI STUDI EKSPERIMENTAL PADA MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI OVALBUMIN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUPLEMEN VITAMIN D TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL JARINGAN PARU PENDERITA ALERGI. Studi Eksperimental pada Mencit Balb/c yang Diinduksi Ovalbumin

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

DAFTAR PUSTAKA. 7. Vlaykov A, Vicheva D, Stoyanov V. The Role of Vitamin D in the Pathogenesis of Allergic Rhinitis and Atopy. 2013;51(3):63-66.

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

ABSTRAK. Rhenata Dylan, Pembimbing I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes Pembimbing II: Dr. Slamet Santosa, dr., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

EFEK KOMBINASI HERBA JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN. Reaksi alergi dapat menyerang beberapa organ dan pada setiap kelompok usia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK AIR DAN ETANOL HERBA JOMBANG PADA DERMATITIS ALERGIKA MENCIT GALUR Swiss Webster

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK HERBA SAMBILOTO (Andrographidis Herba) SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA MENCIT DENGAN DERMATITIS ALERGIKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

ABSTRAK. EFEK SARI KUKUSAN KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. botrytis DC) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KOLON PADA MENCIT MODEL KOLITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK ANTI-INFLAMASI RIMPANG TEMULAWAK (Curcumae Rhizoma) TERHADAP DERMATITIS ALERGIKA DENGAN HEWAN COBA MENCIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Kata kunci: perlemakan hati, rosela, bengkak keruh, steatosis, inflamasi lobular, degenerasi balon, fibrosis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN METHANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme alergi tersebut akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

PENGARUH IRIGASI HIDUNG TERHADAP DERAJAT SUMBATAN HIDUNG PADA PEROKOK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

PROLIFERASI LIMFOSIT PADA MENCIT BALB/C SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) DIINDUKSI OVALBUMIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. multifaktorial yang diinduksi interaksi gen lingkungan. Untuk menimbulkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa nematoda menjadikan manusia sebagai pejamunya. Beberapa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hipersensitivitas cepat (immediate hypersensitivity) karena reaksi

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

PENGARUH SUPLEMENTASI ZINK TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL PADA JARINGAN PARU PENDERITA ALERGI

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran. Dian Kusumaningrum 3, Winarto 4

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP BERAT BADAN MENCIT Swiss Webster JANTAN

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. ke waktu karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta. pemahaman mengenai patologi, patofisiologi, imunologi, dan genetik

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

ABSTRAK. Lius Hariman, Pembimbing I : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak. Pembimbing II : Khie Khiong, M.Si., M.Pharm.Sc., Ph.

Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition

Transkripsi:

PENGARUH SUPLEMEN VITAMIN D TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL JARINGAN PARU PENDERITA ALERGI STUDI EKSPERIMENTAL PADA MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI OVALBUMIN Eka Yuli Padma Lestari 1, Yanuar Iman Santoso 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Telinga Hidung Tenggorok, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH.,Tembalang-Semarang 50275, Telp. 024-76928010 ABSTRAK Latar Belakang : Alergi atau reaksi hipersensitivitas yang diperantarai IgE merupakan masalah kesehatan baik di negara berkembang maupun di negara maju. Vitamin D dapat menurunkan kejadian inflamasi dan penyakit infeksi saluran pernapasan, meningkatkan fungsi paru, mengurangi sensitivitas pernapasan dan mengurangi hipersensitivitas terhadap aeroalergen. Tujuan : Membuktikan ada pengaruh pemberian suplemen vitamin D terhadap jumlah eosinofil jaringan paru mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin. Metode : Penelitian ini berjenis True Experimental dengan desain Post Test Only Control Group Design. Sampel sebanyak 18 ekor mencit Balb/c dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang hanya diberi pakan standar, kelompok kontrol positif diinduksi ovalbumin, dan kelompok perlakuan diinduksi ovalbumin dan suplemen vitamin D per oral. Penelitian dilaksanakan selama 30 hari. Pada hari ke 31 mencit diterminasi untuk diamati histopatologi jaringan paru. Hasil : pada gambaran histopatologi jaringan paru Uji Shapiro-Wilk didapatkan data berdistribusi tidak normal. Kemudian dilakukan uji Kruskal-Wallis didapatkan data yang bermakna dengan nilai p = 0,006 (p<0,05 dilanjutkan dengan uji Mann Whitney dengan hasil rerata jumlah eosiofil menunjukan perbedaan yang bermakna antar kelompok kontrol positif dengan kontrol negatif yaitu p=0,008 (p<0,05). Selain itu ditemukan pula perbedaan bermakna antara kelompok kontrol positif dengan perlakuan dengan vitamin D yaitu p = 0,008 (p<0,05). Akan tetapi, didapatkan perbedaan tidak bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan vitamin D yaitu p =0,690 (p<0,05). Simpulan : Pemberian suplemen vitamin D berpengaruh menurunkan rerata jumlah eosinofil jaringan paru pada mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin Kata kunci : Alergi, Rinitis alergi, Vitamin D, Paru, Eosinofil ABSTRAK EFFECT OF VITAMIN D SUPPLEMENTS TO AMOUNT OF LUNG TISSUE EOSINOPHILS IN ALLERGIC PATIENTS : EXPERIMENTAL STUDIES IN MICE BALB/C INDUCED BY OVALBUMIN Latar Belakang : Allergic or hypersensitive reaction which mediated by IgE is a health problem in developing and developed country. Vitamin D can decrease the inflammation and infection in respiration canal, increase lung function, decrease respiration sensitivity and decrease the hypersensitivity of aeroalergent. 761

Tujuan : To prove the effect of vitamin D supplement administration to the number of eosinophil in the mice Balb/c s lung tissue which was inducted by ovalbumin. Metode : The study is True Experimental with Post Test Only Control Group Design. There were 18 samples of Balb/c mice which were divided by 3 groups: negative control group only given standard food, control positive group was inducted by ovalbumin, and treatment group was inducted by ovalbumin and per oral vitamin D supplement. This study worked during 30 days. At the thirtyone day, the mice were terminated to examine the lung tissue histopathology. Hasil : The histopathology of lung tissue shows that in Shapiro Wilk test the distribution data was not normal. Then Kruskal Wallis test shows that the data was significant with p=0,006 (p>0,05 next with Mann Whitney test and the result was the mean of eosinophil shows the significant differences between the control positive group and negative control group, which was p=0,008 (p<0,05). There were significant differences between positive control group and treatment group with vitamin D, which was p=0,008 (p<0,05). However, there was nonsignificant difference between negative control group and treatment group with vitamin D, which was p=0,690 (p<0.05) Simpulan : The administration of vitamin D supplement has effect of reducing to the mean of eosinophil lung tissue in Balb/c mice which was inducted by ovalbumin. Kata kunci : Allergic, rhinitis allergic, vitamin D, lung, eosinofil. PENDAHULUAN Alergi merupakan masalah kesehatan baik di negara berkembang maupun di negara maju. Hal ini terjadi karena peningkatan insiden atopi dan penyakit alergi pada beberapa dekade terakhir 1. Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh imunologi spesifik yang diperantarai imunoglobulin E (IgE). Salah satu manifestasi alergi adalah rinitis alergi. Rinitis alergi merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung yang ditandai dengan hidung tersumbat, bersin-bersin dan ingus yang encer 2. Rinitis alergi tidak mengancam jiwa penderita tetapi dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita karena adanya gejala sistemik disamping gejala lokal 3. Suatu survei yang dilakukan oleh World Allergy Organization Specialty and Training Council, mendapatkan angka prevalensi kejadian alergi di dunia berkisar antara 7,5 % sampai 40 %, dengan rata-rata 22 % dari populasi survei dan negara-negara yang angka prevalensi alerginya tertinggi adalah Jepang, Ukraina, dan Bulgaria 4. Penelitian dengan kuesioner ISAAC pada anak sekolah dasar usia 6-7 tahun di Semarang yang dilakukan oleh Nency, didapatkan jumlah kasus alergi berturut-turut meliputi asma 8,1%, rinitis alergi 11,5%, dan eksim 8,2% 5. Sedangkan Prevalensi rinitis alergi pada siswa umur 16-19 tahun di kodya Semarang tahun 2011 sebesar 30,2% 2. 762

OVA atau ovalbumin adalah fosfoglikoprotein monomer dengan berat molekul 45.000 dalton. Melalui berbagai penelitian dengan hewan coba, OVA telah terbukti dapat digunakan sebagai alergen untuk menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe I. Sensitisasi dengan ovalbumin baik secara inhalasi, oral maupun intraperitoneal terbukti dapat merubah kecenderungan respon imun mencit ke arah Th2. 6 Vitamin D termasuk dalam kelompok vitamin yang larut dalam lemak 7. Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu vitamin D 2 (ergokarsiferol) dan vitamin D 3 (kholekalsiferol) 8. Di alam, vitamin D banyak di temukan pada makanan contohnya minyak ikan, hati, kuning telur, dan beberapa makanan hewani lainnya 7. Fungsi vitamin D penting untuk pengaturan tulang dan metabolisme otot dalam tubuh manusia 9. Vitamin D juga berperan dalam perkembangan sistem imun termasuk perkembangan sel T regulasi. T regulasi berperan dalam keseimbanga Th1 dan Th2, pertumbuhan dan perkembangan paru setelah lahir yang dipengaruhi oleh proliferasi otot polos saluran pernafasan dan penurunan proses inflamasi otot pernapasan. Vitamin D dapat menurunkan kejadian inflamasi dan penyakit infeksi pada saluran pernapasan, meningkatkan fungsi paru, mengurangi sensitivitas saluran pernapasan dan mengurangi hipersensitivitas terhadap aeroalergen dan diet 3. Vitamin D akan berpengaruh terhadap Th2 melalui peningkatan IL-4 dan IL-13 dan penurunan IL-5. IL-4 dan IL-13 menginduksi kelas IgM menjadi IgE. Molekul IgE pada permukaan sel mast menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan mediator-mediator inflamasi tambahan. IL-5 berperan dalan aktivasi dan rekrutmen eosinofil ke saluran nafas 10,11 Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian suplemen vitamin D berpengaruh terhadap jumlah eosinofil jaringan paru mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang didesain menggunakan desain Post Test Only Control Group Design. Penelitian yang telah menggunakan sampel sebanyak 18 ekor mencit Balb/c betina usia 6-12 minggu dengan berat badan rata-rata mencit 20-25 gram yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit Balb/c yang ditentukan secara acak (sample random sampling). Sebelum 763

penelitian dilakukan, sampel diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif adalah kelompok mencit Balb/c yang hanya diberi pakan standar selama 30 hari. Kelompok kontrol positif adalah kelompok mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin (injeksi intraperitoneal ovalbumin pada hari ke-0, ke-7 dan ke-14 dengan dosis 0,2 ml suspensi salin yang berisi 10µg ovalbumin dan 2 mg aluminium hidroksida. Inhalasi pada hari ke-19, ke-20, ke-21 dengan dosis ovalbumin 1 % selama 30 menit). Kelompok perlakuan kelompok mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin (injeksi intraperitoneal ovalbumin pada hari ke-0, ke-7 dan ke-14 dengan dosis 0,2 ml suspensi salin yang berisi 10µg ovalbumin dan 2 mg aluminium hidroksida, Inhalasi pada hari ke-19, ke-20, ke-21 dengan dosis ovalbumin 1 % selama 30 menit) serta vitamin D per oral dengan dosis 1,56 IU. Penelitian dilaksanakan selama 30 hari, setelah itu pada hari ke 31 semua mencit Balb/c diterminasi dengan cara dekapitasi. Organ paru dari setiap sampel diambil untuk membuat preparat histologi dengan menggunakan pengecatan Hematoxyllin Eosin (HE). HASIL Rerata jumlah eosinofil dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dan didapatkan data berdistribusi tidak normal (p>0,05) karena terdapat 2 kelompok yang rerata jumlah eosinofilnya tidak normal yaitu kelompok kontrol negatif dengan rerata jumlah eosinofil 0,006 (p>0,05) dan kelompok perlakuan vitamin D dengan rerata jumlah eosinofil 0.032 (p>0,05). Karena data berdistribusi tidak normal maka uji yang dapat dilakukan selanjutnya yaitu Kruskal Wallis. Tabel 1. Uji Normalitas (Rerata Jumlah Eosinofil Jaringan Paru) Kelompok Hasil Kontrol Negatif 0,006 Kontrol Positif 0,062* Perlakuan Vitamin D 0,032 Keterangan: Signifikan p > 0,05 Dari Kruskal Wallis Test didapatkan nilai p < 0,05, atau signifikan sehingga dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. 764

Tabel 7. Kruskal Wallis Test (Rerata Jumlah Eosinofil Jaringan Paru) Kelompok Hasil Kontrol Negatif Kontrol Positif 0,006* Perlakuan Vitamin D Keterangan : *Signifikan p < 0,05 Tabel 8. Mann Whitney Test (Rerata Jumlah Eosinofil Jaringan Paru) Kelompok Kontrol Negatif Kontrol Positif Perlakuan Vitamin D Kontrol Positif - 0,008* 0,690 Kontrol Negatif 0,008* - 0,008* Perlakuan Vitamin D 0,690 0,008* - Keterangan : Signifikan p<0,05 Hasil Mann Whitney Test didapatkan data rerata jumlah eosiofil menunjukan perbedaan yang bermakna antar kelompok kontrol positif dengan kontrol negatif yaitu p=0,008 (p<0,05). Selain itu ditemukan pula perbedaan bermakna antara kelompok kontrol positif dengan perlakuan dengan vitamin D yaitu p = 0,008 (p<0,05). Akan tetapi, didapatkan perbedaan tidak bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan vitamin D yaitu p=0,690 (p<0,05). Kelompok Kontrol Negatif Perbesaran 400x Tidak ditemukan infiltrasi eosinofil di jaringan paru. 765

Kelompok Kontrol Positif Perbesaran 400x Perbesaran 1000x Eosinofil Ditemukan banyak infiltrasi eosinofil di jaringan paru Kelompok Perlakuan Vitamin D Perbesaran 400x Perbesaran 1000x Eosinofil Ditemukan infiltrasi eosinofil minimal PEMBAHASAN Kondisi yang diberikan pada penelitian ini adalah kondisi alergi, dimana kondisi yang membuat alergi adalah induksi ovalbumin. Ovalbumin merupakan protein alergenik (antigen) dapat mengaktivasi jaringan mesenterium tikus dan sering digunakan untuk menginduksi reaksi alergi pada pemberian yang berulang. 14 Reaksi alergi terjadi melalui tahap-tahap aktivasi sel-sel imunokompeten dan aktivasi sel-sel struktural. Setelah antigen menjadi 766

komplek antigen, protein sel APC menyajikan antigen kepada sel T CD4+ (Cluster of Differentiation 4+) dan molekul CD3, saat inilah terjadi pengenalan antigen. Selanjutnya sel APC mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan interleukin seperti IL-2, IL-5, IL-4, IL-13. IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T. 15,16 IL- 5 berperan pada aktivasi dan rekrutmen eosinofil ke saluran napas. IL-4 dan IL-13 menginduksi kelas IgM menjadi IgE dimana molekul IgE pada permukaan sel mast menyebabkan degranulasi dan pelepasan mediator-mediator inflamasi tambahan. 17 Sel T CD4+ yang teraktivasi juga merekrut sel-sel inflamasi efektor seperti sel mast, eosinofil dan limfosit ke jalan napas dan mengendalikan pelepasan mediator-mediator inflamasi dari sel-sel ini. Rekruitmen sel mast merupakan ikatan silang antara antigen (alergen) dengan antibodi (IgE) pada membran mast sel melalui reseptor IgE (FcεRI) yang kemudian akan menyebabkan degranulasi mast sel. Pemberian ovalbumin pada penelitian ini akan menyebabkan peningkatan terjadinya jumlah prosentase mast sel yang terdegranulasi. Degranulasi mast sel bisa terjadi bila antigen diregulasi oleh suatu kompleks seri dari proses signaling intraseluler yang menginisiasi agregasi FcεRI mast cell. Agregasi FcεRI mengaktifkan fosforilasi sehingga terjadi sinyal tranduksi. Sinyal transduksi ini berlanjut dengan mengaktivasi lyn kinase memfosforilasi rantai beta dan gamma. Syk kinase menjadi teraktivasi, kemudian diikuti oleh keterlibatas fosfolipase Cy (PLCy), mitogen activated protein kinases (MAPK) dan phosfoinositol 3 kinase. Pembentukan inositol triphosfat dan diasil gliserol serta second messenger lainnya menggiring untuk melepaskan Ca 2+ intraseluler dan aktivasi kinase C. Mobilisasi Ca 2+ dan aktivasi protein kinase C menyebabkan degranulasi. 18,19 Penelitian ini menggunakan histopatologi jaringan paru karena terdapat komorbiditas rhinitis alergi dengan asma, dimana penyakit inflamasi pada rinitis alergi dan asma memiliki gambaran histopatologis yang sama, begitu pula dengan kondisi eosinofilia yang terjadi di kedua lokasi yaitu saluran pernapasan atas dan bawah. Asma memiliki karakteristik obstruktif pada bronkus dapat diperberat dengan rinitis alergi. Hubungan antara keduanya dikaitkan dengan beberapa teori, seperti aliran mediator inflamasi dengan adanya post-nasal drip dan aliran sistemik dari mukosa hidung menuju bronkus dan paru. Histamin dan prostaglandin D 2 sebagai mediator inflamasi rinitis alergi berperan dalam vasodilatasi mukosa dan kontriksi otot polos bronkus, sehingga menyebabkan penyempitan dari saluran napas. Hipersekresi mukus terjadi pada saluran pernapasan atas dan bawah. 5,13 767

Berdasarkan penelitian ini, pemberian vitamin D per oral memberikan pengaruh kepada jumlah eosinofil pada jaringan paru mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin. Vitamin D dapat menurunkan reaksi inflamasi pada alergi yang ditandai dengan penurunan infiltrasi eosinofil. 3 Vitamin D berperan dalam perkembangan sistem imun baik sistem imun bawaan ataupun sistem imun adaptif. Efek vitamin D pada sistem imun bawaan adalah semua mekanisme yang menolak infeksi, tetapi tidak membutuhkan pengenalan spesifik akan patogen. Ekspresi reseptor pengenal pola, yang mengaktifkan reaksi kekebalan bawaan seperti reseptor Toll-like (TLR) pada monosit dihambat oleh Vitamin D, yang menyebabkan supresi TLR inflamasi. Vitamin D memicu autophagy pada makrofag manusia, yang membantu dalam pertahanan terhadap infeksi oportunistik. Vitamin D juga menginduksi peptida antimikroba endogen dalam sel epitel kulit manusia dan paru, sehingga memperkuat barier untuk melawan alergen lingkungan. 3,12 Efek vitamin D pada sistem imun adaptif berpengaruh terhadap Th2 melalui peningkatan IL-4 dan IL-13 dan penurunan IL-5. IL-4 dan IL-13 menginduksi kelas IgM menjadi IgE. Molekul IgE pada permukaan sel mast menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan mediator-mediator inflamasi tambahan. IL-5 berperan dalan aktivasi dan rekrutmen eosinofil ke saluran nafas. 10,11 Perbandingan rerata jumlah eosinofil pada jaringan paru menunjukan perbedaan yang bermakna antar kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol positif serta perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan vitamin D secaa per oral. Hal ini menunjukan bahwa: Pada kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apapun hanya diberi pakan standar selma 30 hari. Hasil histopatologi menunjukan kenaikan sedikit rerata jumlah eosinofil di jaringan paru pada mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin. Pada kelompok kontrol positif diinduksi ovalbumin hasil histopatologi menunjukan peningkatan rerata jumlah eosinofil lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Sensitisasi dengan ovalbumin baik secara inhalas, oral maupun intraperitoneal terbukti dapat merubah kecenderungan respon imun mencit ke arah Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13. IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya dipemukaan sel limfosit B, sehingga limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE adalah antibodi 768

yang berperan dalam alergi. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan di ikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Degradasi dari sel mast akan mengeluarkan zat zat yang menyebabkan reaksi alergi. 6 Kelompok perlakuan vitamin D hasil histopatologinya menunjukan rerata jumlah eosinofil jaringan paru kelompok perlakuan vitamin D peroral menunjukan penurunan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Vitamin D akan berpengaruh terhadap Th2 melalui peningkatan IL-4, IL-13 dan penurunan IL-5. IL-4 dan IL-13 menginduksi kelas IgM menjadi IgE. Molekul IgE pada permukaan sel mast menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan mediator mediator inflamasi tambahan. Sedangkan penurunan IL-5 berperan dalam penurunan aktivasi dan recrutmen eosinofil ke saluran nafas. 10,11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian suplemen vitamin D berpengaruh menurunkan rerata jumlah eosinofil jaringan paru pada mencit Balb/c yang diinduksi ovalbumin. Rerata jumlah eosinofil jaringan paru mencit pada kelompok yang diberi pakan standar lebih rendah dengan kelompok yang diinduksi ovalbumin. Rerata jumlah eosinofil jaringan paru mencit kelompok yang diinduksi ovalbumin lebih tinggi daripada kelompok yang diinduksi ovalbumin dan diberi suplemen vitamin D. Saran Pada peneliti berikutnya diharapkan dapat melakukan teknik pengambilan dan pengelola jaringan yang lebih baik. 769

DAFTAR PUSTAKA 1. Fahimi M, Fetarayani D, Baskoro A, Soegiarto G, Effendi C. Asosiasi Antara Polusi Udara dengan IgE Total Serum dan Tes Faal Paru Polisi Lalu Lintas. 2012;Volume 13:1-9. 2. Yulian Prasetya. Prevalensi dan Faktor Resiko Rhinitis Alergi pada Siswa Sekolah Umur 16-19 Tahun di Kodya Semarang. 2011. 3. Ghaffari J, Ranjbar A, Quade A. Vitamin D Deficiency and Allergic Rhinitis in Children: A Narrative Review. J Pediatr Rev. 2015;3(2). 4. Warner JO, Kaliner MA, Crisci CD, et al. Allergy practice worldwide: A report by the World Allergy Organization Specialty and Training Council. Int Arch Allergy Immunol. 2006;139(2):166-174. 5. Paramita OD, Harsoyo N, Setiawan H. Hubungan Asma, Rinitis Alergik, Dermatitis Atopik dengan IgE Spesifik Anak Usia 6-7 Tahun. 2013;14(6):391-397. 6. Kartikawati H. Pengaruh Polifenol Teh Hijau terhadap respon Alergi pada Mencit Balb/c yang disensitisasi Ovalbumin. 2003. 7. Vlaykov A, Vicheva D, Stoyanov V. The Role of Vitamin D in the Pathogenesis of Allergic Rhinitis and Atopy. 2013;51(3):63-66. 8. Kulie T, Groff A, Redmer J, Hounshell J, Schrager S. Vitamin D: An Evidence-Based Review. J Am Board Fam Med. 2009;22(6):698-706. 9. Ful G, Vita W, Fulg G, Szent A. Association Between Vitamin D Deficiency and Allergic Diseases. J Int Fed Clin Chem Lab Med. 10. Matheu V et al. Dual Effects of Vitamin D induced Alteration of TH1/TH2 Cytokine Expression: Enchancing IgE Production and Decreasing Airway Eosinophilia in Murine Allergic Airway Disease. Vol 112.; 2003. 11. Gorman S. et al. Reversible Control by Vitamin D of Granulocytes and Bacteria in the Lungs of Mice: An Ovalbumin-Induced Model of Allergic Airway Disease. Vol 8.; 2013. 12. Modh D, Katarkar A, Thakkar B, Jain A, Shah P, Joshi K. Role of Vitamin D Supplementation in Allergic Rhinitis. 2014;28(1):35-39. 770

13. Shaver JR, O Connor J, Pollice M, Cho SK K, GC FJ. Pulmonary Inflammation after Segmental Ragweed Challenge in Allergic Asthmatic and Nonasthmatic.; 1995. 14. Hong, S. H., Kim, S. R., Choi, H. S., Ku, J. M., Seo, H. S., Shin, Y. C., & Ko, S. G. (2014). Effects of Hyeonggaeyeongyo-Tang in Ovalbumin-Induced Allergic Rhinitis Model. Mediators of inflammation, 201. 15. Pramantara, I., & Brathiarta, I. (2014). DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA GARMEN. E-Jurnal Medika Udayana, 3(1), 97-108. 16. Meilandani, Santin. Proliferasi Limfosit pada Mencit Balb/c setelah Pemberian Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Diinduksi Ovalbumin. 2014 17. Akers IA, Parsons M, Hill MR, Hollenberg MD, Sanjar S, Laurent GJ, et al. Mast cell tryptase stimulates human lung fibroblast proliferation via protease-activated receptor-2 Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol. 2000;278: 193 201. 18. Liang X, H Wang, H Tian, H Luo & J Chang. Synthesis, structure and properties of novel quaternized carboxymethyl chitosan with drug loading capacity. Acta Physico- Chimica Sinica. 2008;24(2):223-229. 19. Ibrahim, Nur. (2009). Karboksimetil Kitosan Menurunkan Degranulasi Mast Cell yang Diinduksi Oleh Ovalbumin. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 25(1):1-9 771